![]() |
Ilustrasi |
Akarasa - Kisah legenda tentang Kanjeng Ratu Kidul penguasa pantai
selatan yang mengikat perkawinan dengan Panembahan Senopati pendiri kerajaan
Mataram Islam merupakan mitologi yang terkait dengan Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat. Menurut catatan sejarah pada abad ke 9, tak jauh
dari Gunung Merapi ada kerajaan Mataram Hindu/Buda Dinasti
Syailendra yang berada di bawah naungan Sriwijaya. Kerajaan ini terpaksa
dipindahkan ke Timur karena bencana Merapi.
Kerajaan Mataram kuno dibawah dinasti syailendra ini
dikisahkan sebagai kerajaan yang sangat maju dan makmur, beberapa
peninggalannya masih dapat kita lihat seperti candi Borobudur, Candi Boko, dan
Candi Prambanan yang masih berdiri kokoh. Selama berabad abad seperti
halnya Candi Borobudur tertutup oleh material vulkanik akibat letusan gunung
merapi. Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak
belukar dan terlupakan setelah masuknya Islam sekitar abad 15.
Barulah pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir
Thomas Stamford Raffles yang tertarik dengan penemuan benda
arkeologi dan sejarah Jawa, memerintahkan H.C. Cornelius,
seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan candi
Borobudur yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak belukar. Pada tahun
1835, seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada
masa penjajahan Belanda. Antara sejarah dan mitologi yang didasarkan cerita turun
temurun bisa saja selaras, bencana merapi seperti yang terjadi
baru-baru ini pernah terjadi juga pada abad pertengahan yang menyebabkan
pindahnya pusat kekuasaan Mataram kuno kewilayah jawa timur sekarang.
Namun letusan tersebut meningglkan mitos yang dipercaya oleh
masyarakat bahwa Gunung Merapi adalah sebagai rumah para Dewa. Itulah sebabnya,
Merapi dianggap keramat oleh rakyat yang tinggal di sekelilingnya. Acapkali ia
marah. Jika tak terlalu berang, ia hanya mengirim wedus gembel – awan panas –
ke daerah-daerah di Ngayogyakarta Hadiningrat. Tapi bila ia benar-benar murka,
lidah apinya menyulur ke mana-mana, menjilat pepohonan, rumah, dan penduduk.
Kurang lebih 7 abad kemudian setelah bencana merapi, sekitar abad 16, lahir
Mataram Islam di bawah Panembahan Senopati. Merapi pun menjadi satu kesatuan
rangkaian legenda tentang Mataram dan Panembahan senopati. Selain Keraton
Ngayogyakarya Hadiningrat, syahdan di sekeliling Merapi ada keraton mahluk
halus di empat arah yaitu : Keraton Laut Selatan yang dipimpin oleh
Kanjeng Ratu Kidul. Keraton Merapi di utara yang dikuasai oleh Kyai Sapujagat.
Di kaki Gunung Merapi ada bukit kecil bernama Gunung Wutoh yang merupakan pintu
gerbang utama Keraton Merapi.
Keraton Gunung Lawu di timur yang dipimpin oleh Kanjeng Sunan
Lawu. Khayangan Dlepih di sebelah Barat yang dipimpin oleh Sang Hyang Pramoni.
Ratu Kidul dipercaya sebagai penjelmaan dari Dewi Srengenge adalah anak dari
Raja Munding Wangi , Mataram Hindu di masa Syailendra yang menikah dengan
Panembahan Senopati. Apa yang dapat dimengerti dari kisah itu? Ratu Kidul
adalah lambang Mataram Hindu dan laut selatan adalah benteng yang sulit
ditembus.
Legenda perkawinan antara Panembahan Senopati dan Ratu Kidul
bermakna bahwa Panembahan Senopati adalah pewaris dan penerus Mataram Hindu.
Dikisahkan, suatu malam nan mesra, mereka berbulan madu di Plered. Ratu Kidul
memberi endhog jagad (telur dunia) kepada Panembahan Senopati untuk dimakan.
Namun, Panembahan Senopati tidak langsung memakannya, melainkan dibawa pulang.
Sesampainya di rumah, telur itu diberikan kepada Ki Juru Taman, abdi dalem yang
sangat setia. Panembahan Senopati menyuruh Ki Juru Taman memakannya. Apa yang
terjadi? Ki Juru Taman berubah menjadi makhluk halus berwujud raksasa.
