Akarasa – Selamat datang kadang kinasih akarasa. Terima kasih
panjenengan sekalian masih setia berkunjung kemari. Semoga hari ini adalah hari
yang lebih baik bagi kita semua dan tentunya hari yang penuh dengan ide-ide
baru. Harapan-harapan baru. Bicara tentang ide tentu tidak datang serta merta,
ide atau ilham datang saat suasana sedang tenang saat suasana hati maupun
pikiran kita sedang pada posisi rileks. Sedangkan untuk rileks atau tenang yang
luar dalam tentu saja berproses. Hal yang paling umum untuk mendapatkan
ketenangan kita bisa dengan dzikir, meditasi, yoga, manekung, semedi atau
apalah sebutan lainnya. Tapi yang akan saya bagikan kesempatan kali ini sedikit
berbeda dengan semua tekhnik diatas. Penasaran….
Semedi tidur. Iya, kerabat akarasa tidak salah dalam membaca
tulisan. Tentang tidur ini, diriwayatkan salah satu cara Nabi mendapatkan wahyu
adalah saat beliau tidur. Ada apa dengan tidur? Nah, inilah yang akan kita
bahas kali ini. Saya rasa cukup basa-basinya dan langsung ke pokok bahasan.
Ini adalah rahasia besar yang disimpan dan disembunyikan
selama berabad-abad oleh kaum sufi, orang-orang sakti dan winasis, kaum
mistikus agama apapun sepanjang masa. Rahasia tentang bagaimana mendapatkan
pandangan ilham, pencerahan dan kebijaksanaan. Rahasia terbesar itu adalah
semedi dengan cara yang nyaris sama dengan kalangan umum yaitu dalam posisi
tidur. Enak, nyaman sekaligus mendapatkan pencerahan.
Teknik ini sebenarnya sudah dicontohkan oleh para nabi,
utusan, bagaimana melaksanakan berbagai posisi yang mampu mengantarkan para
penganutnya untuk mendapatkan pencerahan. Mulai dari posisi duduk (ini yang
paling banyak ketahui ketahui), posisi berdiri maupun posisi berjalan. Sedikit
yang mengetahui namun tidak atau jarang diajarkan di padepokan atau sejenisnya
adalah melaksanakan semedi dalam posisi tidur. Konon, para guru semedi,
manekung, atau yoga tidak mengajarkan semedi posisi tidur karena akan membuat
para murid menjadi malas. Padahal posisi inilah yang paling disukai para guru
spiritual.
Sebab antara tidur yang normal dan semedi tidur hampir tidak
ada bedanya sehingga saat melaksanakan semedi dalam posisi berbaring ini para
guru tidak mengetahui apakah para murid itu sedang tidur atau sedang semedi.
Para murid pun juga dengan mudah beralasan sedang melaksanakan semedi padahal
sebenarnya sedang tidur. Sehingga pengetahuan tentang semedi dalam posisi tidur
ini kebanyakan “disimpan” oleh kalangan guru spiritual dan hanya disampaikan
bila para murid sudah mencapai tingkat tertinggi dan sudah akan “turun gunung”
dari padepokan.
Setelah kita mengenal berbagai posisi semedi yakni meditasi
duduk bersila, berdiri, berjalan, kita memasuki tahap semedi posisi berbaring
tidur. Tidur merupakan aktivitas yang setiap orang pasti melakukan karena
sangat penting bagi hidup. Berapa lama kita mampu bertahan tanpa tidur?
Penelitian menunjukkan, batas maksimal tanpa tidur yang tercatat sejauh ini
adalah 264 jam, atau sekitar 11 hari. Tanpa makanan bisa bertahan sekitar 40
hari. Adapun tanpa minuman, kita bisa bertahan sekitar 3 hari. Apabila
diurutkan, berturut-turut paling vital dalam hidup manusia adalah udara,
cairan, tidur, dan makanan. Udara menduduki peringkat pertama karena beberapa
menit tanpa udara manusia sudah tidak dapat bertahan hidup. Sedangkan tidur
menduduki peringkat ke 3.
Kita menghabiskan banyak waktu untuk tidur. Jika rata-rata
seseorang tidur 8 jam sehari, itu artinya sudah 1/3 hari digunakan untuk tidur.
