Akarasa - Saat berkunjung ke Cirebon, kurang lengkap rasanya jika
tidak mengunjungi Keraton Kasepuhan. Keraton yang dibangun sederhana namun
memiliki nilai sejarah pengembangan islam ini hingga kini masih tetap kokoh.
Walaupun beberapa bangunan terlihat kurang terawat, namun aura sebagai
satu-satunya bekas keraton kerajaan Islam pertama di tatar Sunda masih kental
terasa.
Keraton ini memiliki pagar dan gapura yang terbuat dari
susunan bata merah, dan konon direkatkan tanpa menggunakan semen sama sekali.
Masuk lebih kedalam lagi, kita kan disuguhi nuansa asimilasi antara budaya
Jawa, Sunda, Cina, dan bahkan Eropa.
Secara umum, diantara ketiga keraton yang ada di Cirebon
(Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan), keraton Kasepuhan yang nampaknya lebih
terawat. Dari beberapa tempat bersejarah yang ada di Keraton Kasepuhan yang
setiap hari libur ramai di kunjungi wisatawan ini, terdapat sebuah bangunan
berukuran besar yang kondisinya masih terlihat kokoh. Bangunan yang letaknya
perssis dibelakang keraton ini diberi nama Bangsal Pagelaran. Dua gedung ini
relatif jarang dikunjungi wisatawan, karena memang sepintas bangunan biasa.
Dibandingkan beberapa bangunan lain yang ada di keraton,
bangsal pagelaran ini masih terlihat baru. Padahal, jika dirunut ke belakang,
usia bangunan ini sama dengan usia keraton yang sudah ratusan tahun. Dulunya
bangsal ini merupakan tempat bagi sultan dan para pembesar kerajaan menyaksikan
berbagai jenis pagelaran kesenian tradisional khas Cirebon.
Hampir setiap pekan, pertunjukan kesenian mulai dari
Sampyong, tari topeng, sintren dan juga kuda renggong di pentaskan di tempat
ini. Selain itu, tapi siapa sangka selain sebagai tempat pagelaran di bangal
ini pula tempat para pembesar kerajaan untuk menyeleksi calon-calon selirnya.
Para selir yang sudah lolos seleksi untuk masuk ke lingkungan keraton akan
dites di tempat ini. Bahasa sekarang di bangsal inilah tempat audisi, kata
kolega saya yang berkenan mengantar saya ke tempat ini.
Selain menari, para calon selir ini juga akan dinilai dari
berbagai sisi. Selain kecantikan dan keindahan tubuh, aura serta asal-usulnya
juga menjadi catatan khusus bagi para pembesar kerajaan. Pada saat menari
itulah, para calon selir itu harus sanggup menarik perhatian dari para pembesar
keraton. Sebab, untuk dapat seleksi juga tidak mudah. Para calon selir kerajaan
ini didatangkan khusus dari daerah Gabus di Indramayu, Subang, dan Karawang.
Dari ketiga daerah itu, Gabus merupaka favorit perburuan wanita cantik oleh
pembesar Istana. Wanita-wanita asal Gabus Indramayu sejak dulu memang dikenal
cantik-cantik dan bertubuh indah. Tak heran jika banyak pembesar istana Cirebon
banyak mengarahkan perburuan selirnya ke wilayah itu.
Masih menurut penuturan kolega saya, yang juga masih ada
garis turun dengan trah Kasepuhan. Untuk dapat lolos mengikuti seleksi calon
selir di bagsal pagelaran bukan perkara gampang. Para gadis yang sudah
disiapkan oleh masing-masing lurah di wilayah kekuasaan Cirebon diusulkan secara bertahap. Awal
mulanya, para wanita cantik itu dibawa ke istana untuk diperlihatkan kepada
pembesar kerajaan yang memesannya.
Para wanita itu tidak diperbolehkan memasuki kompleks istana
sebelum resmi menjadi selir. Mereka hanya boleh berada di bangsal lunjuk, yakni
bangsal para penjaga kerajaan yang letaknya berada di halaman kedua.
Selanjutnya, para pembesar istana yang menginginkan memeiliki selir hanya
melihat dari kejauhan melalui bangsal gapura wadas. Jika merasa cocok, para
calon selir itu kemudian diminta datang kembali untuk mengikiti seleksi menari
yang akan digelar di Bangsal Pagelaran.
Nah, giliran sudah sampau waktu yang ditentukan, para calon
selir yang jumlahnya puluhan itu kemudian dikumpulkan di pendopo bangsal
pegelaran yang terletak di samping kiri. Kalau dilihat, bangsal pagelaran ini
cukup luas sehingga tidak mustahil bisa menampung ratusan orang. Prosesi ini
merupakan saat para pembesar kerajaan melihat dari dekat wanita-wanita cantik
yang akan dijadikan selirnya. Selanjutnya, para calon selir ini dikumpulkan
untuk diseleksi lagi secara langsung oleh para pembesar yang memesannya tadi.
Seperti lazimnya audisi, tidak semua calon selir ini bernasib mujur. Pasalnya,
para pembesar kerajjan jarang mencari selir lebih dari dua untuk jangka waktu yang lama. Sehingga, jika
pada saat proses pemilihan tidak masuk nominasi, si wanita ini tentu saja harus
menunggu lama lagi.
Dan, para pembesar kerajaan tidak sukadengan selir-selirnya
yang sudah menikah atau bahkan memiliki anak. Dan konon, dari penuturan kolega
yang ia dapat dari cerita para sepuhnya, kebanyakan wanita dari Gabus Indramayu
yang berhasil memikat para bangsawan keraton. Setalah lolos seleksi di hadapan
pembesar kerajaan secara langsung, proses selanjutnya yakni memperagakan
kemampuan menari di hadapan para bagsawan.
Nah, proses ini kata kolega saya merupakan saat paling
sulit, karena para calon selir itu banyak yang tidak bisa menari. Untuk dapat
lolos, tarian yang diperagakan juga harus mampu memikat hati para bangsawan.
Namun, sekali lagi, karena mayoritas wanita asal Gabus Indramayu ini banyak
yang bisa menari sintren, mereka mudah lolos.
Para calon selir yang sudah lolos tahap seleksi tahap akhir
yakni menari ini kemuian secara resmi dijadikan selir oleh para bangsawan.
Sebagai bentuk penghormatan kepada para selir baru itu, mereka yang lolos
kemudian disuruh mandi di taman sari yang berada di kompleks keraton. Nah, jika
sudah demikian, para bangsawan kerajaan sudah berhasil memilih yang terbaik
dari para wanita yang hendak dijadikan isteri atau selir-selirnya. Ceritanya
sih seperti itu. Tapi, cerita ini jarang dipublikasikan karena memang tidak
bagus, tukas kolega saya mengakhiri pembicaraan. Matur nuwun...
0 on: "Sisi Lain Keraton Kasepuhan : Membayangkan Ketika Para Pembesar Memilih Selir"