![]() |
Ilutrasi |
Akarasa- Selamat datang kadang kinasih akarasa. Kisah yang saya tulis ini berawal saat saya diberi amanah oleh seorang kolega untuk mencari kebenaran mitos angker dari properti yang baru dibelinya. Property sebentuk ruko ini bisa dikatakan murah jika dibanding dengan keberadaannya di tengah kawasan jalur sibuk di kota sebut saja X (demi menjaga privasi).
Satu beban moral tersendiri bagi saya karena saat
kolega hendak membeli property ini sebelumnya meminta pertimbangan saya.
Singkat cerita, setelah beberapa bulan mengakuisisi kepemilikan property tersebut
akhirnya dipakai usaha oleh keponakannya sambil menunggu IMB untuk kemudian
akan di bangun ulang. Namun itu tidak bertahan lama, hanya hitungan bulan saja
karena gangguan-gangguan gaib yang menyeramkan.
Karena menjadi beban
moral akhirnya setelah ada kesempatan sepulang dari Jakarta dari rumah kolega
saya tersebut dan meminta kunci ruko dan langsung akan bermalam disitu. Ketika
pertama tiba di ruko tersebut, kebetulan penjual nasi goreng yang mangkal dekat
dengan ruko sudah wanti-wanti dan mengatakan jika tempat ini angker. Yang
bahkan saya dapat keterangan ketiga pemilik sebelumnya semuanya meninggal. Dan
salah satu ketika pemilik sebelumnya tersebut ada yang mati mendadak di
property ini.
Saya hanya tersenyum
mendengar penuturan ini. Tak cukup beralasan bagi saya untuk takut? Namun, saya
cukup menghargai penuturan yang sebentuk informasi ini. Setelah pesanan nasi
goreng saya selesai saya kembali masuk
ke ruangan belakang yang lumayan agak bersih untuk melepaskan penat dan sambil
menikmati nasi goreng yang saya pesan barusan. Tiba-tiba ada suara keras dari
ruangan atas. Passssssttttt!
Siapapun pasti kaget,
termasuk saya. Saya coba menelisik dengan pandangan karena tidak terjadi lagi
akhirnya saya teruskan makan. Setelah selesai makan, sambil menikmati sebatang
rokok saya iseng menulis artikel. Sekitar setengah jam kemudian mataku mataku
terasa berat, diluar kebiasaan karena malam belum menunjuk tengah malam. Saya
memutuskan untuk rebahan dengan menggelar tikar yang kebetulan ada disitu.
Entah berapa saat saya
terlelap. Hawa dalam ruangan yang semula terasa panas, berangsur-angsur berubah
menjadi dingin menusuk tulang. Entah apa sebabnya. Dari atas kepalaku berhembus
angin kencang berkekuatan dahsyat. Sampai-sampai, tubuhku menggigil dibalik
jaket. Bibirku gemetar dan gigiku gemeletuk, menahan hawa dingin yang tiba-tiba
menyerangku. Tapi anehnya kedua mataku terasa lengket, dan tak bisa saya buka
sedikitpun. Sesat kemudian, terdengar suara derap langkah kaki berat di atas
kepalaku. Diiringi suara dengusan napas menggerung-gerung bagai suara mesin
lokomotif kereta.
Dengan susah payah,
akhirnya separuh kedua mataku dapat saya buka pelan-pelan. Yang kulihat
kemudian, beberapa sosok makhluk tinggi besar dan berjubah hitam. apakah mereka
malaikat kubut yang akan mencabut nyawaku? Pikirku.
Sebagai manusia pada
umumnya, seketika perasaan was-was menyerangku. Menyadari hal ini secara
perlahan saya mulai menguasai rasa takut dan akhirnya mampu melepaskan hawa
dingin yang menyerangku. Sosok-sosok tinggi besar yang berjubah hitam juga raib
seketika. Udara ruangan yang semula dingin membeku, berangsur-angsur kembali
hangat. Juga suara gerungan dan dengusan nafas berat, langsung berhenti.
Sampai pagi, saya tidak
bisa tidur. Kalau pun terlelap sebentar, saya selalu terbangun oleh suara
laki-laki yang sepertinya sedang bercakap-cakap. Mereka terdengar sedang
membicarakan orang yang sudah meninggal, dalam bahasa melayu yang tidak
seluruhnya saya mengerti. Suara dua orang yang sedang bercakap-cakap itu jelas
dari lantai atas, persin di atas ruangan saya istirahat. Dan ini sudah cukup
bagi saya jika memang property ini memang dihuni makhluk halus sebangsa jin.
