Akarasa - Kembali ke Alam! Sebuah
petuah bijak bagi manusia post modern yang penuh rekayasa yang hidup di suatu
kumparan peradaban yang kehilangan jati dirinya, kehilangan kepekaan untuk
merasakan getaran-getaran alam simbol pancaran kasih sayang-Nya.
Pada tulisan pengalaman sejati ini
berbeda dengan yang lainnya yang pernah saya tulis sebelumnya. Pada tahun 1999
silam saya masih menggebu mempelajari spiritaual baik itu tentang Ilmu Hikmah
maunpun Kejawen, pada tahun yang sama pula saya pernah tertarik dengan sebuah
padepokan penyembuhan psikologi dan spiritual alternatif. Di pinggir kota Blora, yang dipimpin oleh alm
Mbah Djoyo. Padepokan ini tidak seberapa besar hanya beberapa gelintir orang
saja. Namun kondang dalam perbincangan pelaku batiniah, dan yang ngangsu
kaweruh di padepokan ini lebih banyak dari luar Blora, Jawa Tengah.
Di sebuah hari yang redup, saya
mendapat kesempatan untuk berkunjung ke padepokan dan ikut merasakan bagaimana
komunitas ini mengadakan latihan penyembuhan psikologis dan spiritual. Saya
kagum dengan lingkungan padepokan ini. Berada di sebuah lembah yang lumayan
luas, asri dan rindang di apit rimbunnya hutan jati. Di beberapa sudut, berdiri
gubuk-gubuk tempat para cantrik tinggal. Senyap oleh lantunan suara alam: desir
angin, gemeresek liar suara gesekan daun jati air, dan suara gendang
bertalu-talu tiada beraturan.
Suara gendang? Ya…Itu adalah salah satu
bentuk latihan padepokan Mbah Djoyo. Saat gendang ditabuh, sekitar delapan
cantrik menari-nari tiada beraturan. Gerakannya kadang liar, aneh dan tidak
terduga. Tidak ada pakem bagaimana jari harus dilengkungkan, bagaimana kaki
harus melangkah, bagaimana leher harus melongok ke sana ke mari, Mirip ritual sebuah sekte sesat!
Latihan berikutnya: belajar berjalan di
atas batu-batu yang terhampar di tegalan, bergulung-gulung di tanah, menyerap energi
alam, menari di atas batu untuk merasakan gerakan alam. Apa yang alam inginkan,
pada saat itulah tubuh bergerak.
Konsepnya sederhana: gerakan tubuh
tidak perlu direkayasa sedemikian rupa dengan konsep dan persepsi
bermacam-macam. ”Jangan berpikir, biarkan tubuhmu terbang oleh angin, biarkan
dirimu lepas seperti debu,…” kata Mbah Djoyo, sang guru kepada para cantrik cantriknya.
Setelah berlatih menjalani hidup yang
seiring dengan alam, maka biasanya terjadi diskusi-diskusi informal. Di sana
terungkap bahwa para cantrik itu berasal dari latar belakang yang tidak
main-main. Ada yang hampir bergelar doktor tinggal menyelesaikan sidangnya, dan saat itu masih sebagai salah tekhnisi di
salah satu maskapai, dan banyak lagi yang selama ini hidup di komunitas
terpelajar, mapan dan kaya.
Lantas, kenapa mereka yang sangat
rasional, sudah berlebihan dari segi materi dan mungkin mampu membeli
kebahagiaan dengan uang dan materi yang mereka miliki justeru berguru dalam
sebuah padepokan kembali ke alam, yang sangat tradisional dan unik itu?
Saya menyimpulkan bahwa mereka para
cantrik datang ke padepokan itu untuk memenuhi keinginan yang sejatinya harus
selalu hidup dalam diri manusia: untuk merasakan kembali bagaimana bahasa dan
getaran-getaran alam. Kerinduan untuk menyatu dengan alam, menyatu dengan
dirinya sendiri dan menyatu dengan Tuhan. Selama ini mereka tidak mendapatkan
itu semua. Manusia modern tidak lagi merasakan getaran hidup sehingga otak,
perasaan mereka tumpul.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin
menyampaikan bagaimana manusia hidup di tengah samudera getaran alam yang merupakan
Bahasa Alam. Bila diperhatikan segala gejala alam yang timbul di alam semesta
ini adalah merupakan suatu gerakan yang teratur mulai dari galaksi sampai ke
bagian terkecil dari struktur benda di alam ini. Kehidupan makluk didunia ini
pun mengalami pergerakan mulai dari kehidupan sosial sampai ke organ tubuh
terkecil sekalipun.
