Akarasa – Selamat
malam menjelang pagi kadang kinasih akarasa. Saya yakin setiap kita pernah terbersit
tanya pada diri sendiri. Dialog diri, atau apalah nama lainnya. Dialog yang
dimana ketika kita bertanya-tanya tentang alasan mengapa kita hidup, mengapa
kita harus ada di dunia ini. Sementara kita merasa hidup ini tidak berjalan sebagaimana
mau kita, sebagaimana kebahagiaan yang kita inginkan, atau angan yang diharap
menjadi kenyataan. Pertanyaan-pertanyaan itu jelas sangat mengusik seolah-olah
menjadi sebuah pembenaran untuk menyudahi sebuah kehidupan.
Perdebatan hati yang dimana ketika kita bersikeras bahwa hidup ini tidak
berarti atau tidak memberi arti, hanya mempersulit hidup orang lain disekitar.
Keberadaan kita membuat mereka bersedih atau terluka. Yaah, meskipun toh itu adalah
asumsi yang kita benar-benarkan.
Dialog dimana
kita terlalu naïf untuk mengakui bahwa sejatinya hidup diciptakan sedemikian
rupa untuk menguji kita dan tidak pernah ada ujian hidup yang melebihi
kemampuan seseorang. Itu keniscayaan. Pikiran kita sendirilah yang membatasi
semua itu, pikiran kita menggerakan seluruh langkah kita menjadi keliru,
pikiran kita mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang semakin jauh dari
titik terang.
Perdebatan yang
pada akhirnya menjauhkan sejatinya hidup adalah belajar untuk mengendalikan
pikiran kita. Menjaganya tetap jernih dan positif, menjaganya agar jangan
sampai menjadi pendek, membuat kesimpulan yang keliru, membuat keputusan yang
salah.
Pertentangan
antara nalar dan logika tentang cara bagaimana cara kita mengajarkan pikiran
kita menjadi demikian? Sulit tapi pasti bisa dilakukan. Mungkin dengan
banyak-banyak bertemu manusia yang tidak kamu kenali, memudahkan urusan mereka
dengan menolongnya. Menyedekahkan tenaga, harga, bahkan pikiran kita untuk
hidup orang lain. Bertemu dengan sebanyak-banyak manusia. Lebih banyak melihat
ke bawah, melihat lebih dekat kepada orang-orang yang lahir tidak seberuntung
kita.
Masalah
hidup mereka jauh lebih banyak dan mereka tetap berjuang untuk hidup. Masalah
kita mungkin baru sebatas patah hati atau sebatas masalah-masalah seperti drama
televise. Hidup orang lain tidak semudah hidup kita, bahkan untuk urusan makan
esok hari, sementara kita membuang banyak rejeki ke dalam tong sampah.
Hidup kita
adalah sebuah keberuntungan besar, setidak menarik apapun jalan cerita yang
sedang dijalani saat ini, percayalah bahwa kita bisa membuat cerita itu menjadi
menarik dengan pikiran kita. Dengan melihat sesuatu dari sudut pandang yang
baru.
betul gan, kalo lagi susah coba liat ke orang2 yg kondisi ekonominya lebih di bwh. Niscaya akan lebih mudah bersyukur dgn keadaan kita sendiri.
BalasHapusmakasih gan kunjungannya....
Hapus