Akarasa
– Asalamu’alaikum. Kalau sebelumnya kita sudah mengkaji ungkapan ‘Ojo Ngoyo’,
dikesempatan kali ini kita akan mengkaji satu lagi ungkapan yang tidak kalah
populer di keseharian kita.‘Ojo dumeh’ . Ojo Dumeh dalam bahasa Indonesia
sehari-hari artinya ‘jangan mentang-mentang’.
Ojo dumeh sugih (jangan mentang-mentang kaya). Ojo dumeh kuwasa (jangan
mentang-mentan berkuasa). Ojo dumeh pinter
dan sebagainya.
Nasihat
dalam budaya Jawa memang banyak diutarakan dalam bentuk larangan dari pada
anjuran. Ojo turu sore-sore (jangan tidur sore) yang maksudkan agar orang
selalu tirakat di malam hari. Ojo laku ngiwo (jangan berjalan ke kiri)
maksudnya jangan berlaku atau berbuat yang tidak baik.
Kalau
ada nasihat yang diawali dengan kata ‘ojo’ maka kita harus mencari makna
afirmatif (anjuran) yang terkandung di dalamnya. Demikian juga dengan nasihat
‘ojo dumeh’ yang akan kita bahas kali
ini.
‘Ojo
dumeh’ atau jangan mentang-mentang tidak sekedar menganjurkan ‘orang yang
lebih’ untuk tidak pamer kelebihannya kepada ‘orang yang kurang’. Orang juga
sering mengartikan‘ojo dumeh’ dengan anjuran untuk berlaku sopan atau hormat
kepada yang kurang dari dia agar orang tidak tersinggung.
Arti
‘ojo dumeh’ lebih dari sekedar ajuran berperilaku hormat. ‘Ojo dumeh”
menganjurkan agar orang perduli kepada orang lain. Kalau kita mempunyai
kelebihan, misanya kekayaan, kekuasaan dan ilmu, maka gunakanlah itu untuk
membantu orang yang kekurangan harta (miskin), lemah dan bodoh. Bukan
sebaliknya kita malahan melecehkan mereka.
Ada
juga orang kaya yang berperilaku hormat, rendah hati dan sopan, tetapi pelit
dan tidak tergerak hatinya untuk membantu orang lain dengan kekayaaannya. Para
birokrat di pos pelayanan masyarakat diwajibkan sopan dan ramah kepada rakyat,
tetapi kerjanya lambat dan seenaknya. Dia tidak perduli dengan orang banyak
yang mengantre menunggu pelayanan.
Seorang
pejabat pemerintah memberi sambutan di pertemuan ibu-ibu rumah tangga dengan
ramah tetapi memakan waktu sampai dua jam. Dia tidak perduli apakah ibu-ibu
yang hadir mengerti apa yang diucapkan, dia juga tidak perduli bahwa ibu-ibu
masih harus pulang masak atau mengurus anaknya. Mentang-mentang pejabat tinggi.
Sikap
‘ojo dumeh’ didasarkan pada kenyataan bahwa jalannya kehidupan itu bagaikan
roda yang berputar. Setiap titik pada roda akan mengalami perubahan posisi,
dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah. Pada waktu kehidupan kita di atas,
jangan lupa bahwa pada saatnya nanti akan berputar dan berada di bawah. Dengan
demikian, nasihat ‘ojo dumeh’ juga memberi nasihat agar orang tidak lupa hari esuk. Ojo dumeh
kaya lalu boros, tidak menabung untuk hari esuk. Ojo dumeh berkuasa lalu tidak
ingat hari pensiun yang tanpa kekuasaan.
‘Ojo
dumeh’ juga berkaitan dengan nasihat ‘menang tanpa ngasorake’. Kalaupun menang, kita tidak berhak melecehkan
yang kalah: ojo dumeh menang, kemudian yang kalah dilecehkan. Dengan bahasa lain, nasihat ‘ojo dumeh’
didasari moralitas untuk tetap
menghargai orang lain dalam keadaan apapun. Artinya kita dianjurkan untuk
selalu menghargai hak azasi manusia. Akhir kata, terima kasih sudah membaca
tulisan ini hingga selesai dan semoga ada manfaatnya. Wassalam.
Maturnuwun…
Ayodya,
301015
0 on: "Kajian Singkat Nasihat Ojo Dumeh"