Kemudian Panembahan Senopati mengangkat Ki Juru Taman sebagai
penguasa Gunung Merapi dengan gelar Kyai Sapujagat. Tugasnya adalah melindungi
Mataram dari amukan Gunung Merapi. Dari kisah ini mempunyai makna sebagai
perlambang bahwa Laut Selatan dan Merapi adalah satu kesatuan. Awan dari Laut
Selatan menerpa Merapi dan jatuh menjadi hujan, menyuburkan tanah di bawahnya.
Bila Mataram memanfaatkan Merapi dengan baik, serta bila seluruh wilayah antara
Laut Selatan dan Merapi tetap menyatu, maka Mataram akan makmur.
Gunung Lawu di Karang Pandan adalah tempat bertapa Panembahan
Senopati, pendiri Mataram. Gunung ini konon dihuni oleh Sunan Lawu, jelmaan
raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Pada tahun 1478 Majapahit diserang oleh
Girindrawardana dari Kaling. Karena tentara Majapahit tidak mampu menahan
serangan Girindrawardhana, Prabu Brawijaya V melarikan diri ke Gunung Lawu.
Kemudian ia hidup sebagai pertapa di puncak Gunung Lawu dan terkenal dengan
Sunan Lawu atau Raden Angkawijaya. Setelah Sunan Lawu meninggal, rohnya menjadi
penguasa kerajaan halus di Gunung Lawu. Makana dari legenda ini, Sunan Lawu
adalah lambang Majapahit. Ketika Penembahan Senopati bertapa di sana, maka ia
menganggap dirinya sebagai penerima Mahkota Majapahit. Berarti Mataram adalah
penerus Majapahit, kerajaan perkasa di nuswantoro, yang disegani oleh India,
Cina, Campa, dan kerajaan-kerajaan lain di seluruh jagat.
Cita-cita Panembahan Senopati adalah menyatukan seluruh
nusantara hingga sebesar Majaahit dan Sriwijaya. Kayangan Dlepih di sebelah
barat Yogyakarta, tempat itu kini tepatnya ada di Tirtomoyo. Dahulu,
Kayangan Dlepih adalah tempat indah yang terdiri hutan hijau rimbun dan sungai
Wiraka atau Dlepih. Dulu, Dlepih menjadi pertapaan Panembahan Senopati, Sultan
Agung Hanyokrokusumo dan Pangeran Mangkubumi. Hutan rimbun dan sungai jernih
adalah lambang keselarasan. Mataram dicita-citakan menjadi negeri yang
mengutamakan keselarasan, menghargai kesenian dan meninggikan sastra, serta
mengormati rakyatnya.
Utamanya, kisah legenda laut kidul sudah menjadi legenda
rakyat yang dipercaya kebenarannya sehingga banyak masyarakat percaya ada
kerajaan laut selatan yang dikuasai oleh Ratu Kidul. Ritual-ritual yang terkait
dengan legenda ratu kidul itu menjadi ritual untuk membantu terwujudnya sebuah
harapan. Padahal, jika kita runut mitologinya, legenda tersebut sangat
dipengaruhi oleh ajaran Hindu peninggalan mataram kuno.
Namun sebagaimana sejarah penyebaran agama Islam pada masa
pemerintahan Sultan Agung, Islam dapat diterima karena tidak mencabut akar
budaya yang sudah tertanam dalam masyarakat yang dipengaruhi ajaran
Hindu. Sebagaimana halnya candi Borobudur yang terkubur berabad abad,
masyarakat mataram Islam telah melupakan keberadaan tempat-tempat ibadah
ajaran Hindu atau Budha, berganti dengan Masjid. Walaupun begitu, tak pula
penganut ajaran Islam menjadi menyimpang karena mempercayai legenda
seperti keberadaan Ratu Laut Kidul yang menikah dengan manusia. Menyimpang jika
kita melakukan perkawinan seperti itu yang dalam ajaran Islam dipercaya sebagai
bangsa Jin, sebab umumnya pernikahan seperti itu bertujuan untuk
mencari jalan pintas untuk kesenangan dunia. Mungkin inilah salah satu
keistimewaan Yogyakarta yang masih memegang teguh budaya sehingga tak lekang
dimakan perubahan zaman. Matur nuwun.
0 on: "Makna Simbolik Mistos Perkawinan Nyai Ratu Kidul dan Raja Mataram Islam"