![]() |
Makam Sunan Geseng, di Tuban |
Selamat siang kerabat Akarasa, dalam tulisan jelajah aulia
kali ini saya mengajak sobat semua mengenal tokoh aulia yang satu ini, Sunan
Geseng.
Dalam sebuah riwayat dan cerita tutur mengisahkan, sunan
Geseng adalah seorang mubaligh asal desa Bedhug, Bagelen, kabupaten Purworejo. Dia
adalah murid atau santri atau santri yang taat, patuh dan setia pada gurunya,
Sunan Kalijogo.
Nama aslinya Ki Cokrojoyo, seorang penyadap nira. Karena saking
miskinnya, di desanya kala itu dia dijuluki Ki Petungmlarat. Akan tetapi dia
rajin nglakoni tirakat dan topobroto, untuk mendalami ngelmu kejawen dan
kadigdayan sehingga ia sangat sakti mandraguna.
Setiap kali Ki Cokrojoyo menyadap nira (nderes), dia sambil
uro-uro (melantunkan tembang) yang juga sebagai mantera, “Klontang-klantung
wong nderes buntute bumbung, opo gelem opo ora.” Begitulah kebiasaan Ki
Cokrojoyo dan bahkan tembangan ini masih dapat kita temui di Tuban saat
penderes Legen/tuak di Tuban sedang menyadap wolo (siwalan).
Pada suatu ketika, ketika dia sedang menderes nira sambil
nembang, di bawah poho yang dipanjatnya ada seorang yang menegurnya, “Hai ki
sanak, tidak begitu doanya bila menderes. Doanya adalah dengan menyebut Asma
Allah SWT.”
Kemudian dia berkata kepadanya, “Bila ki sanak akan
melakukan sesuatu pekerjaan awalilah dengan membaca dua kalimat shahadat dan
menyebut asma Allah, bismillahirrohmanirrohiim....”
Kemudian orang asing itu diajaknya singgah ke rumah. Di rumahnya,
tamu itu meminta ijin untuk bisa mencetak setangkep gula jawa denagn cetakan
tempurung kelapa. Sebelum pamit, tamu itu berpesan, “Jangan sekali-kali cetakan
gula kelapa ini dibuka sebelum saya pergi meninggalkan rumahmu.”
Ketika sang tamu telah jauh dari rumahnya, dengan tak sabar
bergegaslah Ki Cokrojoyo membuka cetakan gula jawa itu. Ketika tempurung
cetakan gula jawa itu dibuka, ia sangat kaget dan terheran-heran. Karena di
dalam cetakan itu bukanlah berisi setangkep gula jawa, tetapi sebongkah emas
yang menyilaukan matanya. “Tamu itu mesti bukan orang sembarangan”. Pikirnya.
Tetapi dibalik kegembiraan itu Ki Cokrojoyo dalam hatinya
tetap penasaran. “Siapa sebenarnya orang itu, aku ingin mencari dan berguru
kepadanya,” begitu kira-kira niatnya dalam hati. Singkat cerita, di sebuah
hutan, Ki Cokrojoyo akhirnya bisa
bertemu dengan orang sakti itu yang tidak lain adalah Sunan Kalijogo, yang
tengah berkelana meyebarkan agama Islam di kawasan Jawa Tengah bagian selatan.
Kemudian dia menyampaikan niat dan keinginannya untuk bisa
berguru dan menimba ilmu agama kepada Sunan Kalijogo. Mendengar niat yang tulus
dari Ki Cokrojoyo, Sunan Kalijogo bersedia menerimanya sebagai muridnya.
Ditengah pengembaraannya dalam meyebarkan agama Islam, pada
suatu hari Sunan Kalijogo bermaksud akan menunaikan sembahyang ke Mekkah. Dia meminta
Ki Cokrojoyo untuk menunggu di suatu tempat yang ditandai dengan tongkat
bambunya. Ki Cokrojoyo sendika dhawuh. Dengan taat dan setia dia duduk bersila
menunggu di tempat itu dengan patuhnya.
Konon menurut cerita legenda, Ki Cokrojoyo ditinggal Sunan
Kalijogo selama tujuh belas tahun. Begitu lamanya menunggu, tongkat bambu itu
tumbuh dan berkembang menjadi hutan bambu yang cukup lebat, menutup tempat Ki Cokrojoyo
duduk menunggu kembalinya sang guru.
Ketika Sunan kalijogo kembali dan melihat tempat itu sudah
berubah menjadi hutan bambu, Ki Cokrojoyo sulit ditemukan. Agar mudah mencari
murid setianya itu, kemudian Sunan Kalijogo membakar hutan bambu dan tampaklah
Ki Cokrojoyo ditengah abu rumpun bambu. Luarbiasanya, dia tidak mati tetapi
badannya geseng (gosong, hangus). Dan sejak itu, Sunan Kalijogo memanggil Ki
Cokrojoyo dengan julukan Geseng.
Untuk sementara saya potong di sini dulu cerita tutur dan legenda yang berkembang
di masyarakat tentang sosok Sunan Geseng ini. Seperi juga makam aulia yang
lainnya, makam ataupun juga petilasan Sunan Geseng ini, beberapa tempat yang
diyakini sebagai makamnya adalah di Tuban, tepatnya di Desa Gesing, di Kediri
juga ada, di Purworejo, Pati yang berada di Pegunungan Kendeng utara dan
lain-lain. Dan tentunya setiap daerah tersebut masyarakatnya meyakini bahwa
makam Sunan Geseng tersebut bersemayam.
Insya Allah pada tulisan berikutnya saya sambung cerita
legenda ini yang saya dapatkan dari cerita tutur petilasan Sunan Geseng di
Bantul, Jogjakarta. Cukup sekian dulu sob..sampai jumpa-----maturnuwun
0 on: "Legenda Ki Cokrojoyo atau Sunan Geseng"