Didorong
rasa ingin tahu dan keinginan untuk benar-benar membuktikan mitos yang
berkembang akan adanya kebeadaan sosok makhluk halus yang bernama ‘rondo
kuning’ di sebuah areal pemakaman Desa Boto Kecamatan Semanding, Kab.
Tuban. Dan terlebih, setelah saya mendengar penuturan seorang kawan yang
rumahnya dekat dengan lokasi pemakaman tersebut, yang mengatakan jika beberapa
bulan yang lalu dia sepulang dari mengantarkan emaknya menjenguk kerabatnya
yang sakit, dan untuk menyingkat waktu dari pada dia harus memutar lebih jauh
lagi kalau leawat jalan biasanya, lagi pula waktu itu waktu juga belum terlalu
malam. Nah, ketika dia melewati pertigaan atau jalan menuju makam tersebut dia
dan ibunya melihat sosok wanita berdiri tak jauh dari dia pertigaan tersebut.
barangkali karena saking takutnya, setelah itu emaknya sakit panas dingin.
Bahkan,
menurut banyak cerita yang berkembang para petani yang sering mau membuka pintu
air seringkali digoda oleh sosok ini. Berbekal informasi yang ada, rencana
membuktikan mitos pun mulai kami susun dengan beberapa kawan. Area pemakaman
yang lumayan jauh dari pemukiman dan berbatasan dengan sebuah bendungan ini
letaknya tak jauh dari tempat kami tinggal, hanya kurang lebihnya 3 atau 4 Km
saja dari rumah menuju selatan.
Menurut
cerita juga dan penuturan kawan yang memang dekat dengan lokasi pemakaman ini
juga hasil peneropongan batin kami, memang area tersebut adalah tempat makhluk
yang daerah saya tinggal menyebutnya ‘rondo kuning’. Dan, sesuai
jadwal yang kami sepakati bersama, kami yang beranggotakan 6 orang yang salah
satunya adalah kawan yang dekat dengan area pemakaman tersebut mulai bergerak
menuju lokasi yang dimaksud. Tapi tentu saja setelah kami mempesiapkan semua
keperluan ritual mutlak yang harus kami persiapkan adalah ‘merang ketan’,
serta yang paling utama selain itu adalah bekal keyakinan dan mohon doa
perlindungan Allah swt.
Kamis
malam 10 januari kemarin, kami memilihnya karena tepat pada malam jum’at
kliwon, dimana diatara malam jum’at yang lain malam tersebut adalah malam
jum’at yang paling mudah untuk berinteraksi dengan mereka. Dengan 3 motor 15
menit sampai pada lokasi. Sekitar pukul 11.30 malam kami tiba pada lokasi
pembuktian, kami pun langsung melakukan ritual untuk membuka tabir astral.
Dengan mengawalinya dengan ‘kulonuwon’dengan lelembut yang ‘mbaurekso’lokasi
tersebut.
Berbagai
doa keselamatan lebih dulu kami panjatkan, agar terhindar dari pengaruh gaib
lokasi tersebut. saat ritual sedang berlangsung, sering kami lihat dan rasakan
kemunculan berbagai mahkluk gaib yang ada dilokasi itu. Namun dari sekian
banyak makhluk halus itu, tak satupun mahkuk yang dinamakan ‘rondo
kuning’ ini. justru yang lebih sering datang sesosok laki-laki tinggi
besar kisaran 2 meteran bertelanjang dada dan hanya memakai celana kolor
setinggi lutut, kami sangat yakin ini bukan genderuwo, energinya lebih besar
ketimbang sosok genderuwo yang pernah kami temui sebelum-sebelumnya.
Dari
gelagatnya, berkesan sekali dia kurang suka terhadap kehadiran kami dan
kelihatan bermaksud menghalangi. Namun, syukurlah setelah kami berkomunikasi
dan dia mengaku sebagai yang ‘mbaureksa’ lokasi itu dia
berkenan membukakan ‘rumah’ koloni ‘rondo kuning’ ini dia
minta dibakarkan ‘merang ketan’ sebagai permintaannya. Dari informasi dari
seorang kawan yang bertempat tinggal disana, ketika ada ‘manganan’ (sedekah
bumi) warga sekitar selalu menyulut pedupaan dengan nyala dari ‘merang
ketan’ ini, untungnya dari awal kami menyiapkannya sebagai antisipasi
jika ada kendala dari ‘mbah danyang’ ini.
Tanpa
menunggu persetujuan, seorang kawan segera menyalakan‘merang ketan’ (batang
padi jenis ketan) yang dia minta dan menaburinya dengan menyan madu. Terlihat
oleh kami, dia begitu menikmati aroma asap kemenyan yang sangit dari bara ‘merang
ketan’tersebut. seperti orang yang menghisap candu di film-film mandarin,
dari raut mukannya terlihat sumringah tidak seperti pada awal dia
datang dengan mata melotot meski tidak merah menyala.
