![]() |
Ilustrasi |
Akarasa – Dua bulan yang lalu, kesekian
kalinya saya berkesempatan mengunjungi Bali atas undangan seorang kolega. Yang
menarik pada kunjungan kali ini saya berkesempatan melihat leak secara
langsung. Tak semua orang bisa melihat wujud leak karena setiap manusia
memiliki energi yang berbeda. Namun ada berbagai sarana yang bisa digunakan
sebagai alat bantu untuk melihat penampakan leak. Nah, pada kesempatan kali ini
saya ingin membagikan pengalaman dan sedikit yang saya dapat dari seorang
kolega untuk kerabat akarasa.
Istilah leak digunakan untuk mengungkapkan makhluk jadi-jadian berwajah menyeramkan yang sering menyakiti dan membunuh. Namun sejatinya, leak adalah seseorang yang mempelajari energi gaib di dalam tubuh sesuai paham Bhairawa Tantra.
Ungkapan leak, menurut kolega saya,
merupakan asimilasi dari kata "lekas", yaitu sebuah proses untuk
mengeluarkan sastra gaib (energi) dalam tubuh. Energi gaib yang dikeluarkan
akan berbentuk makhluk-makhluk menyeramkan sesuai keinginan orang yang
mempelajari.
Dalam perkembangannya, kata lekas berubah
menjadi leak yang cenderung berkonotasi negatif akibat penyimpangan perilaku
para penekunnya.
Ilmu leak cenderung digunakan untuk tujuan
tidak baik, seperti melampiaskan iri hati dan dengki dengan mempraktikkan
teluh, desti, dan terangjana sebagai bagian ilmu leak destruktif. Ilmu leak
digunakan untuk mengubah wujud penekunnya yang hendak menyakiti orang lain.
Ada berbagai bentuk perubahan wujud yang
bisa dilakukan oleh penganut ilmu leak sesuai tingkatan ilmu yang dikuasai
seperti monyet, pitik bengil (ayam), endihan (sinar), bangkai (babi) bahkan
makhluk aneh seperti gegendu (hewan berkaki tiga), cambrabrag (anjing kudis),
celuluk (bhuta kalika), dan jaka tunggu! (pohon enau menembus langit) yang
tergolong ilmu leak tingkat tinggi.
Namun tidak semua orang bisa melihat wujud
leak karena tergantung kondisi (energi) seseorang yang diistilahkan dengan
panes dan tis.
Istilah panes digunakan untuk menyebut
mereka yang tidak bisa melihat wujud leak karena dianggap memiliki darah panas,
sedangkan tis (kasyaf dalam paham ilmu hikmah) adalah sebutan bagi mereka yang
bisa melihat wujud leak kendati tanpa menggunakan sarana tertentu.
Bagi mereka yang memiliki darah panas, ada
beberapa cara yang bisa digunakan untuk melihat wujud leak. Cara melihat leak
ini menggunakan sarana (benda), tergantung wujud leak tersebut.
Endihan merupakan salah satu wujud leak
berupa bulatan api (sinar) berbagai warna. Api ini biasaya terlihat melayang di
udara. Tingginya sesuai ukuran manusia yang menekuni ilmu tersebut. Api atau
pancaran cahaya ini merupakan efek dari kekuatan mantra yang diucapkan. Saat
mantra dirapalkan, geni rambat atau kekuatan api yang bersumber dari aksara
gaib di hati akan keluar dari hidung dan mulut. Bentuknya akan terlihat nyata
seperti bola api berjalan.
Bagi mereka yang tidak bisa melihat bola
api tersebut, terutama orang-orang yang berdarah panas, sebaiknya menggunakan
senteng atau secarik kain yang biasanya digunakan untuk ikat pinggang oleh orang-orang
tua (nenek). Namun senteng (selendang) tersebut harus terbuat dari katun atau
sutra tipis agar tembus pandang yang diminta (diambil) saat senja hari.
Selendang ini ditempelkan di wajah (terutama bagian mata) untuk mengintip perwujudan leak, tetapi ujung kain harus dipegang kedua tangan. Mengintip leak endihan (bola api) harus dari jarak jauh atau di balik rerimbunan pohon agar tidak diketahui dan diserang pelaku.
Selendang nenek ini hanya bisa digunakan untuk melihat leak berwujud bola api, tetapi tidak bisa digunakan untuk melihat leak berwujud monyet yang sedang rapat. Untuk melihat leak monyet apalagi yang sedang rapat (parum), caranya dengan bertelanjang bulat.
Leak memiliki organisasi dengan aturan tersendiri. Layaknya sebuah organisasi, kumpulan leak memiliki pengurus yang setiap waktu mengadakan pertemuan atau rapat.
Konon kabarnya, pertemuan ini untuk membahas hutang berupa persembahan manusia hingga tingkatan ilmu yang dikuasai masing-masing anggota.
Rapat dilakukan di tempat- tempat angker seperti di bawah pohon kepuh, rangdu atau tegalan dekat kuburan. Saat menghadiri rapat, para penekun ilmu leak mengubah wujudnya menjadi monyet.
Dalam rapat tentu ada perdebatan atau usul saran para peserta sehingga terdengar berbagai suara. Bagi orang awam akan terdengar seperti suara monyet, tetapi wujudnya tidak tampak.
Untuk melihat wujudnya, seperti yang saya maksud di atas, harus dilakukan dengan telanjang bulat sambil menutup ubun-ubun dengan tangan.
Lelaku ini, menurut kolega saya yang sekaligus penekun ilmu leak ini, sebagai upaya untuk mensinergikan antara hawa tubuh dan hawa tanah. Penyatuan ini membuat energi astral yang terdiri dari unsure pancamahabhuta terbuka.
Ketika energi astral sudah terbuka, ia akan merambat dari tulang ekor menembus ubun-ubun. Agar tidak memendar, ubun-ubun harus ditutup dengan tangan kiri. Dengan demikian, energi akan mengarah ke sela-sela kedua mata sehingga membuka mata ketiga. Inilah yang merespon mata sehingga mampu melihat perwujudan leak monyet yang sedang rapat. Sekian dulu yang bisa saya bagikan kali ini. Sangat berterima kasih sekali jika kerabat akarasa menambahkan pengetahuannya dalam kolom komentar. Maturnuwun.
0 on: "Cara Melihat Penampakan Leak"