Selamat
datang kembali kerabat akarasa. Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan
Negara yang mempunyai ragam adat dan budaya serta agama. Akan tetapi mayoritas
adalah pemeluk agama islam. Sebagai negara dengan penduduk mayoritas pemeluk
agama Islam, Indonesia memiliki banyak bangunan bersejarah yang menunjukkan
kebesaran agama Islam itu sendiri. Bangunan-bangunan itu diantaranya adalah
masjid. Nah, pada kesempatan jelajah kita kali ini saya mengajak kalian semua
melihat dengan aksara detil dari Masjid Agung Demak. Alhamdulillah, sudah
beberapa kali saya ke sini.
Demak terletak di sebelah utara
dipesisir laut Jawa bersebelahan dengan Kota Semarang dan laut Jawa di sebelah
barat dan Kabupaten Kudus disebelah timur. Demak mempunyai mempunyai daya tarik
tersediri yang lekat dengan petualangan religi. Tak heran banyak Sarkub
(sarjana kuburan) berkunjung ke Demak
untuk sebuah pengalaman spiritual. Tak heran dari berbagai daerah sepanjang
Jawa hingga luar pulau berkunjung ke Demak untuk merasakan lebih dalam tentang
susana religi yang menggugah jiwa.
Sejarah masuknya Islam di tanah
Jawa sangat erat kaitannya dengan Kota Wali yang bernama Demak Bintoro, jargon
yang sama pada Kota Tuban (maklum penulis asal Tuban). Situs sejarah yang masih
tersisa menyebar sepanjang pusat kota Demak misalnya Masjid Agung Demak, Makan
Wali Songo Sunan Kali Jaga, Makam Raja-Raja
Demak, dan beberapa ornamen yang masih tersisa dari Kerajaan Demak Islam.
Masjid Agung Demak sendiri dibangun sekitar abad ke 14 lebih tepatnya sekitar
tahun 1466 masehi ( 1388 saka / penanggalan jawa), hal itu bisa kita lihat dari
sebuah prasasti yang ditemukan bernama prasasti Sengkala yang berbunyi “Naga Mulat Salira Wani” berbentuk gambar bulus/penyu,
kemudian prasasti yang kedua berbunyi Kori Trus Gunaning Janmi yang bermaksud pada tahun 1477 Masehi
diadakan perluasan masjid pada bagian Kadipaten. Perluasan tersebut ketika
Raden Patah menjadi Adipati Natapraja di Glagahwangi yang masih dalam kekuasaan
Majapahit.
Kemudian dalam prasasti ketiga (Sengkala Memet) yang bertuliskan Sariro Sunyi Kiblating Gusti bermakna
pada tahun 1479 saat Raden Patah telah menduduki sultan Demak Bintoro dan Masjid Agung Demak
dipugar dan dijadikan Masjid Kesultanan Bintoro Demak. Dalam pembangunan Masjid
Agung Demak, ternyata menyimpan banyak simbol filosofi yang dimasukan dalam
bangunan arsitektur dan ornamen Masjid. Bagunan dengan bentuk persegi empat
dengan empat buah sudut serta mempunyai
empat buah saka guru / tatal (pilar tengah) sebagai tiang penyangga atap
masjid, dimana setiap pilar terbagi menjadi 3 bagian sambungan kayu (atap susun
tiga) mempunyai makna bahwa Wali menganut imam 4 madhzab yang salah satunya
cenderung pada madhzab Imam Syafi’i. Bangunan atas berbentuk limas piramida
susun 3(tiga) yang biasa orang menyebut dengan nama gunungan, yang
bermakna bahwa islam di Demak menjalankan agama bersumber pada Iman, Islam
dan Ikhsan. Kemudian bangunan bagian atas atau mustaka diartikan
bawah puncak kekuasaan tertinggi hanya pada Allah swt.
Berlanjut ke bagian dalam masjid
terdapat beberapa bangunan yang menjadi cagar budaya, tidak terkecuali bangunan
masjid sendiri. Maka tidak heran apabila saat ini pengunjung/ jamaah masjid
termasuk yang berdziarah dilarang untuk mengabadikan dalam bentuk foto ornamen dan
beberapa artefak bagian masjid seperti pengimaman/ mihrab, saka tatal 4 buah,
kholwat maksurah, serta dampar kencana (tempat khatib). Saka tatal adalah 4
pilar utama yang ada dibagian dalam Masjid Agung Demak, masyarakat memberikan
nama saka tatal kerena pada setiap bagian dalam pilar terdapat kayu-kayu yang
dimasukan untuk menguatkan pilar (tatal). Namun saat ini tiang tatal (pilar )
yang ada Masjid Agung Demak tidak lagi merupakan pilar asli penginggalan
kerajaan Demak, keempat pilar yang ada sekarang merupakan duplikat dari pilar
utama peninggalan Wali. Petualang bisa melihat pilar yang asli yang masih
disimpan di Museum Masjid Agung Demak yang berada di sebelah Masjid.
