Akarasa - Dari sekian pengalaman misteri, pengalaman
yang saya tulis kali ini adalah pengalaman misteri saat touring dengan seorang
kawan dari Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah sekitar 3 tahun yang lalu. Selepas
kami dari Ciamis, Jawa Barat baliknya aku ikut mampir ke rumah kawan di
Purwodadi untuk istirahat sehari sebelum balik ke Tuban, Jawa Timur. Keesokan
harinya selepas asar dengan mengendarai motor masing-masing dia mengantarku
sampai Bledug Kuwu sekalian untuk menemaniku untuk mengambil gambar di obyek
wisata itu dan sekedar menikmati es kelapa muda yang memang banyak di jual di
situ.
Keasikan melihat obyek wisata bumi yang
sedang batuk itu hingga tidak terasa hari sudah menjelang maghrib. Baru selepas
maghrib saya memulai perjalanan pulang ke Tuban, yang mungkin membutuhkan 3
atau 4 jam perjalanan, maklum jalan alternative Cepu-Semarang ini rusak parah
waktu itu. Sebenarnya saya sudah merasa ada yang lain saat akan memulai
perjalanan pulang ini. Sejak saya meluncur dari Bledug Kuwu, saat motor yang
saya kendarai memasuki kawasan Kecamatan Kradenan, Grobogan, tiba-tiba ban
bocor. Untungnya masih ada satu tukang tembel deket kantor kecamatan masih
buka. Setelah itu ketika memasuki Kecamatan Gabus tiba-tiba lampu depan mati,
terpaksa saya berhenti di pasar Sulursari untuk memperbaikinya.
Beberapa saat setelah lampu kembali
normal saya lanjutkan perjalanan. Sekitar satu jam saya baru masuk masuk Randu
Blatung, Blora, Jawa Tengah. Sekitar satu jam kemudian melintasi area hutan
jati barulah saya sampai ke wilayah Klopo Duwur, Blora yang terkenal dengan
Wong Samin nya itu. Kurang dari 3o menit kemudian saya sudah memasuki pusat
Kabupaten Blora dan langsung mengambil jurusan Bojonegoro. Lepas dari Batalyon
410 Blora sekitar 500 meter tiba-tiba tanpa sebab mesin motor mati. Sebelumnya
ini belum pernah terjadi disamping masih tergolong motor yang baru saat itu
sebelum berangkat touring saya selalu mempersiapkan motor sesempurna mungkin.
Sedikit jengkel, saya tepikan motor ke
tepi jalan dan memang jalanan saat itu masih ramai dari arah Blora menuju
Bojonegoro, Jawa Timur. Belum sempat menyandarkan standart saya dikejutkan oleh
suara yang tiba-tiba oleh wanita tua, dari mana datangnya saya tidak jelas.
“Mas boleh saya minta tolong.” Kata
wanita tua itu.
Saya menoleh ke arah lelaki tua itu
yang menyapaku itu, “Apa yang bisa saya bantu Mbah?” jawabku.
“Saya boleh menumpang sampai di
Bogorejo, mau naik ojek sya tidak ada uang, Nak!” kata nenek tua itu bernada
melas.
“Oo monggo Mbah, kebetulan nanti saya
lewat situ. Tapi sabar dulu ya Mbah, motor saya agak rewel, saya akan cek dulu
mesinnya sebentar”.
Saya sama sekali tidak memperhatikan
lagi wanita tua itu, saya terus konsentrasi dengan motorku. Setelah mengecek
kondisi mesin, ternyata tidak ada sedikit masalah apapun terhadap mesin
motorku. Begitu mesin motor saya starter langsung menyala, saya segera
melanjutkan perjalanan yang sebelumnya mempersilahkan wanita tua itu segera
naik ke motor.
. “Pegangan ya, Mbah!” sambil aku
lajukan motor, namun kali ini saya hanya melajukan motor dengan kecepatan
standart karena membonceng seorang wanita, tua lagi. Waktu tertunda lagi satu
jam lagi untuk sampai ke rumah. Bau wangi dari wanita tua itu sebenarnya yang
membuat risih. Sebab bau wanginya tidak seperti wewangian pada umumnya, saya
rasa wewangian itu aneh. Dalam pikir saya, nenek ini gaul juga, ya masak punya
parfum tapi tidak punya uang untuk ojek. Namun, aku tidak mempedulikannya, saya
anggap bau wangi seperti ini sama dengan wangian wanita yang ada di kampung
saya juga. Umumnya pada helatan hajatan kebiasaan mereka meakai wangian, namun
ya itu tadi menyengat.
Dalam perjalanan tidak banyak yang saya
bicara dengan nenek itu, sebatas mengingatkan untuk pegangan saja, disamping
itu saya harus berkonsentrasi mengemudikan motor. Ketika memasuki Kecamatan
Bogorejo, Blora saya mencoba bertanya pada wanita tua itu. Tetapi sama sekali
tak ada jawaban dari wanita itu. Tidak dengan barangkali pikirku, karena waktu
saya tanya sama dia kondisi motor sedang berjalan.
Sampai di dekat pasar Bogorejo saya
bertanya lagi pada wanita itu. Namun tetap tak ada jawaban. Saya tepikan motor
di dekat simpang tak jauh dari pasar dengan tujuan hendak bertanya kembali pada
wanita itu, namun saat saya menoleh ke belakang saya sangat terkejut. Wanita
yang saya bonceng raib entah kemana perginya. Sekedar informasi, jalan
alternative dari Blora menuju Kenduruan, Tuban, Jawa Timur ini adalah jalan
sempit dan sebagian besar melewati areal hutan jati Perhutani.