Demikianlah yang terjadi pada aktivitas
makhluk hidup yang ditandai dengan pergerakan ion-ion yang mengakibatkan
timbulnya getaran dalam bentuk suatu gelombang yang bergerak secara periodik
dengan frekuensi dan simpangan tetap dan tertentu,. kecuali adanya gangguan
atau hambatan yang mempengaruhi langsung atau menginduksi gerakan tersebut.
Frekuensi yang ditimbulkan tergantung Bentuk, Ukuran dan Struktur Organ
bersangkutan, bahkan akan timbul getaran dengan sejumlah frekuensi yang berbeda
yang disebut Spektrum.
Dari literature yang saya baca, makhluk hidup melalui
organ-organnya menghasilkan getaran dengan beragam frekuensi. Frekuensi getaran
yang dibangkitkan berkisar dari 5 Hrz sampai ke gelombang cahaya tergantung
jenis organnya. Frekuensi yang dapat didengar manusia berkisar dari 20 Hz
sampai dengan 20 Khz disebut dengan Getaran Suara atau Akustik. Ada dua sumber
getaran yang dibangkitkan makluk hidup yaitu dari pita suara dan organ-organ
tubuh lainnya.
Getaran atau suara yang dibangkitkan
dari pita suara mempunyai makna tertentu dan merupakan alat komunikasi antar
sesamanya. Sedangkan getaran yang timbul dari organ-organ tubuh lainnya
menunjukan kondisi fisikmaupun spiritual makhluk bersangkutan. Demikian pula
getaran yang diinduksi ke makluk hidup dapat mempengaruhi tingkah laku dan
pertumbuhan baik mempercepat atau memperlambat.
Dalam berkomunikasi, manusia maupun
hewan mengeluarkan suara yang dapat dimengerti oleh sesamanya sebagai informasi
atau sinyal. Misalnya sinyal adanya serangan musuh agar hewan sekelompoknya
dapat menghindar. Demikian pula saat proses kehidupan lainnya seperti proses
perkawinan, bertelur atau melahirkan, minta tolong, stres, senang, dan
sebagainya setiap jenis hewan akan membangkitkan suara getaran dengan frekuensi
dan spektrum tertentu yang dimengeti oleh kelompoknya.
Ada pengaruh terhadap pertumbuhan atau
tingkah laku makluik hidup bila diberikan getaran dengan spektrum frekuensi
tertentu. Misalnya, bila terjadi gesekan antara dua jenis benda misalnya logam,
akan menimbulkan perasaan ngilu di gigi, dan bila getaran tersebut dibangkitkan
selang waktu yang cukup lama, akan berakibat sress.
Pengamatan yang pernah dilakukan adalah
membangkitkan getaran suara dengan frekuensi 11 KHz secara kontinyu akan
berakibat terasa pusing, memekakkan telinga manusia, bahkan mungkin dapat
mematikan. Demikian pula hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa
pembangkitan getaran dengan frekuensi rendah akan mengakibatkan keadaan perut
terasa mual dan ingin muntah.
Bagaimana pada tanaman? Dari pengalaman
yang pernah dihadapi, tanaman yang terletak di rumah yang tidak dihuni tidak
berbuah sedangkan tanaman yang dihuni berbuah lebat (dengan kondisi kedua
tanaman tersebut tetap dipelihara). Demikian selanjutnya setelah rumah tersebut
dihuni, semua tamanan berbuah dengan lebat. Ini fakta, bisa dibuktikan.
