Assalamu’alaikum wr wb..
Selamat malam dan selamat datang kembali kerabat akarasa, dalam tulisan kali ini saya
akan menulis pengalaman yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Sebuah pengalaman
yang setidaknya cukup menegangkan bagi saya pribadi dan semoga kejadian ini tidak
berulang atau terjadi pada diri kalian semua yang menekuni hal-hal yang berbau
mistis/gaib.
Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, dan cukup lumayan
pembacanya dalam tulisan yang bertajuk Tata Cara Penarikan Pusaka Dari Alam Gaib pada blog blogkosutho, dalam tulisan saya kali ini saya akan membagikan pengalaman yang menegangkan
dalam penarikan sebilah Pusaka di sebuah rumah di daerah Latsari, Tuban.
Ketika itu saya sedang menyaksikan tayangan Masih Dunia lain
di stasiun TV swasta, sambil menikmati kopi, istriku memberitahu kalau di luar
ada tamu yang ingin bertemu denganku. Saya bergegas sambil berpikir, siapa
malam-malam begini bertamu. Di ruang tamu kulihat seorang tamu (maaf, saya
tidak sebutkan namanya) seorang lelaki paruh baya dan sudah saya kenal
sebelumnya. Setelah basa-basi sebentar, ia langsung kepada pokok persoalan yang
ingin disampaikannya. Dan tentu saja saya menyimaknya baik-baik.
Dari tutur singkatnya, tamu saya tadi bercerita tentang
kejadian aneh yang dia alami dan juga istrinya beberapa hari belakangan. Awalnya
memang dari mimpi istrinya beberapa hari sebelumnya, almarhum mertuanya bilang
dalam mimpi istrinya agar segera mengambil sebilah pusaka yang ditanam di bawah
lantai sebuah kamar dirumah yang dia tinggali. Bahkan bukan sebilah pusaka itu
saja, ada beberapa bentuk cincin dan mustika-mustika lainnya.
Saya manggut-manggut dan tetap serius mengikuti
penuturannya. Namun, saya yakin saya bukanlah orang pertama yang dimintai
tolong untuk mengangkatnya. Entah dari mana dia tahu kalau seringkali aktifitas
saya bersama kawan-kawan seringkali uka-uka untuk mengangkat sebilah pusaka. Dia
tidak ngaku!
Esoknya, saya langsung ke rumahnya yang terbilang masih satu
kecamatan dengan tempat saya tinggal. Sampai di rumahnya saya diperkenalkan
dengan istrinya dan bisa lebih cepat akrab, wanita 40 an tahun tersebut
menceritakan ulang ikhwal mimpi-mimpinya.
“Kenapa saya begitu yakin bahwa sebilah pusaka itu memang
ada, karena mimpi itu terus berulang-ulang datang dalam tidur saya” imbuhnya.
Pagi itu juga saya melakukan kontemplasi untuk menembus
dunia astral melalui ketajaman mata batin. Hasilnya? Cukup meyakinkan. Apa yang
kulihat tak jauh beda dengan apa yang diceritakan oleh wanita diatas. Dibawah lantai
sebuah kamar rumah tersebut terlihat jelas. Setelah merasa yakin, maka
kupastikan hari H untuk ritual pengangkatannya.
Saya masih ingat waktu itu malam selasa kliwon, semua
sarana sudah tersaji rapi. Antara lain, 7 macam buah-buahan, 7 macam jajan
pasar, 7 rupa kembang, sebatang rokok klobot, sepiring nasi putih, seekor ikan mas goreng,kopi pahit dan manis, teh
manis dan pahit, segelas air putih dan sebotol minyak khusus untuk yang biasa
dipergunakan untuk melaksanakan upacara ritual semacam ini. Kalau tidak memakai
uborampe minyak ini, rasanya sangat tipis kemungkinan untuk berhasil dengan
lancar dan baik.
Suami istri tersebut ada di ruang tengah setelah sebelumnya
saya anjurkan berdzikir membaca surat Al-Ikhlas secukupnya. Pengertian secukupnya
disini ialah baru boleh berhenti setelah ada aba-aba dariku dengan aba-aba
khusus yang sebelumnya sudah saya jelaskan sebelumnya.
