Akarasa
– Assalamu’alaikum. Seperti pada tajug yang saya pilih diatas untuk melanjutkan
edisi tulisan tentang pitutur atau petuah para leluhur, dalam hal ini Wong
Jowo. Mungkin sedikit asing ditelinga kita, terlebih para kerabat akarasa yang
kebetulan bukan Wong Jowo. Tiga kata
pada tajug diatas artinya kedudukan, harta dan pengaruh. Hampir semua
orang mendambakan dan mengejar ketiganya. Tentu orang akan senang kalau
mempunyai kedudukan (sosial) tinggi, kaya akan harta dan mempunyai pengaruh
yang luas dan kuat. Pertanyaannya adalah apakah tiga hal tersebut merupakan
tujuan hidup? Bisa ya dan bisa tidak.
Memang
ada orang yang sepanjang hidupnya memburu
kedudukan, apapun tujuannya. Seperti kandidat presiden menjelang pilpres
tempo hari yang mengatakan “saya ingin menjadi presiden dengan tujuan agar saya
dapat memperbaiki kehidupan rakyat”. Ada
yang bernafsu untuk menjadi direktur utama
dengan tujuan (kata dia) untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
Tetapi
ada juga orang yang hanya bekerja keras, jujur dan berguna kemudian diminta
atau dipilih menjadi presiden, menjadi meteri, gubernur atau direktur utama.
Jadi orang-orang seperti ini mendapatkan kedudukan karena diminta atau dipilih
karena dia dianggap orang yang kompeten, jujur dan mampu bekerja keras. Dia
tidak berjuang secara langsung untuk mendapatkan kedudukan.
Orang
yang diminta menduduki jabatan ini tidak ingin mendapatkan kekayaan dari
kedudukannya, tetapi dapat dipastikan dia akan mempunyai pengaruh yang kuat dan
luas.
Ada
masanya orang kaya memburu kedudukan dengan mengandalkan kekayaannya. Setelah
mendapat kedudukan dia bisa lebih kaya atau justru menggunakan kekayaannya
untuk memperluas pengaruhnya agar bisa membantu orang lain.
Kesimpulannya
adalah bahwa drajad, semat dan kramat mempunyai banyak kemungkinan dalam hidup
tergantung pada tujuan hidup seseorang. Bagaimana menggunakan kombinasi drajat,
semat dan keramat dalam kehidupan sangat menentukan nasib seseorang dan nasib
orang lain. Dalam percaturan politik, penggunaan drajad, semat dan kramat akan
menentukan nasib negara dan bangsa.
Permasalahan
yang dihadapi Indonesia dewasa ini adalah keruwetan dalam penggunaan drajad,
semat dan kramat tadi. Orang berlomba-lomba mempengaruhi rakyat dengan uang
agar dapat duduk di DPR atau menjadi presiden, gubernur, bupati atau lurah.
Setelah berhasil menduduki jabatan, semua upaya digunakan untuk mencari uang
dan pengaruh agar nantinya terpilih lagi. Drajat, semat dan kramat dijungkir
balikkan untuk kepentingan diri dan golongan.
Drajat,
semat dan kramat bagaikan pisau yang tajam. Di tangan seseorang yang berbakti
ketiganya akan bermanfaat bagi orang banyak. Di tangan orang yang egois hanya
akan mendatangkan musibah bagi orang lain.
Drajad,
semat dan keramat bukan tujuan hidup. Tujuan hidup adalah “memayu hayuning
bawana” atau “menjadi khalifah Allah di bumi” menurut Islam. Untuk mencapai tujuan hidup, orang tidak
selalu memerlukan drajad, semat dan kramat. Yang diperlukan adalah petunjuk dan
tuntunan dari Tuhan Yang Maha Tahu. Jalankan apa yang dapat kit sekalian
jalankan untuk “memayu hayuning bawana”, maka petitah Semesta akan menuntun
kita kepada peluang yang lebih tinggi dan lebih luas untuk “memayu hayuning
bawana”. Akhir kata, sekian dulu dan semoga ada manfaatnya. Wassalam.
Maturnuwun…
Ayodya,
261015
0 on: "Memaknai Filosifi Drajat, Semat, Kramat Dalam Kehidupan"