Akarasa – Suara adzan menggema dari sebuah pengeras suara yang
tergantung di puncak Masjid Baitul Mukmin Desa Jatimulyo, Kecamatn Dlingo,
Yogyakarta. Beberapa pria nampak mulai berdatangan ke masjid di tepi sungai
itu, untuk menjalankan ibadah shalat Jum’at ketika saya sampai di masjid ini.
Sepintas memang tidak ada yang istimewa dengan masjid yang
lain di lereng pegunungan Sewu Yogyakarta ini dengan masjid di tenpat lain
adalah, keberadaan sebuah cungkup yang berada di halaman depannya. Dan tidak
seperti umumnya cungkup yang berisi makam. Dan di dalam cungkup yang dinaungi
sebatang pohon kelapa, justu terlihat sebongkah batu sebesar ukuran bola sepak.
Sepintas sebenarnya tidak ada sesautu yang menarik dari batu
yang oleh warga sekita disebut dengan sebutan watu sekul ini. selain karena
letaknya yang berada di halaman amasjid dan diberi cungkup. Namun bila
diperhatikan dengan seksama, ternyata dibawah batu itu terdapat bekas sisa
pembakaran dupa dan kemenyan. Tak terkecuali sisa-sia bungan yang tampak layu
juga terlihat tersebar di bawah batu.
Dan hal ini jelas terlihat, kalau ada yang istimewa dibalik
keberadaan batu bercungkup itu. Apalagi saat saya mengamatinya, tampak ada
seseorang yang baru keluar dari masjid langsung berjalan menuju ke arah batu
itu berada. Begitu sampai, pria muda itu langsung menjulurkan tangannya
menembus sela-sela jeruji pagar cungkup untuk menggapai batu bulat di dalamnya.
Tak ada yang terucap dari mulut pria itu, selain tatapan
mata yang tampak penuh harap dengan apa yang dilakukannya. Namun sayang, saya
tidak mengabadikan momen itu. Sebab begitu saya berusaha mndekatinya, pria ini
buru-buru pergi meninggalkan cungkup.
Sejarah keberadaan watu sekul sendiri tak lepas kesaktian
Sunan Geseng yang mampu mengubah sebongkah batu menjadi nasi dan kemudia
memakannya. Dan yang nampak sekarang inilah batu tersebut yang diyakini
masyarakat sekita bisa mendatangkan keberuntungan dalam dagang.
Kemungkinn perilaku ini terkait dengan keyakinan warga akan
karomah Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng sebagai sosok yang berada di balik
keberadaan batu itu. Sebab dalam kisah tutur yang berkembang di masyarakat
sekitar, kono batu itu dulunya adalah nasi yang dibentuk seperti bola dan
menjadi perlengkapan selamatan.
Hanya kareba terjadi perbedaan pandangan antara Sunan
Kalijaga dan Sunan Geseng mengenai apa yang dilihatnya, akhirnya nasi itu
menajdi batu. Benda ini sebenarnya ditemukan tidak sengaja kedua tokoh itu saat
berjalan seusai membaiat Sunan Geseng.
Ditengah perjalanan, tiba-tiba Sunan Geseng berhenti karena
seperti melihat sebuah bungkusan berisi nasi. Apalagi, setelah bangun dari tapa
semedinya, Sunan Geseng merasa sangat lapar. Sehingga begitu betsemangat saat
melihat bungkusan nasi itu. Tapi anehnya, Sunan Kalijaga justru menyebut kalau
bungkusan itu adalah sebongkah batu. Karena memang sebenarnya sebongkah batu.
Mungkin waktu itu Sunan Geseng merasa sangat lapar, sehingga
dalam pandangannya, batu itu terlihat seperti bungkusan nasi. Bahkan dia juga
tetap tidak percaya saat Sunan Kalijaga menjelaskan kalau benda itu memang benar-benar batu. Hingga
diapun ingin membuktikannya. Diambillah secuil benda itu, dan ditunjukkn
kepadaSunan Kalijaga.
Sebuah keanehan terjadi, cuilan benda yang diambil Sunan
Geseng itu ternyata benar-benar nasi, hingga kemudia langsung memakannya. Sunan
Kalijaga yang menyaksikan hal ini hanya tersenyum. Sunan Kalijaga menyadari
bahwa Sunan Geseng telah menunjukkan kesaktian yang dimilikinya. Karena itu
Sunan Kalijaga tidak meladeninya.
Namun sebelum pergi, Sunan Kalijaga kemudian memberi nama
batu itu dengan sebutan watu sekul. Dalam bahasa Jawa, watu berarti batu dan
sekul berarti nasi. Sehingga bila diartikan secara keseluruhan berarti batu
nasi atau mungkin nasi yang menjelma menjadi batu.
Nah, cuilan itusampai sekarang masih membekas di salah satu
sisi batu. Dan karena diyakini terkait erat denga perjalanan hidup sang wali,
maka orang-orang pun merawatnya. Bahkan kemudian megeramatkannya. Banyak yang
meyakini kalau ada kekuatan atau karomah wali yang terpancar dari batu ini.
sehingga kemudian pada malam-malam tertentu ada yang memberikan sesaji. Maturnuwun...
0 on: "Uniknya Situs Watu Sekul di Bantul"