Sedangkan dibagian serambi Masjid Agung Demak juga
terdapat pilar-pilar yang menguatkan bangunan bagian luar, pilar tersebut
berjumlah 8 (delapan) dari kayu jati yang berukiran ormenan gaya Majapahit
dengan tumpuan ukiran batu adesit yang menarik. Dalam sejarahnya, kedelapan
pilar ini merupakan hadiah dari Majapahit ketika Raden Patah diwisuda menjadi
Adipati Notoprojo, saat itu Majapahit dipegang oleh Brawajiaya V.
![]() |
aroma mistis di kolam wudzu |
Pemugaran dan peluasan Masjid Agung Demak terus
dilakukan hingga abad ke 20. Tercatat, ada sekitar 10 kali Masjid Agung Demak
direnovasi hingga diperluas di tambah beberapa arsitektur tambahan. Misalnya
pada tahun 1804 dibangunlah gapura depan setinggi sekitar 20 meter, saat itu
dilakukan oleh KRM Tumenggung Aryo Purbaningrat. Pada saat itu, bentuk gapura
Masjid Agung Demak tidak seperti yang sekarang, ada atap yang menaungi gapura
(gapura sekarang tidak ada atapnya). Ditahun yang sama, dibangunlah tempat
sholat khusus untuk jamaah perempuan. Pada tahun 1885 dibangunlah serambi yang
menghubungkan antara gapura masjid hingga depan masjid (pintu gledeg/petir) yang
disebut dengan tratag rambat.sudah saya ditulis di blog ini tentang lawang
bledeg peninggalan Ki Ageng Selo.
Pada awal
pembangunan Masjid Agung Demak, tempat wudhu terletak di depan Masjid, sekarang
tempat tersebut bernama situs kolam wudhu bersejarah, namun sekitar tahun 1924
dibangunlah tempat wudhu yang berada di samping kanan dan kiri Masjid. 2 (dua)
tahun setelahnya, dibangunlah menara Masjid Demak yang terbuat dari material
besi. Menara tersebut digunakan untuk adzan, proses pembangunan sendiri
dipimpin oleh K.H Abdurahman. Dan pada tahun 1964, oleh gubernur Jawa Tengah
Masjid Agung Demak dilakukan pemugaran besar-besaran yang meliputi gapura,
tratag rambat dan tandon air hingga ornamen dan bentuk masjid sama seperti
keadaan sekarang.
Situs Kolam Wudhu bersejarah merupakan
tempat wudhu yang pertama dibuat ketika Masjid Agung Demak berdiri. Letaknya
dibagian depan berguna untuk memudahkan Wali dan Jamaah ketika akan masuk
masjid dianjurkan untuk melakukan wudhu dahulu. Kolam wudhu tersebut mempunyai
luas ± 75 m²dan mempunyai kedalam air 3 meter. Sekarang kolam wudhu
tidak lagi dipergunakan untuk tempat wudhu dan dijadikan situs bersejarah yang
dikelilingi oleh pagar besi. Petualang hanya bisa melihat dari luar pagar tanpa
bisa melakukan wudhu. Pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 1978, dimana
pekerjaan difokuskan pada penataan halaman masjid, memasang penerangan,
memperbaiki akses jalan masuk ke masjid, menanam beberapa tumbuhan peneduh dan
aliran listrik untuk dipergunakan oleh Masjid Agung Demak.
Bangunan lain yang sangat berkesan di Masjid Agung Demak adalah menara adzan.
Menara ini dibuat dengan mengunakan bahan material besi. Berbeda dengan
menara-menara masjid yang dibuat pada tahun yang sama ketika masjid didirikan,
seperti Masjid Menara , Masjid Agung Banten Lama, atau masjid lainnya.
Kesemuanya dibangun tidak lama setelah masjid dibangun. Sementara bahan
bangunan bukan terbuat dari besi semua namun berupa tembok. Menara Masjid Agung
Demak dibuat pada tahun 1926 (sementara Masjid dibangun pada tahun 1466), proyek
pembangunan dipimpin oleh seorang penghulu bernama K.H Abdoerrochman dengan
gaya arsitektur berukuran 4 x4 m²dan mempunyai ketinggian 22 meter.
Untuk arsiteknya dilakukan oleh N.V Lyndetives Semarang pada masa
pemerintahan Bupati Demak bernama RAA Sosro Hadiwijaja.
Sekian dulu, dan jelajah kita pada kesempatan lain
akan ke Kadilagu, tak jauh dari Masjid Agung Demak ini. Maturnuwun…
0 on: "Sekilas Tentang Masjid Agung Demak"