Jadi kalau kita telah berumur 30 tahun, maka sekurang-kurangnya 10 tahun telah
dihabiskan dalam tidur. Bayangkan apa saja yang bisa dilakukan dalam 10 tahun?
Tentunya banyak sekali. Tapi faktanya 10 tahun itu dihabiskan untuk tidur. Pada
saat tidur, manusia tetap berpikir seperti halnya ketika bermimpi. Meski tentu
saja berpikir saat jaga dan saat tidur berbeda. Ingatan seseorang juga tetap
bekerja selama tidur seperti terlihat dari fakta kita mengingat mimpi-mimpi
yang kita alami. Ketika tidur, seseorang tetap peka dengan rangsangan dari
luar, misalnya suara gaduh atau disiram air bisa membangunkan seseorang yang
tidur. Oleh karena itu tidur digolongkan sebagai kesadaran.
Sebagai acuan, tidur bisa diartikan sebagai bagian dari
periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki)
yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang
minimal. Secara otomatis, otak kita memprogram untuk tidur begitu gelap datang
dan terbangun ketika terang tiba. Fakta bahwa manusia dapat bertahan hidup
lebih lama tanpa makanan daripada tanpa tidur menunjukkan bahwa tidur memiliki
peranan vital dalam kehidupan manusia.
Salah satu teori tentang tidur adalah teori restorasi. Teori
tersebut berpandangan bahwa tidur diperlukan untuk:
- Perbaikan sel otak. Dengan tidur, otak berkesempatan untuk istirahat dan memperbaiki neuron-neuron (sel-sel otak) yang rusak serta menyegarkan kembali koneksi penting antar sel-sel otak yang kurang digunakan.
- Penyusunan ulang memori. Tidur memberikan kesempatan kepada otak untuk menyusun kembali data-data atau memori agar bisa menemukan solusi terhadap sebuah masalah.
- Penghematan energi. Tidur menghasilkan rata-rata metabolisme tubuh dan konsumsi energi yang rendah. Oleh karena itu apabila seseorang kurang cukup makan atau memiliki asupan energi yang sedikit, maka tidur menjadi alternatif .
- Sistem kardiovaskular atau peredaran darah berisitirahat selama tidur. Peneliti menemukan bahwa orang dengan tekanan darah normal atau tinggi akan berkurang 20-30% tekanan darahnya, dan berkurang 10-20% denyut jantungnya.
- Perbaikan enzim dan otot-otot tubuh. Selama tidur sel-sel otot tubuh yang rusak atau tua digantikan oleh sel-sel baru. Proses penyembuhan cedera lebih cepat dalam keadaan tidur.
- Banyak hormon diproduksi dalam darah selama tidur. Misalnya hormon pertumbuhan pada anak-anak dan remaja, yakni hormon luteinizing yang berperan dalam pencapaian pubertas atau kematangan dan proses reproduksi dihasilkan ketika tidur.
Waktu ideal yang diperlukan untuk tidur tergantung pada
banyak faktor, diantaranya usia, kesehatan, daya tahan fisik, dan aktivitas
mental. Secara umum, bayi yang baru lahir memerlukan tidur sekitar 16 jam
sehari. Pada usia 6 bulan setelah kelahiran, waktu tidur menurun menjadi
sekitar 13 jam sehari. Remaja memerlukan rata-rata waktu tidur sekitar 9 jam
sehari. Sedangkan kebanyakan orang dewasa memerlukan tidur rata-rata 7-8 jam
sehari. Tentu saja banyak orang yang tidur diluar waktu ideal tersebut. Ada
yang tidur lebih lama atau lebih sedikit dari waktu ideal yang diperlukan untuk
tidur. Kewaspadaan-psikomotor dipengaruhi oleh tidur. Saat terjaga setiap orang
mengalami tekanan fisik dan mental yang tinggi.
Tidur berperan menyeimbangkannya dengan penurunan tekanan
sehingga mencapai tekanan yang rendah. Siklus itu alamiah terjadi dan telah
diatur oleh jam biologis manusia. Seseorang hanya bisa melampaui tekanan fisik
dan mental yang tinggi jika cukup beristirahat dalam kondisi tekanan fisik dan
mental yang rendah. Oleh karenanya apabila kurang tidur, maka
kewaspadaan-psikomotor saat terjaga juga akan sangat rendah. Artinya performa
atlet di lapangan juga akan rendah. Tidak heran jika batasan jam tidur selalu
dibuat.