Pagi harinya, sewaktu
kolega menanyakan hasil temuan saya lewat telepon. Saya katakana saja terus
terang bahwa semalam saya tidak bisa tidur. malah mencandai saya jika memang
selama ini memang kan tidak bisa tidur. saya jelaskan juga tentang adanya
makhluk-makhluk halus, juga percakapan dua orang di lantai atas. Kolega saya
diam, tidak ada sahutan dari seberang sana. Biasanya, kalau ada penghuni baru,
mahkluk-mahkluk itu akan datang satu persatu untuk meperkenalkan diri. Tapi,
biasanya tidak ada penghuni yang kuat lebih dari tiga malam untuk menempati
ruko ini. Sambung kolega saya menambahkan informasi.
Mendengar penjelasan itu,
hatiku malah mulai tertantang untuk tetap tinggal. Sampai sejauh mana meraka
atau saya yang betah di ruko yang notabene dibangun manusia. Iya, jujur dalam
hal ini saya sedikit arogan. Dan memang, apa yang dituturkan penjual nasi
goreng ataupun kolega saya memang terbukti. Hari kedua menjelang maghrib, meski
diluar suara pikuk kendaraan yang bising , terdengar saja suara-suara orang
yang berbicara di lantai atas. Tapi kalimatnya itu tak terdengar jelas
ditelinga. Yang sering terdengar adalah hentakan “passsssst! Entah apa artinya
hentakan itu.
Malam kedua, saya
mendapat gangguan dari luar ruangan tempat semula saya istirahat, persisnya
lorong menujukamar mandi. Itu terjadi saat saya sedang mempersiapkan prosesi
penangkapan ketika waktu belum menunjuk pukul 11 malam. Saya dikejutkan oelh
suara garukan-garukan kuku binatang di pintu lorong penghubung kamar mandi yang
saya sebutkan di atas. Disusul suara auman bianatang seperti harimau. Seakan
binatang itu memaksa hendak mendobrak pintu masuk.
Tanpa pikir panjang
lagi, saya ambil salah satu piranti yang saya siapkan sebelumnya dan saya
pukulkan di pintu penghubung tersebut, yang tentu saja sambil merapal amalan
pengusir jin. Yang saya heran, suara-suara garukan itu bukannya berhenti, tapi
malah menjadi-jadi. Suara aumannya pun bertambah keras dan nyaring. Sepertinya,
dia marah atau kesakitan. Dan benar saja, ketika pintu saya buka dia
menggelepar-gelepar di balik pintu lorong kamar mandi. Melihat gelagat yang
menguntungkan, secara naluriah saya langsung tangkap. Untuk tahap teknis atau
cara menangkap energi jin ini suatu saat saya akan bahas lebih lanjut. Saya
lanjut dulu ke cerita.
Prosesi singkat yang
cukup menguras tenaga, seusai itu setelah memulihkan energi. Kembali saya
manekung untuk menyelaraskan rasa ke dimensi astral. Dan benar saja, lantai
atas ada dua sosok dua orang pemuda sedang tafakur di pojokan kamar. Dua pemuda
yang bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjang gombrong hitam. Karena
wujudnya masih pemuda tanggung antara 20-23 tahunan saya menyapa mereka dengan
sebutan dik. Lain cerita kalau mereka maujud dalam sosok tua, barangkali akan
saya panggil Mbah toh?
“Dik, kalian ini
siapa?” tanyaku.
“Namaku, Fattalah. Kami
sudah lama tinggal disini. Dan ini temanku.” Jawab salah satu dari mereka
sambil menunjuk ke sebelahnya.
“Ilmu kami sudah pas.
Kami berdua ahli dalam ilmu tasawuf. Kami belajar di Riyadh!” Sambung Fataalah
lagi meski saya tanpa meminta informasi keberadaannya.
Sebelum saya lebih jauh
lagi, malah mereka pamit dan akan kembali ke asalnya. Sayangnya saya tidak tahu
dari mana dua sosok ini berasal. Mereka hanya pamit dan berpesan agar yang
menempati selanjutnya tidak melakukan hal-hal yang tercela. Dalam hal ini saya
juga tidak tahu atau berusaha mencari tahu tercela dalam bentuk apa. Demikian
sekelumit oleh-oleh cerita yang bisa saya tulisakan untuk kadang kinasih
akarasa. Semoga tulisan ini ada manfaatnya. Maturnuwun…
0 on: "Pengalaman Misteri : Sosok Misterius Di Lantai Atas"