Akarasa –
Assalamu’alaikum, selamat datang kembali kerabat akarasa. beberapa hari yang
lalu, untuk kesekian kalinya saya ziarah ke Pajimatan Imogiri, dan seperti
biasa setelah dari pajimatan saya selalu sempatkan ke pesarean Banyu Sumurup,
di mana Pangeran Pekik dan para kerabatnya di-sumare-kan. Karena bukan hari
kunjungan, kedua tempat keramat trah Mataram itu relatif sepi, hanya ada
beberapa anak sekolah yang duduk di undakan menuju pajimatan.
Meniti undakan yang tak
kurang dari 500 bagi yang tidak biasa akan sangat melelahkan. Sampai di gapura
utama, saya sempat di kasih tau oleh petugas yang menjaga atau tepatnya abdi
dalem jika hari itu bukan waktunya berkunjung. Kebetulan saya hanya ingin
singgah saja dan tidak ingin ziarah saya jawab dengan senyum saja. Tidak berapa
lama, saat saya mau mengambil gambar, gerbang utama dimana para Nata Mataram
dikebumikan terbuka dari dalam. Rupa-rupanya ada serombongan keluarga, yang
selesai berziarah. Seorang ibu sepuh, minta tolong saya untuk mengambilkan
gambar mereka sekeluarga dengan semua abdi dalem. Begitu saya menerima HP untuk
memotret, detik itu juga ada serupa dorongan dalam alam bawah sadar pergi masa
lalu. Kehidupan ratusan tahun silam. Sekian detik saja, uniknya rekaman itu serasa
panjang dan detil sekali. Entahlah, dalam istilah lebih ilmiahnya saya kurang
tahu.
Dalam konteks
metafisika, fenomena Penjaga Ghaib yang senantiasa mendampingi manusia itu ada
pembahasannya. Menjadi fenomena yang misteri memang. Meski mereka diyakini ada,
sayangnya manusia senantiasa mengabaikan bahkan menafikan keberadaannya. Namun
sejatinya, keyakinan ini tidak mudah hilang dalam kesadaran orang-orang Jawa.
Mereka menyakini bahwasanya leluhur mereka akan mampu ‘menitis’. Pemahaman ini
mirip sekali dengan reinkarnasi.
Nah, pada kesempatan
berbagi pengalaman sejati ini semoga bisa sedikit menyibak misteri tersebut.
Hakekatnya siapakah mereka itu. Benarkah mereka adalah leluhur para orang-orang
Jawa yang reinkarnasi ? Bagaimana juga dengan pemahaman lainnya. Yang memaknai
bahwa Penjaga Ghaib manusia adalah Jin Qorin yang berkonotasi negatif. Untuk sebelumnya saya harap panjenengan semua
arif dalam memaknai tulisan ini. Sebab tulisan ini saya ambil dari sudut yang tak
biasa, dengan segala keterbatasan pengetahuan dan perangkaian kalimatnya.
Jujur, ada keraguan
yang membebani saat akan menuliskan kisah sejati ini. Bisa saya maklumi
siapakah yang akan percaya. Masalah ghaib adalah masalah keyakinan, wilyah yang
sulit di mengerti. Bilapun di kabarkan belum tentu ada yang percaya. Malahan
mungkin akan menimbulkan fitnah saja terhadap setiap kita. Disisi lain, saya
percaya diluar sana atau bahkan kerabat akarasa sendiri yang pernah mengalami
hal serupa. Setidaknya tulisan ini sebagai kisah pembanding saja. Saya ingat
sekali pada ngendikane almarhum guru spiritual saya, menurut beliau ada orang
yang memang ditakdirkan ‘terpilih’, dia
akan mampu menangkap ‘pesan’ dan membaca berita ghaib. Sekali lagi, ini
saya hanya berbagi cerita saja dan tidak ada maksud sedikitpun minta
pembenaran.
Kembali pada cerita
awal, setelah mengambil gambar saya pun turun karena cuaca mendung pekat.
Mumpung hujan belum turun rencana saya akan langsung ke Banyu Sumurup. Sekedar
informasi, Pajimatan Imogiri dan Banyu Sumurup tidaklah terlalu jauh, tak lebih
dari 2 KM saja. Sesampai disana, gerimis sudah mulai turun dan juru kuncinya
pun sudah tidak ada di tempat. Alhamdulillah ada bapak-bapak yang berkenan
memanggilkan kuncennya ke rumahnya. Sekian menit kemudian, sang kuncen pun
datang bersamaan dengan deru mobil, saya yakin ini peziarah juga. Karena
pesarean Banyu Sumurup berada di ujung desa. Begitu mobil di buka, saya sangat
terkejut karena yang turun adalah serombongan keluarga yang saya ambil
gambarnya di Pajimatan tersebut. Pertemuan kembali tanpa direncanakan.