Penelitian juga menunjukkan apabila seorang atlet dibiarkan
tidur sampai benar-benar terlelap dan cukup, maka mood, tingkat energi dan
perasaan sejahtera meningkat tajam. Hal tersebut tentu sangat berguna dalam
menghadapi pertandingan. Kombinasi dari kewaspadaan-psikomotor, mood, tingkat
energi yang tinggi dan perasaan sejahtera atau bahagia akan membuat seorang
atlet mencapai performa puncak di lapangan.
Bagaimana bila kurang kita tidur? Jawabannya, berisiko mati
lebih dini. Dari hasil penelitian tercatat risiko kematian sebesar delapan
persen terjadi pada mereka yang tidur enam jam sehari. Jumlah ini meningkat
menjadi 11 persen pada orang yang tidur lima jam sehari. Risiko kematian
sebesar 17 persen disandang mereka yang tidur hanya empat jam sehari. Ini hal
teknis berdasar analisa manusia.
Di dalam penempaan di padepokan, atau wahana spiritual
lainnya, para pejalan spiritual mempratekkan semedi dengan menggunakan empat
sikap tubuh yang berbeda-beda. Ambil contoh kita misalnya mempratekkan semedi
dengan kesadaraan pikiran saat berjalan, berdiri, duduk dan berbaring (tidur).
kita harus sepenuhnya membangun kesadaran setiap saat dalam kondisi apapun.
Posisi utama tubuh dalam semedi adalah duduk bersila dengan punggung tegak.
Tapi umumnya para pejalan spiritual sulit duduk berjam-jam tanpa merubah
posisi. Sehingga posisi ini perlu dilanjutkan dengan semedi berbaring sebagai
tahap untuk menjalani meditasi tidur. Di dalam semedi posisi berbaring sebagai
latihan untuk menuju “semedi tidur”, kita butuh latihan. Setelah beberapa
minggu bersemedi kita pun dengan mudah membiasakannya.
Tahap dalam semedi tidur ada empat:
I. Pada gerakan pertama, yakni gerakan
mengangkat pikiran, pada tahap ini kita mengalami rasa ringan. Ketika mengalami
rasa ringan kita “melihat” unsur api. Salah satu aspek dari unsur api adalah
membuat benda-benda menjadi lebih ringan. Saat benda-benda menjadi lebih ringan
itulahkita bisa mengangkat pikiran. Kita merasakan intisari dari unsur api.
Tidak hanya itu. Saat pikiran terangkat ada unsur lain yang juga bekerja.
Setelah itu terjadi pergerakan pikiran bergerak naik. Pergerakan terjadi karena
ada unsur udara yang bekerja. Tapi, dalam hal naiknya pikiran, unsur api lebih
dominan dibanding unsur udara. Jadi bisa dikatakan saat mengangkat pikiran
unsur utamanya adalah unsur api dan unsur kedua mengikuti adalah unsur udara.
Kedua unsur tersebut bisa dirasakan oleh para pejalan spiritualsaat mereka
menaruh perhatian sungguh-sungguh ketika mengangkat pikiran.
II. Tahap berikutnya adalah mendorong
pikiran ke depan. Saat pikiran terdorong ke depan unsur utama yang memengaruhi
gerakan tersebut adalah unsur udara. Karena pergerakan (dalam hal ini ada
gerakan mendorong) adalah satu sifat utama dari unsur udara. Jadi, saat
bersungguh-sungguh melihat gerakan pikiran maju sebetulnya tengah “melihat”
intisari unsur udara.
III. Tahap semedi berbaring berikutnya
adalah gerakan menurunkan pikiran. Sewaktu kita meletakkan pikiran ke bawah ada
sejenis kekerasan pada pikiran. Kekerasan adalah karakteristik dari unsur air.