Ditengah
dia begitu menikmati asap sangit kemenyan tersebut, kami menagih janjinya untuk
membukakan pintu rumah ‘rondo kuning’ yang dihalang-halanginya.
Terlihat merasa sedikit masih kurang berkenan, dengan berjanji nanti akan kami
akan memberikan lagi kemenyan dengan asap dari bara‘merang ketan’ akhirnya
dia tidak menghalagi kami untuk membuka pintu tersebut! seperti dalam bahasa
isyarat dengan dia beringsut dari ‘pintu’ tersebut. artinya kami diijinkan!
Dan
benar saja, ada beberapa sosok 3 wanita kisaran 25-an tahun dan dua sosok yang
umurnya paruh baya sekitar 40 tahunan. Sosok-sosok cantik menegenakan busana
kuning langsat, selendang warna yang sama namun yang sedikit mengurangi
kecantikannya adalah kupingnya agak lancip keatas. Melihat kehadiran kami, dua
sosok wanita yang paruh baya menjadi geram dan memeloti kami dengan bola
matanya yang tiba-tiba melotot dan sebelah matanya menjulur keluar. Seperti
lidah yang sedang menjulur. Jujur, takut sih tidak karena kami sudah berniat
dari awal, Cuma jijik saja. Dari kontak batin kami, ternyata mereka-mereka ini
adalah para selir-selir yang ‘mbaureksa’ di lokasi ini. karena
keterbatasan ruang waktu ditambah jijik melihat tampilan mereka, kamipun
menyudahi uka-uka malam itu. Dan akhirnya, yang terlihat hanya senyap dan
gemuruh air dibendungan yang kebetulan debit air dari curah hujan beberapa hari
sebelumnya masih cukup besar di bendungan sebelah makm tersebut. Setelah ,
beberapa gambar kami beranjak meninggalkan lokasi tersebut. jujur, kami kecewa,
tidak menemukan sensasi yang lebih pada malam itu.
Sampai
dirumah saya, entah kebetulan atau memang ulah mereka. Kunci motor seorang
kawan tidak ada di tas nya, sesaat setelah dia pamitan untuk pulang. Padahal,
saat mau berangkat dia mau bawa motornya tapi saya cegah dan saya ajak
boncengan saja pakai motor saya, lagi pula motornya matik kurang pas dipakai
menuju lokasi. Saya tahu betul dia memasukkan kunci motornya ke dalam tasnya
dan dia juga yakin itu. Setelah mengingat-ingat ketika beraktifitas menjelang
dan sesudahnya acara malam itu, kami bertiga sepakat untuk kesana lagi karena
di kunci motor tersebut ada dompet yang berisikan STNK, kalau kunci saja dia
tidak masalah, karena masih ada serep di rumah.
Sampai
pada lokasi, yang menjadi jujukan kami yang pertama adalah tempat kami
menggelar ritual dan tempat dimana kami beraktifitas. Nihil. Saya lihat HP
waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi lebih beberapa menit. Kami sepakat untuk
mencari esok harinya saja. Belum sempat kami memutar motor untuk kembali
pulang, dari pintu air DAM (bendungan) ada sosok putih berdiri memaku dengan
kepala menunduk membelakangi kami , dan bau harum yang menyengat ‘khas’ dengan
minyak srimpi yang biasa dipakai pada jenazah. Hanya sekian detik saja, sosok
wanita tersebut menjadi gumpalan asap sejurus kemudian pendar seperti tertiup
angin. Seiring dengan raibnya sosok wanita tersebut, angin luar biasa berhembus
dan hanya terkonsentrasi pada lokasi pemakaman tersebut.
Terlintas
dalam pikiran saya sambil memutar motor untuk minggalkan lokasi pemakaman
angker tersebut, apakah justru sosok yang dinamakan ‘rondo kuning’ yang jahil
itu dan sering menampakkan diri pada para petani yang akan membuka pintu air di
bendungan ini dan juga pada penduduk sekitar. Dari lampu motor tanpa sengaja
atau seperti ada yang mengarahkan pada sebuah nisan permanen, jelas sekali
kunci motor dengan gantugan dompet tersebut teronggok rapi diatas nisan. Aneh!
Padahal, kami tidak sama sekali beraktifitas di lokasi nisan tersebut. Tanpa menunggu lebih lama, segera seorang kawan mengambil kunci tersebut yang
dari motor hanya berjarak 3 nisan. sambil perjalanan pulang pikiran
bertanya-tanya dan mencoba mengurai aktifitas kami malam itu, tidak ada titik
temunya kami beraktifitas di nisan tersebut. apapun itu, terpenting kami tidak
mengalami hal-hal yang diluar kendali kami dan kunci motor yang di
‘sembunyikan’ di kembalikan, atau justru barangkali ketelodoran kami yang
berjanji akan memberikan asap kemenyan dari ‘merang ketan’ padayang ‘mbaurekso’
tempat itu.. entahlah? disembunyikan atau tidak hanya Allah swt yang tahu….
0 on: "Uka - Uka Bebuah Duka"