Akarasa – Olah rasa atau batin yang kuat akan
memunculkan energi spiritual yang kuat pula. Bisa disalurkan untuk membentengi
diri dan barang-barang milik kita dari pencurian dan serangan gaib pihak lain.
Dalam khasanah ngelmu kebatinan dikenal dengan membuat pagar gaib. Caranya?
Kemusyrikan berawal dari ketidaktahuan.
Ketidaktahuan inilah yang harus diganti dengan pengetahuan sehingga kita bisa
terbebas dari kemusyrikan. Kemusyrikan adalah penyembahan kepada kepada makhluk
baik makhluk hidup berupa pohon, binatang, jin, manusia maupun makhluk yang
“tidak hidup” atau yang tidak memiliki nyawa bisa berupa benda-benda khusus
seperti jimat, patung, komputer, uang, jabatan, kekayaan dan sebagainya.
Ajaran agama jelas melarang segala
bentuk kemusyrikan atau dikenal dengan ajaran tauhid. Yaitu yang terangkum
dalam satu kesimpulan penghayatan total, final dan eternal pergelaran yang ada.
Kalimat itu adalah La ilaha ilallah, yang diartikan sebagai Tidak Ada Tuhan
(sesembahan yang patut disembah) selain Allah. Ini membutuhkan sebuah kondisi
psikologis yang khusus dan berat: yaitu kepasrahan total, sumarah, sumeleh kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Bagaimana bila kita percaya kepada
dokter agar sembuh dari penyakit? Ini sama saja dengan musyrik atau mempersekutukan
Tuhan. Bagaimana bila kita percaya kepada kekayaan agar bisa sukses? Ini juga
disebut musyik. Bagaimana bila kita percaya bahwa sekolah dan pendidikan,
gelar, jabatan kekuasaan sebagai cara untuk mencapai kemuliaan hidup? Ini juga
termasuk mempersekutukan Tuhan. Bagaimana bila kita masih percaya pada akal
budi, dan batin kita sendiri sebagai sumber pengetahuan yang bebas dari
kemusyrikan? Ini juga termasuk musyrik…..
Harus diakui, pada derajat-derajat
tertentu, kita masih termasuk golongan yang mempersekutukan Tuhan. Sehingga
untuk mencapai Tauhid yang murni, yaitu hanya percaya bahwa satu-satunya Dzat
yang wajib disembah dan diyakini sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan,
kesuksesan, kemuliaan adalah sebuah derajat kemanusiaan tertinggi. Makrifat
kepada Allah swt tercapai bila kita sudah mampu untuk bertauhid secara murni.
Tugas berat namun mulia. Berat karena kita butuh perjuangan untuk yakin bahwa akal budi, batin, serta semua nilai-nilai maupun benda-benda tersebut sesungguhnya hanyalah alat dan cara. Mereka semua bukan Tujuan. Dokter adalah alat dan cara, uang adalah alat dan cara, kekuasaan dan kebahagiaan adalah alat dan cara untuk memperoleh keselamatan, dan seterusnya. Sehingga mau tidak mau kondisi bertauhid adalah menjadikan semua alat dan cara itu perlu untuk mencapai tujuan. Kebahagiaan, kesuksesan, kemuliaan adalah tangga menaiki tujuan. Tanpa adanya tangga, mustahil kita mampu mendaki untuk mencapai Tauhid.
Tugas berat namun mulia. Berat karena kita butuh perjuangan untuk yakin bahwa akal budi, batin, serta semua nilai-nilai maupun benda-benda tersebut sesungguhnya hanyalah alat dan cara. Mereka semua bukan Tujuan. Dokter adalah alat dan cara, uang adalah alat dan cara, kekuasaan dan kebahagiaan adalah alat dan cara untuk memperoleh keselamatan, dan seterusnya. Sehingga mau tidak mau kondisi bertauhid adalah menjadikan semua alat dan cara itu perlu untuk mencapai tujuan. Kebahagiaan, kesuksesan, kemuliaan adalah tangga menaiki tujuan. Tanpa adanya tangga, mustahil kita mampu mendaki untuk mencapai Tauhid.
Setelah kita memahami paradigma
ketauhidan, maka pada kesempatan kali ini, dengan segala kerendahan hati saya untuk
membagikan atau setidaknya mengulas sebuah teknik untuk memagari diri dan semua
yang masih kita klaim sebagai milik kita (padahal sesungguhnya semua ini
termasuk milik-Nya) dari serangan gaib pihak yang lain. Ya, kita tetap perlu
hati-hati agar terhindar dari menyeleweng dari keyakinan bahwa semua ini
sumbernya tetap Allah swt.
Pada suatu kesempatan saat saya
undangan ke Bali tepatnya di Nusa Dua, saya berkesempatan ngobrol dengan
seorang pemuka adat. Saya menanyakan kenapa rumah-rumah di Bali selalu ditunggu
penjaga yang berupa makhluk halus (jin) di depan rumah.
Saya mendapatkan jawaban sebagai
berikut: “Makhluk halus ini bagi warga Bali bukan diposisikan sebagai musuh.
Mereka teman kita yang bisa untuk menjaga rumah. Kami memberi mereka sesajen
setiap hari.. selain sebagai bentuk sukur pada Hyang Widi, juga sebagai bentuk
penghormatan kami kepada makhluk ciptaan-Nya, di antaranya mahluk halus…mereka
akan menjaga rumah kita karena kita juga menghormati keberadaannya”
Sebuah jawaban yang sangat bijaksana.
