Akarasa –
Assalamu’alaikum. Semalam, selepas aktifitas saya di Kota Palembang. Di penginapan
saya melihat sebuah fenomena yang unik tentang suatu suku di afrika di tayangan
Dicovery Chanel. Dalam keseharian suku ini, mereka selalu harus menyebrangi
sungai yang lebar untuk berburu, mencari makan, dan lain sebagainya. Dan sungai
itu sendiri tidak memiliki jembatan sehingga mereka harus melewati arus yang
cukup deras setinggi perut mereka yang mampu membuat mereka terbawa arus.
Sungguh satu perjuangan yang mengesankan.
Mau tau cara
mereka menyebrang?
Mereka selalu membawa
batu-batu. Namun bukan batu yang digenggam, melainkan batu yang sangat berat
bahkan sampai mereka harus mengangkatnya susah payah dengan kedua tangannya. Dari
naratornya, agar apa? agar tujuan mereka untuk menyebrang sungai bisa terjadi,
sedangkan mereka yang membawa batu kecil justru terbawa oleh arus dan pergi
entah kemana.
Setelah melihat
tayangan tentang fenomena sungai yang begitu unik tersebut dan kita sedikit
renungkan, ternyata sama seperti kehidupan kita. Terkadang kita punya tujuan
dalam hidup, pengharapan tertentu, entah atas dorongan pribadi atau keluarga
atau teman atau lainnya. Tujuan yang menurut kita sangat baik bagi kita. Sama
halnya dengan diatas, mereka punya tujuan untuk menyebrangi sungai.
Sungai dengan
arus ini bagaikan proses hidup dengan ujian kita. Mereka yang membawa batu-batu
kecil, hanya akan terbawa arus dan mengikuti sampai ini berakhir. Sedangkan
mereka yang membawa batu besar, akan selamat dan mencapai tujuan mereka.
Apa itu batu
dalam kehidupan nyata? Ya, prinsip.
mereka yang
memiliki prinsip yang besar, tentu takkan terbawa oleh arus kehidupan. Mereka
yang kuat, tak bisa tergoyahkan. Tak bisa terbawa arus walau airnya deras.
Sedang mereka yang memiliki prinsip yang lemah, dengan mudah dia akan lupa
tujuannya dan membiarkan hidup ini membawanya.
Seperti pepatah dulu, “hidup itu mengalir, seperti air”, sedangkan kita lupa,
para ilmuwan berkata, “air akan terus mengalir ke
bawah”, bukankah cita-cita kita itu setinggi langit? Bukan serendah
tanah?
Pertanyaannya,
sekarang, seberapa besar batu yang kita bawa untuk melewati sungai kehidupan
ini? Sekian dulu maturnuwun.
Palembang, 081115
0 on: "Tentang Batu dan Derasnya Sungai Kehidupan"