Karena sudah merasa terlambat dan
semakin beranjak malam, saya berusaha tidak peduli apa yang barusan terjadi
sekalipun dalam hatiku penuh tanda tanya. Karena jalanan bergelombang saya
tidak bisa memacu motor lumayan kenceng meskipun jalanan lenggang. Lepas dari
Bogorejo ini saya memperlambat motor karena dikejauhan tampak banyak lampu
seperti ada orang tontonan orang sedang punya hajatan. Ternyata bukan setelah
saya berhenti di situ, keramaian itu seperti pasar malam tapi tidak ada komidi
puter disitu. Seperti pasar malam pada umumnya, banyak sekali orang keluar
masuk tempat tersebut, selain menikmati makanan dan banyak juga mereka yang
coba membeli pakaian.
Karena semenjak tadi masih diatas motor
segera saya tepikan dan bergegas memasuki pasar tersebut yang boleh dibilang
ramai meski malam sudah mulai beranjak tua. Karena tujuan masuk ke pasar malam
ini adalah untuk mengisi perut, setelah mecari kesana kemari, tak jauh dari
tempatku berdiri ada satu warung bakso, saya pikir bakso paling tepat karena
panas dan lumayan mengurangi rasa dingin juga.
Sambil menunggu bakso yang saya pesan
di sajikan saya menyalakan sebatang rokok. Namun saya merasa ada yang aneh
ketika memperhatikan orang-orang di sekitar pasar malam itu. Dalam hatiku
berguman, “Aneh sekali pandangan mereka kosong semuanya. banyak suara riuh
rendah tetapi mulut mereka tidak ada yang berbicara. Lalu itu suara dari mana?”
Biasanya orang di desa selalu bertegur
sapa sekalipun mereka tidak saling kenal, dan kali ini bulu kudukku mulai
meremang. Namun saya berusaha tetap tenang, karena saya menganggap itu adalah
angin yang berhenbus perlahan.
Sekalipun pasar malam tersebut hanya
diterangi dengan cahaya lampu-lampu petromax namun susananya terang dan ramai.
Untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan saya mengeluarkan handphone lalu
mencoba sms ke orang rumah sambil melihat jam yang sudah menunjukkan pukul
23.58 WIB. Saya tidak menyadari kalau saat itu sedang atau barangkali berada
dalam dimensi lain. Kemudian saya masukkan lagi handphone dan melepaskan lagi
pandangan kea rah balik saya duduk. Saya mendapati pasar malam yang mulai sepi.
Bahkan hampir separuh wilayah pasar malam yang tadi saya lihat tinggal sebagian
saja. Sama sekali masih belum menyadari apa yang saya alami.
Saya menganggap kalau sebagian orang
sudah membereskan dagangannya karena sudah larut malam. Saya masih tetap santai
kembali saya melihat kea rah warung tempatku memesan bakso, penjual bakso itu
tampak sibuk karena melayani orang yang lebih dulu dariku. Lalu saya melepaskan
pandanganku kea rah samping, ternyata sudah gelap tinggal beberapa penjual
saja. Kembali saya dibuat heran, waktunya begitu cepat. Seharusnya orang
beres-beres makanan waktu minimal setengah jam, akan tetapi ini hanya terjadi
beberapa detik saja. Sunguh-sunguh aneh! Lalu saya lihat kearah warung bakso
tempat saya pesan tadi, ternyata masih juga sibuk dengan pembeli yang lain.
Ketika saya menoleh kembali kesamping
kanan ternyata sudah gelap, dan begitu kembali menoleh ke arah penjual bakso
yang ada di depanku ternyata sudah gelap. Seketika saya terperanjat kaget,
sementara sinar bulan saja yang tampak tetap terang.
“Kemana penjual-penjual tadi?” gumamku.
Dengan cahaya bulan perlahan-lahan saya
memperhatikan sekeliling, saya lebih terkejut lagi ketika melihat batu nisan
ditempat saya duduk. Dan yang lebih terperanjat lagi tempat yang saya duduki
yang sebelumnya adalah terlihat bangku ternyata adalah kijingan makam. Saya
bergegas meninggalkan tempat ini dan langsung menyalakan mesin motor. Sebisa
mungkin saya berusaha tenang mengemudikan motor menuju Kenduruan. Sambil tentu
saja dada terus bergemuruh. Deg..deg..deg..
Sekian dulu cerita singkat yang bisa
saya wakilkan dengan bahasa. Sampai ketemu lagi pada kisah dan petualangan saya
selanjutnya…wassalam.
Ya ampun serem banget. Untung ga pingsan ya mas
BalasHapusTerimakasih sudah mampir, maaf bahasanya acak2an karena tanpa melalui editing. epi blogging
HapusGw sk bhsa sprti ini ap adnya. Prbnyk lg cerita misterinya yg bnar"nyata dr para nara sumbernya. Smoga ttp eksis๐๐๐
BalasHapusInsya Allah, terimakasih atas sudah mampir dan meninggalkan jejak. nuwun
HapusKalo beneran nyata, serem bgt mas. Untung bisa balik lagi ke dimensi kita. Dan Alhamdulillah gak sempet makan baksonya๐
BalasHapusLumayan untuk bacaan pas gabut toh, nuwun
HapusSerem bangettt
BalasHapusNiku tempate teseh mlebet kabupaten bloro nopo mpun kabupaten tuban njih mas?maturnuwun mas
BalasHapusSalam saking blora kota mas.....
Taseh mlebet Kab. Blora mas
Hapuswah mantul ceritanya.. di sasarin di makam. serem
BalasHapusIjin di bikin konten youtube mas
BalasHapusIjin di bikin konten youtube mas ๐
BalasHapusSilahkan...
HapusCerita ny lumayan bikin deg degan mas
BalasHapus