Semua makhluk (baik yang hidup dan nyata maupun makhluk yang tidak kasat
mata/makhluk halus) sebenarnya juga wajib dihargai dan dihormati. Manusia harus
bertoleransi dan tidak saling menyakiti. Itu sebabnya, di Bali setiap pohon
yang ada penghuni makhluk halus diberi kain kotak hitam putih dan diberi
sesajen. Dalam konteks pagar gaib, maka orang Bali sudah membentengi benda dan
barang-barang miliknya dengan menggunakan makhluk halus…
Bagaimana di Jawa? Bisa kita saksikan
di lingkungan sekitar kita, rumah-rumah rata-rata orang Jawa tidak memiliki
pagar gaib. Jangankan makhluk halus, pohon-pohon besar saja sekarang sudah
banyak yang ditebangi digantikan pohon-pohon perdu, bunga-bunga yang hanya
berfungsi estetis belaka. Padahal, ditilik dari segi kelestarian lingkungan
hidup keberadaan pohon-pohon besar jelas sangat menguntungkan hidup manusia.
Ya, penghormatan kita terhadap alam semesta memang mengalami degradasi…. bahkan
kita tega bila hutan dirusak dan kayunya dijual.
Bila penghargaan terhadap lingkungan
hidup jangan diharap kita bisa mendapatkan kekuatan alam sebagai pelindung
hidup kita. Sebaliknya, pertahanan gaib manusia akan jebol dan bersiap-siap
saja menunggu datangnya serangan balik dari lingkungan.
Pergaulan antar sesama juga mengalami
degradasi. Kita menganggap orang lain sebagai musuh dan saingan untuk mencapai
kesuksesan. Paling-paling, keberadaan orang lain hanyalah sarana agar kita bisa
menjalin relasi yang ujung-ujungnya untuk egoisme pribadi. Kebaikan dan
keakraban kita kebanyakan dilatarbelakangi oleh motif kita agar dikagumi,
dipuja dan sukur-sukur mau untuk kita jadikan kuda tunggangan suksesnya bisnis
kita. Wah, manusia macam apa kita ini?
Bila kita sudah memiliki kedewasaan
mental spiritual dan situasi/kondisi psikologis kita sudah siap untuk tidak
masuk ke wilayah Mempersekutukan Tuhan, maka tidak salah untuk membuat Pagar
Gaib sendiri yang terbebaskan dari syirik. Bagaimana caranya? Metode yang akan
saya bagikan dibawah ini menggunakan cara yang sederhana dan tanpa menggunakan
makhluk halus namun memanfaatkan energi alam semesta agar alamiah dan terhindar
dari ketergantungan akut pada makhluk yang lain.
Pertama, tetapkan niat bahwa semuanya
ini sumbernya dari Allah swt, dan kekuatan yang dimiliki oleh makhluk-makhluk-Nya
ini sumbernya juga dari Dia juga.
Kedua, Serap dan Satukan energi dengan
energi alam semesta yang ada di sekeliling kita. Dan berdoa dalam hati kepada
Tuhan Yang Maha Perkasa agar niat kita diijinkan-Nya. Tanpa ijin-Nya, semua
upaya kita pasti akan gagal…
Ketiga, lakukan kontak energi berupa
menyerap dan mengarahkan energi batiniah untuk memagari benda-benda milik kita.
Caranya sederhana: heningkan cipta sesaat dan bayangkan sebuah bola kristal
berada di kedua tangan. Masukkan benda-benda yang ingin kita lindungi tersebut
ke dalam bola kristal tersebut dan berikan pancaran energi batiniah dengan
mengatakan dalam hati:
“Mobil/Rumah/Motor/Diri kita sendiri ini sudah ada dalam bola kristal gaib pemberian-Nya… kau akan aman terhadap segala bentuk kejahatan”
“Mobil/Rumah/Motor/Diri kita sendiri ini sudah ada dalam bola kristal gaib pemberian-Nya… kau akan aman terhadap segala bentuk kejahatan”
Selanjutnya adalah lemparkan bola
kristal yang berisi bayangan benda-benda milik kita tersebut ke angkasa dan
setelah itu lupakan.
Kenapa bola kristal gaib ini harus
dilupakan sesaat setelah diterbangkan ke udara? Sebab bola kristal itu akan
memasuki langit keikhlasan. Tanpa memasuki langit keikhlasan, maka bola kristal
yang kita buat tidak memiliki kekuatan gaib.
Ya, kita harus ikhlas bahwa kita sudah
berusaha secara batiniah dengan pasrah total apapun hasilnya kepada Tuhan.
Semakin kita ikhlas, maka semakin kuat energi batiniah kita. Jin dan makhluk
halus yang ingin memasuki pagar gaib kita akan terlempar dan menjauh. Manusia
yang memiliki niat jahat pun akan mengurungkan niatnya. Semuanya pasti atas
ijin-Nya.
Langkah terakhir setelah kita berupaya
secara gaib adalah melakukan pengamanan harta milik kita secara standar
sebagaimana biasanya. Baik itu menggunakan gembok, dikunci dan diletakkan
dengan benar dan sebagainya. Nah, mudah bukan? Karena hari sudah lewat dari
seruan subuh. Saatnya saya menjinakkan
indera yang bernama mata. selamat mencoba dan semoga bermanfaat.
Maturnuwun…
0 on: "Membuat Pagar Gaib Tanpa Klenik"