Di kamar tempat sebilah pusaka itu tersimpan yang lampunya
telah dipadamkan, hanya ada saya seorang diri yang duduk satu meter di belakang
uborampe yang saya sebutkan diatas. Saya terus berinteraksi dan jujur saja
sangat melelahkan malam itu.
Berdasarkan pendeteksian, jin yang menguasai
sebilah pusaka dan beberapa batu mustika itu bernama Sangkrit. Setelah saya
adakan dialog, si Kancrit ini tidak mau menyerahkan begitu saja apa yang saya
minta. Dia tetap bertahan sesuai perintah sang majikan, yaitu genap hitungan 20
tahun sejak benda itu ditanam oleh orang tua dari wanita yang empunya rumah
tersebut, kendatipun saya melaksanakan hajat ini atas permohonan dari anak dari
almarhum.
Cukup lama kami bersitegang, barangkali ada satu jam lebih,
dan rupanya dia menyerang duluan terhadap saya. Terdengar jelas di tengah adu
kekuatan yang sedang berlangsung di langit-langit kamar ada beberapa benda berat
yang berjatuhan menimpa bahuku. Braaaak!
Prang! Padahal saya tahu, itu hanyalah pendengaranku saja. Tidak nyata! Namun sejurus
kemudian, lantai keramik yang ada di dalam kamar bergetar hebat seperti ada
gempa lokal yang ada di kamar itu saja.
Kecuali sosol Jin Sangkrit yang memperlihatkan penampakannya
secara jelas. Dia berbadan tinggi besar, hingga badannya sundul langit-langit
kamar. Rambut gondrong dan gimbalnya di kuncrit seperti gaya rambut rastamania
yang sering kita liat masa kini. Mungkin karena itulah Jin ini menamakan diri
jin sangkrit. Sepasang kupingnya sebesar tempayan hingga menjuntai dibahunya. Matanya
sebesar senter, sedangkan bagian dada, tangan, dan kakinya ditumbuhi bulu-bulu
lebat. Sangat menyeramkan!
Saya bersyukur, setelah merapal mantera penakluk jin, tak
lama kemudian jin Kancrit menyerah, mengaku kalah, dan berjanji akan
menyerahkan semua benda yang sengaja dia tunggu pada kami. Ternyata benar,
setelah lampu saya nyalakan, sebilah tombak usang dan beberapa batu mustika dan
lainnya juga ada seruas bumbung bambu pendek berserakan di atas hamparan alas
uborampe.
Dari dalam bumbung bambu pendek yang terpaksa kupecahkan,
ternyata didalamnya terdapat gulungan kertas atau lebih tepatnya seperti buku
notes yang sering kita pakai dalam pramuka. Isinya saya kurang faham karena
ditulis dalam aksara Jawa.
Benda-benda tersebut kemudian saya perlihatkan kepada suami
istri tersebut. Ku lihat mereka tersenyum puas menyaksikan keberhasilan
tersebut. Terutama yang wanita. Dia nyaris tidak percaya melihat sebilah pusaka
dan beberapa batu berharga yang berbentuk cicin bertahtakan seperti batu berlian.
Yang masih saya ingat dia berkata “Kok bisa ya, benda yang
ada di dalam tanah di angkat ke atas, tapi keramiknya tidak ada yang pecah
satupun. Padahal tadi sempat saya merasakan ada gempa kecil beberapa kali. Benar-banar
nggak masuk logika. Tadinya saya paling nggak percaya sama yang beginian”. Kata
perempuan paruh baya si ahli waris.
“kalau sekarang gimana?” tanyaku.
“Baru percaya seratus persen. Soalnya melihat sendiri, dan
di rumah saya sendiri lagi.’
“cincinnya boleh sampeyan pakai, Bu!”
“Kalau untuk pusakanya sebaiknya dijamas dulu pak, dan
selanjutnya silahkan kalau untuk disimpan”
Akhirnya, setelah mengemasi dan menetralisir energi negatif
yang ada di rumah tersebut, akhirnya saya mohon diri pulang. Demikian sekelumit
pengalaman yang bisa saya bagikan kepada sobat semua. Akhir kata, cukup sekian
dulu dan wassalam. Matur nuwun
0 on: "Berantem Dengan Jin Penunggu Pusaka"