Unsur air bersifat merembes dan mengental. Saat cairan menjadi berat maka ia
akan mengental. Jadi, saat mengalami rasa berat pada kesadaran mereka
sebenarnya mengalami peristiwa bekerjanya unsur air. Kita mengalami kekerasan
dan kelembutan dari pikiran yang menyentuh dasar kesadaran. Persinggungan
antara pikiran dan landasan mengalami keadaan alaminya yang khas. Kondisi ini
dipengaruhi oleh unsur tanah. Jadi dengan menaruh perhatian sungguh-sungguh
saat pikiran menekan landasan kesadaran bisa memetik pengalaman berupa keadaan
alami yang dipengaruhi oleh unsur tanah.
IV. Satu langkah konsentrasi tapi mengamati
banyak proses. Kita bisa mengamati empat unsur utama dan menyadari keempatnya
secara alami. Keadaan ini hanya dialami oleh kita yang berlatih
sungguh-sungguh. Saat meneruskan latihan semedi berbaring kita akan menyadari
pada setiap gerakan ada pikiran yang mencatat atau mengawasi setiap gerakan
tersebut. Proses yang sama muncul saat melakukan gerakan menekan kesadaran ke
landasan. Saat itu ada gerakan menekan dan munculnya pengawasan atas gerakan
tersebut. Dengan cara ini kita memahami bahwa bersamaan dengan melangkah ada
gerakan kesadaran atau pengawasan batin. Sementara gerakan-gerakan kesadaran
termasuk ke dalam kelompok materi atau rupa.
Pada saat itu kita akan memahami batin dan jasmani muncul
dan lenyap setiap saat. Pada satu waktu ada kesadaran yang terangkat dan
munculnya kesadaran mengangkat. Saat berikutnya ada gerakan kesadaran mendorong
ke depan dan kesadaran yang melihat pergerakan tersebut. Demikian seterusnya.
Dari sinilah muncul pemahaman tentang bekerjanya pasangan batin dan jasmani
yang muncul dan lenyap setiap saat. Hanya saja pemahaman atau pengertian
tentang muncul dan lenyapnya batin dan jasmani setiap saat ini hanya akan
terjadi bagi mereka yang berlatih dengan sungguh-sungguh. Ada hal lain yang
akan ditemui. Yakni munculnya serangkaian kehendak atau maksud yang
mengakibatkan terjadinya setiap gerakan.
Pada tahap ini kita akan menyadari bahwa kesadaran bisa
diangkat karena kita menginginkannya. Juga, kesadaran terdorong ke depan karena
kita bermaksud demikian. Kesadaran bisa turun karena kita menginginkannya.
Begitu pula pikiran bisa menekan landasan karena kita bermaksud demikian. Jadi,
hal itu bisa terjadi karena munculnya serangkaian kehendak. Kehendaklah yang
mengawali setiap pergerakan. Setelah ada kehendak untuk mengangkat maka muncul
proses mengangkat pikiran. Setelah ada kehendak untuk mendorong maka muncul
proses pikiran terdorong ke depan. Demikian seterusnya. Setelah mengamati
proses ini dengan sungguh-sungguh kemudian memahami semua kemunculan itu
berkondisi. Pergerakan-pergerakan itu tak akan muncul dengan sendirinya.
Pergerakan-pergerakan itu tak akan terjadi tanpa adanya
suatu sebab. Ada sebuah sebab atau kondisi untuk setiap pergerakan yaitu
munculnya kehendak atau maksud yang mengawali setiap pergerakan. Sebab itu
adalah gerakan dari Aku Sejati, Ingsun Sejati, Ruh Kita. Inilah keuntungan
besar dari berlatih semedi berbaring. Tentu saja tingkat di atas tidak mudah
dicapai.
Tapi, bila seorang pejalan spiritual mampu meraihnya bisa
dipastikan akan mengalami ketenangan. Sebab memiliki kewaspadaan
muncul-lenyapnya batin dan jasmani, memahami ketidakkekalan, memahami
ketidakkekalan kesadaran. Ya, semuanya selain Aku Sejati kita bersifat tidak
kekal! Kita harus berusaha memahami apakah sesuatu itu bersifat kekal atau
tidak kekal. Kita harus berusaha untuk melihat melalui kekuatan yang muncul
dalam semedi apakah benda-benda itu subyek dari proses menjadi yang kemudian
lenyap. Jika semedi kita cukup baik keadaan ini memungkinkan untuk mengamati
ketidakkekalan. Setelah itu barulah kita bisa memutuskan fenomena yang tengah
diselidikinya itu bersifat tidak kekal.