Getaran yang dibangkitkan secara terus
menerus (kontinyu) akan mengakibatkan strees, mual atau pusing tergantung dari
frekuensi yang dibangkitkan. Setiap organ tubuh dalam prosesnya membangkitkan
getaran dengan frekuensi tertentu tergantung dari ogan tubuhnya. Bila suatu
getaran dibangkitkan dari suatu sumber tertentu yang frekuensi sama dengan
frekuensi salah satu organ tubuh, maka akan terjadi resonansi pada organ tubuh
tersebut dan akibatnya akan timbul gangguan melalui susunan syarafnya seperti
mual, pusing, ngilu sakit pada salah satu organ tubuh bersangkutan.
Ada satu teori yang menjelaskan bila
suatu organ tubuh mengalami gangguan, maka kekuatan getaran yang ditimbulkan
organ yang mengalami gangguan tersebut lebih lemah dari getaran pada keadaan
sehat atau dapat juga terjadi frekuensi getaran yang dibangkitkan akan
menyimpang dari frekuensi asalnya. Hal tesebut tidak asing lagi karena paramedis
telah melakukannya dengan bantuan cardiograf, stetoscope atau alat sejenis
lainnya.
Hal ini jelas karena setiap ada suatu
proses, tubuh akan membangkitkan getaran dengan frekuensi tertentu. Sedangkan
bila ada penyimpangan misalnya jantung tersumbat, maka aliran darah sebelum
penyumbatan akan diperlambat dan aliran darah sesudah daerah penyumbatan akan
dipercepat yang berarti adanya perubahan frekuensi dari aliran darah tersebut.
Bila suatu getaran diberikan pada organ yang mengalami gangguan, maka getaran
yang diberikan dengan frekuensi yang sama akan teresonansi dengan getaran organ
yang lemah tersebut dan mengakibatkan getaran yang lemah tersebut diperkuat dan
akan menyembuhkan organ bersangkutan.
Pengaruh getaran yang banyak dijumpai
pada hewan adalah getaran suara yang ditimbulkan akibat tingkah laku tertentu
misalnya bertelur, berkumpul, memberi tanda adanya bahaya dan sebagainya. Untuk
hewan menyusui, irama getaran yang diberikan akan mempengaruhi fisiologi hewan
tersebut dan secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhannya maupun
reproduksinya. Jadi dengan menberikan suara dengan irama yang mengalun dan
tenang akan memberikan suasana tenang dan nyaman sehingga akan meningkatkan
pertumbuhhan dan produksi susunya.
Musik yang didengarkan manusia akan
mepengaruhi prilakunya. Demikian pula bila musik rock diperdengarkan pada sapi,
sapi akan berperilaku tegang. Mengapa hal tersebut terjadi. Seperti diketahui,
hewan tidak mempunyai perasaan seperti halnya manusia. Musik rock yang
diperdengarkan bukan iramanya tetapi tingkat kebisingannya. Untuk musik yang
bising, sapi bersangkutan akan strees dan secara tidak langsung akan
mempengaruhi sistim kelenjar yang berhubungan dengan produksi susu. Sebaliknya,
bila diperdengarkan musik-musik romantis, maka akan timbul perasaan tenang.
Begitulah kenyataannya, kahanannya.
Peradaban modern kita semakin sakit, sebuah peradaban yang menjauhkan diri
manusia dari dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Kita jarang lagi bisa dan
mampu mendengarkan getaran yang berada pada frekuensi yang alamiah. Manusia
modern lebih suka memasukkan getaran dalam telinganya berbagai getaran rekayasa
yang sesungguhnya semakin menjauhkan dirinya dari Kesadaran akan Alam Semesta
dan Tuhan Semesta Alam.
Dengarkan bagaimana jangkrik bernyanyi,
dengarkan suara desir angin sepoi di malam purnama, dengarkan bagaimana
daun-daun bergerak tertiup angin, kicau burung yang bermain dengan
anak-anaknya, denyut nadi tubuh kita yang berdetak dan suara air yang mengalir
di bebatuan gunung yang misterius ….
Semua itu adalah Nyanyian Alam, Bahasa
Alam, Bahasa Simbolik dari Keberadaan Tuhan Sang Pencipta. Akhir kata semoga
tulisan sederhana ini bermanfaat untuk kita semua.
Maturnuwun…
0 on: "Bercengkerama dengan Bahasa Simbolik dari Keberadaan Sang Pencipta"