“Kepanggih maleh,
Mas!”, saya hanya menjawah,“Injiih”.
Saya lihat dari sudut
mata, tatapan wanita setengah baya tersebut mengikuti gerakku. Saat dimana saya
sedang berbincang dengan juru kunci yang berusaha membuka gerbang pesarean.
Begitu pintu di buka, sambil saya melepas sepatu. Saya dikejutkan oleh sapaan tak
terduga ibu tersebut. Perlahan, namun kuat bertekanan dia berkata.
“Mas, Anda adalah orang
dari masa lalu….!
Deg…! Tergagap
mendengar penuturan wanita 60 tahunan ini. Sepertinya beliau tahu saya
keterjutan saya, tanpa menunggu jawaban dari saya wanita itu melanjutkan.
“Njenengan adalah
X*******X, seorang tokoh yang membantu pendirian Majapahit bersama Raden Wijaya
. Njenengan termasuk orang-orang masa lalu yang hidup dengan raga manusia saat
ini ..!.” Wanita tersebut berkata datar saja, malah cenderung dingin tanpa
ekspresi dengan tekanan wibawa yang sangat kuat. Membuat saya terdiam tak mampu
bicara.
“Walaaah..berita apa
pula ini..? Apakah saya adalah Reinkarnasi dari orang masa lalu ?! Pikir saya
yang terjebak dalam kebingungan sendiri menanggapi berita yang tidak
pernah saya sangka-sangka. Benarkah saya
adalah Reinkarnasi dari X********X, sedangkan dalam Islam yang saya yakini
tidak meyakini adanya reinkarnasi. Jika saya membenarkan pernyataan ini maka,
takutnya gugur keimanan. Jujur, saya benar-benar dalam kebingungan saat itu.
Jika saya
menyangkalnya, rasanya juga tidak bijak. Sebab apa yang saya alami selama ini selalu ada keterkaitan
dengan alam ghaib, dan kisah-kisah patriotisme tentang kejayaan nusantara ini.
Itu seperti menyatu saja dengan saya.
Seperti nafas saya sendiri. Dalam banyak kesempatan sepertinya saya selalu saja
seperti ditarik ke masa lampau yang terjebak di dalam kehidupan sekarang ini.
Seakan-akan kehidupan sekarang ini sebenarnya bukan kehidupan saya sendiri.
Pada situasi seperti ini saya tidak mengerti mengapa saya memiliki perasaan
seperti itu. Dan apa yang disampaikan wanita sepuh itu, sebagian besar memang
persis sama dengan apa yang terjadi pada diri saya.
Setalah selesai ziarah,
masih di aula kecil pesarean Banyu Sumurup, wanita sepuh (maaf, saya tidak
sebutkan nama) itupun bercerita dirinya adalah orang dari masa lalu juga. “Sebenarnya banyak sekali
orang-orang masa lalu baik yang saya kenal, atau pun yang masih diluar sana, mereka semua menunggu
untuk dikenali dan di satukan kembali. Karena mereka hakekatnya diturunkan
kembali untuk sebuah misi, sebuah skenario illahi.” Wanita sepuh itu menambahkan, berkesan sekali
ekspresinya untuk meyakinkan saya.
Beliau bercerita, bahwa
awalnya dirinya juga tidak percaya. Namun kejadian-kejadian aneh yang selalu
dialaminya memaksa dirinya harus mulai menerima keadaanya. Dari getaran medan
energinya, saya yakin di balik lemahnya ragawi dimakan usia, beliau memiliki
kesaktian yang hanya dimiliki orang-orang masa lalu. Apakah reinkarnasi atau
bukan. Beliau tidak mau terlalu
memusingkan hal itu. Kenyataannya dia memiliki kesaktian supranatural.
Dalam ceritanya, beliau seringkali mampu mendatangkan benda-benda ghaib.
Benda-benda yang sangat dicari-cari oleh para paranormal, dengan mudahnya
beliau dapatkan.
