Akarasa – Selamat siang sedulur sinorowedi akarasa. Terlepas dari julukan sekarang ini yang
sedang ramai di media jika kota Cirebon bukan lagi kota Udang tapi adalah kota
Tilang. Namun, saya tidak ingin membincang ini. Berkaitan dengan tajug diatas
lembar sejarah maupun cerita tutur menyebutkan dahulu Cirebon pemah menjadi
kawasan perkampungan para saudagar kaya dari berbagai negara. Untuk menghindari
aksi perampokan, harta yang mereka miliki konon disimpan di beberapa lokasi
keramat di daerah ini. Kini, tempat-tempat keramat itu banyak diserbu peziarah
yang berharap mendapatkan harta kekayaan tersebut dengan lelaku tertentu? Penasaran....??
Seperti halnya kota Tuban di pesisir utara
bagian timur, Cirebon memang layak menyandang julukan sebagai kota wali.
Diseantero wilayah Pantai Utara Jawa Barat bagian Timur ini bertebaran
makam-makam para penyebar Islam. ltu belum termasuk dengan beragam petilasan
dari tokoh-tokoh tanah Jawa zaman dulu yang pernah singgah di kota ini.
Tokoh ulama terkenal yang berasal dari
tanah Cirebon diantaranya Syekh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan
Sunan Gunung Djati. Ulama ini termasuk dalam jajaran wali sanga. Tokoh
kontroversial wali sanga, Syekh Siti Jenar juga diyakini dimakamkan dikota ini.
Sejarah perkembangan lslam di tanah
Cirebon memang lekat dengan sêjarah berdirinya kota ini. Dalam manuskrip
sejarah Babad Cirebon disebutkan, asal kota Cirebon terjadi pada abad ke-14, di
Pantai Utara Jawa Barat ada desa nelayan kecil bernama Muara Jati yang terletak
persis di lereng bukit Amparan Jati. Muara Jati adalah pelabuhan nelayan kecil.
(wikipedia)
Disebutkan, penguasa Kerajaan Galuh yang
ibu kotanya di Rajagaluh menempatkan seorang Syahbandar untuk mengurus
pelabuhan ini bernama Ki Gedeng Tapa. Sejak ada syahbandar, pelabuhan Muara
Jati banyak disinggahi kapal-kapal dagang dari luar negeri diantaranya dari
Cina, Arab dan Negara Timur Tengah lainnya. Kapal-kapal ini datang untuk
berniaga dengan penduduk setempat, Barang yang diperjualbelikan diantaranya
garam, hasil pertanian dan terasi.
Kemudian Ki Gedeng Tapa mendirikan sebuah
pemukiman di Lemahwungkuk yang letaknya kurang lebih 5 km ke arah Selatan dari
Muara Jati. Karena banyak saudagar dan pedagang asing dari daerah-daerah lain
yang bermukim dan menetap, maka daerah itu kemudian dinamakan Caruban yang
berarti campuran. Singkat cerita pada perkembangan selanjutnya, nama Caruban
kemudian berganti menjadi Cerbon dan Cirebon hingga sekarang.
Perkembangan pesat Cirebon membuat Raja
Pajajaran Prabu Siliwangi mengambil inisiatif untuk mengangkat Ki Gede
Alang-Alang sebagai kepala pemukiman baru itu dengan gelar Kuwu Cerbon, yang
setelah wafat digantikan oleh Prabu Cakrabuana yang tak lain putera mahkota
Prabu Siliwangi.
Tujuan penunjukan putera mahkota itu
dimaksudkan agar Cirebon yang telah berubah menjadi wilayah kaya raya itu tetap
rutin mengirim upeti ke Pajajaran. Di bawah penguasaan Prabu Cakrabuana,
Cirebon tumbuh menjadi wilayah yang subur makmur. Masyarakatnya yang mayoritas
sudah didominasi oleh para saudagar kaya menjadikan kawasan ini banyak diincar
pihak musuh.
Nah, untuk menyelamatkan harta kekayaan
yang dimiliki Cirebon itu, oleh Prabu Cakrabuana dengan kesaktiannya yang
sangat tinggi harta tersebut kemudian disimpan di berbagai tempat. Tokoh-tokoh
yang dianggap sakti ditunjuk untuk menjaga harta-harta tersebut. Tak heran jika
hingga kini kawasan keramat tertentu di Cirebon diyakini sebagai gudangnya
harta kekayaan yang konon dapat diburu dan diambil oleh siapapun yang
menginginkannya. Demikian sekelumit mitos yang bisa saya sampaikan disini,
semoga menambah wawasan dari sisi lain kota yang sekarang menjadi viral di
medsos karena sebutannya yang tidak menyenangkan. Maturnuwun...
0 on: "Misteri Pendaman Harta Karun Cirebon"