Akarasa – Selamat datang kerabat
akarasa. Sekedar untuk menambah wawasan saja, apa yang saya tulis ini saya
ambil dari pengalaman nyata pribadi juga dari cerita beberapa sahabat juga
teman yang sering menunggui kerabatnya yang sakit dan pada akhirnya mereka menghadap Allah swt, meninggal. Untuk akurasinya
tergantung masing-masing kita mempercayainya. Tapi bagi yang tidak meyakini pun
sah-sah saja. Biar bagaimanapun kematian adalah takdir yang dikuasai sepenuhnya
Allah swt.
Manusia hidup dan mati sesuai dengan
garis takdirnya. Allah swt sebagai pencipta kehidupan mencabut nyawa manusia
tanpa pernah terduga dan mutlak menjadi rahasia-Nya. Meski demikian sebagai
manusia tentu harus berupaya mencari tanda-tanda kekuasaan Allah melalui
isyarat atau tanda-tanda tertentu.
Seperti kita maklumi bersama, hidup dan
mati adalah mutlak milik Allah swt. kapan manusia mulai diberi kesempatan
hidup, kapan manusia dicabut nyawanya, semuanya tetap tergantung atas
kuasa-Nya. Tapi kemampuan menterjemahkan menangkap isyarat itu tentu saja
berbeda bagi setiap orang., kemampuan ini hanya dimiliki segelintir orang saja,
mungkin dalam hal ini termasuk di dalamnya kita-kita.
Di kalangan kita, yang etrmasuk awam
seringkali terdengar omongan tentang tanda-tanda kematian dari berbagai versi
yang tersesuaikan dengan budaya, agama dan situasi tertentu. Boleh percaya atau
tidak, sebagian mungkin benar, sebagian mungkin juga tidak, berikut sebagian
pengalaman dari diri saya sendiri maupun dari tuturan orang-orang tua dan juga
dari teman yang saya sarikan tentang tanda-tanda kematian.
MENYEBUT MEREKA YANG SUDAH MENINGGAL
Pengalaman ini saya alami sendiri
ketika nenek istri saya menjelang kematiaannya, sakit karena tua, berbaring
skit hampir setahun. Selama itu pula kebutuhan nenek dari makan, minum, sholat,
hingga buang hajat semuanya dibantu anak dan cucu-cucnya termasuk kami.
Selama itu pula nenek memanggil-manggil
nama anak perempuannya atau bulek isteri saya yang telah tiada. Saban-saban
hari nenek melakukan ini sehingga membuat anggota keluarga merasa resah. Bukan
itu saja, bahkan nenek sering memanggil saudaranya yang telah meninggal
terlebih dahulu. Ternyata ini adalah isyarat kematian beliau. Buktinya beberapa
hari selanjutnya nenek dipanggil ke hadapan Allah.
TELINGA MENEKUK KE DALAM
Telinga juga bisa membawa kabar kematian
dari seseorang. Secara umum, orang memiliki daun telinga yang mengembang ke
sebelah kiri dan kanan secara normal. Tapi bagi mereka yang akan di jemput
maut, daun telinganya kelihatan lebih menekuk ke dalam, seperti daun yang layu
karena kurang siraman air.
PANDANGAN KOSONG
Sorot mata seseorang yang akan mati
adakalanya cenderung aneh. Kosong. Mereka seperti sedang memandangi seseuatu
tapi sebetulnya tidak. Pandangan itu hampa, tak berfokus pada titik pandangan
tertentu.
Selain itu, air mukanya pun tampak
tanpa daya, murung dan seperti tak bercahaya. Coba saja kalau kita
berkesempatan menemui situasi seperti ini, situasi seseorang yang menghadapi
naza’, sepasang matanya jarang berkedip, sementara tarikan nafasnya terasa
berat dan jika diajak berkomunikasi cenderung lamban merespon.
Orang dengan tatapan seperti ini juga
kadangkala berkomentar aneh-aneh, seperti orang mengigau. Ia cenderung menarik
diri dari keramaian. Ia lebih senang melamun dalam kesendirian. Ia tidak ingin
melakukan aktifitas apapun selain melamunkan sesuatu dan memandang sesuatu
dengan pandangan kosong.
LEBIH PUCAT
Raut muka atau raut wajah kerap kali
memancarkan bahasa tertentu terhadap pada sosok itu sendiri. Ada kepercayaan
jika wajah seseorang yang akan mati tampak pucat atau putih semu. Raut wajah
itu nyaris menyerupai raut wajah mayat. Apakah orang itu sedang sakit? Tidak
juga. Biasanya mereka normal-normal saja, tapi wajah pucat itu menjadi semacam
pertanda bahwa kematian sedang menghampiri.
Awalnya hanya bagian wajah yang tampak
putih, kemudian menjalar ke seluruh anggota tubuh lain. Jika sudah seluruhnya
putih, artinya hampir menyerupai sosok mayat tapi hidup. Sebagaimana mayat,
maka hewan seperti lalat hijau pun suka mengerubungi. Hal ini kerap kali
terjadi pada seseorang yang dekat kematiannya. Untuk diketahui, lalat hijau
berukuran besar kerap mendatangi orang tersebut, padahal orang tersebut tidak
mengeluarkan aroma bau sepertio tercium hidung manusia normal. Tapi ternyata,
lalat hijau sudah mencium aroma lain dari orang tersebut. Ya, tentu saja aroma
bangkai yang Cuma lalat bisa menciumnya.
