Jika semua yg kita kehendaki terus kita
miliki, dari mana kita belajar ikhlas?
Jika semua yg kita impikan segera terwujud
dari mana kita belajar sabar?
Jika setiap do'a kita terus dikabulkan, bagaimana kita dapat
belajar ikhtiar?
Akarasa – Assalamu’ alaikum kadang
sinorowedi akarasa. Tepatnya kemarin, seperti rutinitas tahun-tahun sebelumnya
menjelang pergantian tahun dalam kalender Jawa dan Islam saya selalu sempatkan
mengunjungi Pemandian jolotundo, Trawas, Mojokerto- Jawa Timur. Namun, pada
edisi kesempatan berbagi cerita kali ini saya belum ingin membincang lebih jauh
tentang Pemandian peninggalan raja Airlangga ini. Namun tentang hal yang lain
dan lebih mendasar. Yakni tentang Alam Semesta.
Alam adalah hamparan yang ada di langit
dan bumi. Barangkali dari inilah kemudian disebut Alam Semesta. Dan Alam Semesta
inilah yang merupakan Sejatiining Guru atau Guru Sejati.
Kita sadari ataupun tidak, Gusti Ingkang Maha Agung senantiasa memberikan
banyak gambaran pada manusia lewat ciptaanNYA. Tetapi kebanyakan manusia ‘tidak
berpikir’ sehingga keberadaan alam ciptaanNYA ini kelihatan biasa-biasa saja.
Gusti
Ingkang Maha Agung kurang lebih memberi penjelasan yang intinya:
“Berjalan-jalanlah kamu dimuka bumi. Maka kamu akan melihat kekuasaanKU”.
Artinya, kita harus cerdas dan cermat dalam mengamati keberadaan Alam Semesta
itu. Dengan begitu, kita akan bisa merasa dekat dengan Gusti Ingkang Maha Agung.
Sebenarnya, sangat mudah dan sederhana untuk menikmati keindahan alam.
Kita bisa meluangkan waktu dengan
bertamasya, wisata ke pegunungan, pantai dan lain-lain. Dalam hal menikmati
alam, pandangan antara anak kecil dan orangtua (sudah berumur) akan berbeda.
Coba sesekali perhatikan anak kecil yang tengah berjalan-jalan dan tiba-tiba
mereka melihat sungai yang airnya mengalir deras.
Kebanyakan, tanpa pikir panjang ia akan
kepingin untuk mandi di kali itu.
Tapi berbeda dengan orangtua dalam
menikmati alam. Para orangtua itu cenderung tidak melihat keindahan dari sungai
itu. Yang indah bagi orangtua ataupun orang yang sudah dewasa adalah duit.
Kemanapun mata memandang, yang dipikirkan hanyalah duit dan dunia. Padahal yang
dilihat indah itu adalah fana dan bakal berubah. Itulah perbedaan antara anak
kecil dan orang tua/dewasa dalam memandang keindahan alam.
Separti [ada tajug diatas, banyak sekali
yang bisa kita pelajari dari alam. Kita bisa belajar tentang ilmu kesabaran,
ilmu kesetiaan, ilmu kepasrahan, ilmu diam dan banyak ilmu lainnya.
- Belajar Kesabaran
Kalau hendak belajar ilmu kesabaran, maka
kita hendaknya belajar pada Bumi yang kita injak setiap harinya ini. Bayangkan,
bumi ini tidak pernah mengeluh meskipun diinjak-injak ratusan juta bahkan
miliaran manusia. Bumi juga tidak pernah tersinggung meskipun diludahi,
dikencingi bahkan menjadi tempat buangan kotoran manusia. Ia akan dengan sabar
menerima semuanya. Kesabaran apalagi yang bisa mengalahkan bumi ciptaan
Gusti Ingkang Maha Agung itu? Tidak
mengherankan manakala manusia berbuat semena-mena terhadap bumi, maka Sang
PENCIPTA akan marah dan bumi bakal menggulung dan menimbulkan malapetaka bagi
manusia itu sendiri.
- Belajar Kesetiaan
Jika hendak belajar ilmu kesetiaan, tidak
ada salahnya kita belajar pada matahari. Belajar dalam hal ini bukan berarti
menyembah matahari. Tidak! Tetapi kita cukup melihat, merasakan dan mencontoh
kesetiaan matahari yang juga ciptaan Gusti
Ingkang Maha Agung. Matahari adalah tempat belajar ilmu kesetiaan karena
ia dengan setia senantiasa hadir dari Timur dan terbenam di Barat setiap hari.
Matahari tidak pernah ingkar janji untuk
tidak terbit. Ada orang yang guyon dengan mengatakan, lha kalau mendung
bagaimana? Meski mendung, matahari tetap bersinar meski tertutup mendung.
Bukankah ia terus setia?
- Belajar Kepasrahan dan Nerimo (Ikhlas)
Jika kita
ingin belajar ilmu kepasrahan dan nerimo (ikhlas), maka tidak ada
salahnya belajar pada laut. Laut yang diciptakan Gusti Ingkang Maha Agung adalah tempat mengalirnya
beribu-ribu sungai di dunia ini. Kotoran apapun yang dilemparkan manusia lewat
sungai, pasti akan mengalir ke laut. Dan laut akan pasrah menerima
barang-barang buangan itu. Ia tidak pernah mengeluh sedikitpun.
Laut juga akan ikhlas menerima semua air,
kotoran atau benda-benda apapun yang mengalir lewat sungai. Keikhlasan yang
ditunjukkan oleh laut adalah keikhlasan
semuanya karena tunduknya pada Sang Petitah.
- Belajar Ilmu dari Tumbuhan
Kita juga harus belajar dari tumbuhan. Apa
alasannya? Alasannya jelas, karena tumbuhan sejak dari bibit ia hidup, ia
cenderung diam. Tapi tahu-tahu lama kelamaan tumbuhan itu menjadi besar dan
memberi manfaat bagi si penanamnya. Bayangkan, sebuah tumbuhan saja tahu cara
menghargai dan berterimakasih pada orang yang merawatnya. Sedangkan kita
manusia ini yang disebut makhluk mulia oleh Petitah Jagad Gumelar ini malah
tidak bisa menghargai dan berterimakasih pada-Nya yang telah merawat kita. Apa
layak kita disebut sebagai manusia Rahmatan Lil-alamin (manusia yang menjadi
rahmat bagi alam semesta)?
Kalau kita menghormati alam, berarti kita
juga mensyukuri apa yang telah dianugerahkan Gusti Ingkang Maha Agung. Bukan malah kita
memper-TUHAN-kan alam. Sebenarnya alam selalu memberikan pencerahan kepada
manusia, baik secara langsung atau tidak. Namun, seringkali kita sendirilah ora
tau nggagas. Sejatinya, alam selalu menjadi guru pada manusia agar tidak
melakukan kesalahan serupa dimasa yang akan datang. Akhirkata, sekian dulu dan
semoga ada manfaatnya. Wassalam. Maturnuwun…
Bumi Ronggolawe, 12101
Bapak, saya mau bertanya. Guru berguru pada siapa? :)
BalasHapus