Melalui penyelidikannya kita akan melihat dan menyadari
terangkatnya kesadaran yang muncul atas gerakan itu yang sesaat kemudian
lenyap. Saat mereka memahami batin dan jasmani itu bersifat tidak kekal kita
akan mengerti bahwa batin dan jasmani itu bersifat tidak memuaskan. Hal ini
muncul karena ternyata batin dan jasmani berada dalam keadaan terus-menerus
timbul dan tenggelam. Setelah memahami ketidakkekalan dan tidak memuaskannya
benda-benda akan muncul suatu penyelidikan yang memunculkan pengertian bahwa di
sana tidak ada jiwa atau diri di dalam benda-benda yang memerintah mereka untuk
menjadi kekal. Dalam setiap fenomena memang tiada apa pun, tak ada kekuatan apa
pun, tak ada jiwa di balik fenomena-fenomena tersebut.
Pada kondisi ini kita bisa memahami sifat-sifat ketiga dari
semua fenomena yang berkondisi yakni: Tidak Kekal, Pasif dan Tak Ada Inti Yang Kekal. Kita bisa
memahami ketiga sifat tersebut dengan penyelidikan secara tekun saat pikiran
naik dan kesadaran yang muncul saat menaikkan pikiran. Akibatnya kita bisa
melihat semua fenomena secara alami.
Usaha yang dikerahkan saat bersemedi dalam posisi tidur
adalah melihat gerakan kita secara cermat secermat dengan energi berkekuatan
tinggi. Melihat bingkai demi bingkai. Kita pun perlu menyelidiki kekuatan
kesadaran dan kekuatan kehendak yang muncul di setiap pergerakan nafas. Dengan
cara semacam inilah akan muncul penghargaan dan penghormatan atas perjuangan,
kebijaksanaan. Setelah berlatih semedi dan mengamati dengan penuh perhatian
kita akan tahu meski hanya satu pergerakan yang sebenarnya pergerakan itu
gabungan dari jutaan gerak. Dari proses ini mereka mampu melihat ketidakkekalan
dari fenomena karena ketidakkekalan tersembunyi dalam khayalan. Khayalan atas
ketidakterputusan ini akhirnya setahap demi setahap tersebut bisa dihancurkan.
Nilai dari semedi ini bersandar pada kemampuan menyadari
ketidakkekalan. Setelah menyadari bahwa benda-benda merupakan gabungan dari
bagian-bagian yang muncul sedikit demi sedikit kita menyadari sesungguhnya tak
ada apa pun di dunia ini yang cukup berharga untuk dilekati dan diidolakan.
Ahli fisika modern berpendapat bahwa materi hanyalah gabungan partikel-partikel
dan energi yang berubah terus-menerus. Tak ada suatu inti sari yang kekal di
dalamnya. Maka, tidak ada yang berharga untuk digenggam di dunia fenomena ini.
Sekarang kita bisa memahami alasan mengapa perlu berlatih semedi karena ingin
menyingkirkan kemelekatan dan kerinduan terhadap obyek-obyek secara apa adanya.
Dengan cara itulah kita bisa menyingkirkan kerinduan pada
apapun di dunia ini selain kerinduan untuk makrifat, bertemu Substansi, Hakekat
dan Inti Ketiadaan yaitu Yang Maha Ada: Tuhan Yang ADA. Kita ingin
menyingkirkan kerinduan pada benda-benda dan pada ego kita sendiri karena kita
ingin keabadian. Kita enyahkan kerinduan dan kemelekatan. Kita harus memahami
bahwa segala sesuatu muncul dan lenyap. Tak ada substansi yang kekal di dunia
dan kemelekatan terhadap apapun harus ditiadakan. Kita beri perhatian penuh
setiap saat pada keabadian yaitu hanya pada Ada-Nya, Aku-Nya, Ingsun Sejati,
Diri Sejati yang merupakan bayangan
Tuhan Semesta Alam sebagai Satu-Satunya Penggerak yang Tidak digerakkan lagi.
Maturnuwun…
0 on: "Teknik Dasar Semedi Tidur"