GELISAH
Bahasa tubuh seseorang yang akan
dijemput ajal seringkali tampak aneh. Kegelisahan adalah salah saatunya. Dalam
keseharian mereka tampak tidak pernah tenang. Ketika duduk, tidur atau sedang
berinteraksi dengan seseorang, maka kegelisahan itu terus terlihat. Bahkan
orang lain merasakan hal itu. Tapi bagi yang bersangkutan tidak akan menegerti
juga mengapa ia tampak begitu gelisah.
Ia juga sulit meredam kegelisahannya
yang datang tiba-tiba itu. Bagi sebagian orang, kegelisahan ini dianggap
sebagai isyarat mendekati kematiannya. Tapi, kapan waktunya tiba, tak seorang
pun bisa mengetahuinya dengan pasti.
MINTA PULANG
Orang sakit mungkin dianggap sebagai
orang yang tidak jauh-jauh dengan kematian. Jika orang itu dirawat di rumah
sakit dan kebetulan mengidap penyakit yang cukup parah, seorang pasien sering
menunjukkan gelagat yang tak biasa. Si pasien merasa tidak betah di kamar dan
selalu mengeluh untuk segera keluar dari rumah sakit. Ia minta pulang
secepatnya.
Ucapan si sakit ini biasanya seringkali
dilontarkan berkali-kali dengan nada serius. Tentu saja, hal ini menjadikan
yang merawat di rumah sakit menjaadi serba salah, bagaimana tidak, di ijinkan
pulang, kondisi kesehatannya tidak memungkinkan. Kalaupun tidak dituruti si
pasien ngambek dan marah. Dalam kasus tertentu biasanya dokter punya
petimbangan lain sesuai kapasitasnya. Jika sudah dinyatakan tidak tersembuhkan,
dokter bisa jadi memberika ijin dengan syarat dan kondisi tertentu.
Pada beberapa kasus yang diceritakan
teman saya, setelah si sakit yang masih kerabatnya di ijinkan pulang, ia
langsung menghembuskan nafas terakhir. Pulang dalam kasus ini bisa di maknai
sebagai pulang ke hadirat Allah swt. tanda-tanda ini sering dialami pasien yang
mengalami sakit keras dan harapan hidupnya sudah sedemikian tipis. Anggota
keluarga si pasien pun biasanya sudah menagkap sinyal-sinyal kematian yang
sudah dekat dan meraka pada umumnya sudah mempersiapkan diri secara batin.
SETELAH SAKIT PARAH SEAKAN NAMPAK SEHAT
Pada hal ini saya mengalami sendiri.
Suatu hari saya mendapat giliran menjaga salah seorang kakak perempuan sepupu
yang sedang sakit keras di rumah sakit DR Soetomo Surabaya. Harapan untuk hidup
di yakini telah sirna. Ajal sudah di depan mata, bagaimana tidak sudah 3 hari
bisa dikatakan koma. Anehnya setelah dibacakan surah Yassin, tubuh kakak sepupu
bergerak-gerak dan matanya terbuka. Ajaibnya dia bisa bicara seakan benar-benar
sembuh.
Secara awam, mungkin saya punya
anggapan bahwa kesembuhan yang didambakan sudah dimiliki kakak sepupu saya.
Buktinya, ia tampak ceria dan berkomunikasi walau sepotong-sepotong. Namun,
realiitasnya seperti apa?
Ketika saya pamit untuk pulang
sebentar, karena berhari-hari sudah bermalam di rumah sakit, kakak sepupu
justru pulang ke haribaan Allah. Dia dinyatakan sudah meninggal dunia beberapa
saat setelah saya sampaiu rumah sore harinya.
Keadaan seperti ini dalam bahasa Jawa
digambarkan sebagai “Mulehake Cahyo”atau mengembalikan cahaya; dari redup
menjadi terang. Kemudian, dari terang sesaat itulah akhirnya malah berbalik
menjadi gelap. Ibarat bola lampu, dari tegangan tinggi karena tidak kuat pada
akhirnya arus listrik terputus, pedot.
Hanya sebatas ini pengetahuan saya baik
secara pribadi maupun cerita teman atau juga tutur dari orang-orang tua tentang
tanda-tanda kematian. Adapaun tanda-tanda kematian itu sendiri hanya berlaku
jika Allah swt menghendaki. Bilapun anda yang mempercayai jika tanda-tanda
diatas sudah terlihat, anda atau kita sebagai anggota keluarga bisa
mempersiapkan diri. Tapi jika seandainya tanda-tanda sudah tyerlihat dann orang
yang bersangkutan tetap hidup, berarti Allah punya kehendak lain pada orang
tersebut. Seperti yang kita tahu takdir menjadi hak sepenuhnya Allah sebagai
pencipta tunggal alam semesta.
Kita sebagai manusia hanya bisa
menafsirkan tanda-tanda tersebut. Benar tidaknya kita tentunya sulit memastikan
seratus persen. Karena kebenaran milik Allah semata. Sebab pengetahuan tentang kematian
merupakan wilayah gaib yang seperti firman Allah, manusia memiliki keterbatasan
dalam memahami persoalan gaib. Hanya Allah yang menciptakan persoalan gaib dan
Maha Mengetahui persoalan tersebut. Semoga bermanfaat. wassalam
Ketikan yg sadis ,akurasi tinggi ,,,salut
BalasHapusserem
BalasHapus