Obrolan kami masih
berlanjut sambil menuju parkiran motor karena juru kunci ada acara keluarga dan
pintu pesarean hendak di tutup. Pernah beliau mendapatkan Mustika naga, sebuah
mutiara sakti yang berasal dari dasar laut, milik Ibu Ratu. Tersergah, karena
setelah beliau bercerita itu tiba-tiba Mustika yang diomongkan itu tiba-tiba
keluar dari tangannya. Mustika tersebut katanya, akan membawa kewibawaan bagi yang
memegangnya. Jika dia seorang politikus maka karirnya akan cepat meningkat.
Namun beliau tidak membutuhkan itu, beliau tidak mau tergantung pada
benda-benda sakti. Selesai mengatakan demikian, beliau melemparkan batu
bertekstur naga tersebut ke komplek pesarean Banyu Sumurup. Karena hari sudah
beranjak sore, beliau pamit karena akan melanjutkan perjalanan ke Kota Gede.
Pertemuan tidak terduga
dengan wanita sepuh ini, seperti mengulang kejadian lebih dari satu dasa warsa
silam. Pertemuan dengan seseorang yang akhirnya sedikit banyak mengubah
kehidupan saya. Saat masih giat-giatnya mencari referensi dari mitos dan
legenda masa lalu. Melakukan kontemplasi di tempat-tempat keramat dan dianggap
orang tempat yang wingit. Mendatangi tempat-tempat yang saya rasakan mampu memberikan jawaban.
Seperti ke Pajimatan
Imogiri yang barusan dan untuk kesekian kalinya ini pun, beberapa kali bertemu
dengan Sultan Agung. Pergi ke tempat
pertemuan Panembahan Senopati dengan sang Ratu. Seperti halnya juga saat saya
pergi ke Masjid Batu Bata Merah di Cirebon, dan kemudian ke Masjid Syeh Siti Jenar,
masjid yang seperti diantara alam ghaib dan dunia. Pergi ke Serang, Banten.
Menjelajahi Madura hingga beberapa bulan. Jika boleh saya narasikan saya
hampir menjelajahi, mulai Sumatera,
Bangka, Kalimantan sampai ke Sulawesi. Pendek kata sebagian besar tempat di
Nusantara telah saya datangi. Bertemu dengan para raja dan para tokoh-tokoh
sakti alam ghaib. Tak kurang selama hampir 8 tahun saya berkelana untuk itu.
Sekali lagi saya
tekankan disini, saya bukan meminta pembenaran apa yang saya alami ini. Ini
tentang antara ada dan tiada. Tapi saya yakin masih ada banyak orang yang
mengalami hal seperti ini. Saya tidak menampik juga banyak yang akan
mendustakan. Itulah mengapa saat saya ingin menulis ini dengan berbagai
pertimbangan pun sangat hati-hati sekali untuk menceritakan kisah ini. Karena
kisah spiritual ini, mungkin akan menabrak mainstream kesadaran beragama. Saya
sadar hal itu. Namun menurut saya inilah kebenaran. Kisah yang harus saya tulis
disini. Terlepas mau percaya atau tidak, itu terserah panjenengan sekalian. Ini
hanya sebuah berita, sebagaimana berita-berita
lainnya. Menjadi pembanding saja. Bagi orang-orang yang mengalami satu
kejadian dalam hidup yang serupa. Akhir kata, sekian dulu. Terima kasih sudah
membaca sampai tuntas, maaf atas segala kekurangan dalam bentuk apapun.
Wassalam. Maturnuwun…
Ayodya, 04122015
Salam Mas,
BalasHapusSejatinya, rumit amat untuk membenarkan realitas reinkarnasi. Pertamanya, setiap jiwa dipertanggung-jawabkan atas amalnya selama hidup di atas maya pada ini. Usai hidup bergelar almarhum, ruh jiwa ditahan di barzakh sementara menunggu akhir jaman maya ini untuk perhitungan di mahkamah Rabbul Jalil. Keduanya, Tuhan itu kaya tidak perlu Dia mengitar semula arwah untuk jasad baru. Mengenai ujud rasa deja vu atau yang umpamanya, mungkin ada penjelasan di sebaliknya, kalau pun itu bukan permainan qarin dan sekutu jahatnya untuk merusak iman anak Adam. Wallaahu a'lam.
Kok ceritanya kayak yg pernah dialami oleh seseorang teman dekat saya ,tapi dia sangat bodoh tidak pernah bisa memahaminya
BalasHapus