![]() |
Undakan makam Endronoto |
Akarasa
– Sejarah Mataram Islam memang tidak ada habis-habisnya untuk diceritakan. Baik
itu yang terbukti secara empiris maupun masih abu-abu alias kurang jelas
sejarah tersebut. Nah, pada kesempatan ini saya akan mengajak panjenengan untuk
menyusuri sejarah yang abu-abu tersebut. Salah satunya adalah Tumenggung Endronoto,
memang kurang familiar ditelinga kita. Namun, bagi kerabat akarasa sudah pernah
mengunjungi komplek Pajimatan Imogiri, mungkin sudah tahu dimana letak makam
Tumenggung Endronoto.
Tumenggung Endronoto yang kita bahas hingga dikuburkan sedemikan rupa ini karena menerima hukuman yang sangat berat dari Sultan Agung. Dia didakwa
melakukan pengkhianatan dengan hukuman dipenggal. Tubuhnya dikuburkan di tangga
Pajimatan Imogiri, tepatnya di tengah/utama (depan gapura Supit Urang) menuju
makam Sultan Agung. Nisan Endronoto dijadikan satu dengan mata undakan/tangga
di depan gapura tersebut. Tragis memang, tapi itulah hukuman bagi pengkhianat
agar menjadi pelajaran bagi generasi selanjutnya.
Tidak
diketahui dengan jelas asal-usul dari tokoh ini. Versi lain lagi menyatakan
bahwa Tumenggung atau Pangeran Endronoto adalah salah satu pimpinan sepasukan
prajurit Sultan Agung pada penyerangan ke
Batavia yang kedua. Namun ia berhasil ditangkap hidup-hidup oleh VOC. Ia pun
diancam akan disiksa dan ditembak mati jika tidak bersedia memberitahukan di
mana letak basis tentara dan logistik Mataram. Akan tetapi jika dia bersedia
memberitahukannya pada VOC, ia akan diberi kedudukan sebagai bupati di wilayah
Jawa Barat. Ancaman dan bujukan serta iming-iming inilah yang akhirnya membuat
Endronoto membocorkan segala rahasia militer Mataram kepada pihak VOC.
Penempatan
nisan Pangeran Endronoto sebagai anak tangga oleh Sultan Agung itu sebagai
peringatan bagi kawula Mataram, bahwa siapa pun yang mengkhianati negara akan
berakibat pada kehancuran negara tersebut.
Baca juga : Memintal Benang Merah Sejarah Puro Pakualaman
Sama
seperti yang dilakukan Endronoto. Pasukan Mataram yang mengerahkan sedemikan
banyak personel, angkutan, dan logistik dalam rentang waktu berbulan-bulan
akhirnya berantakan gara-gara mulut Endronoto yang bocor kepada pihak Belanda.
Dengan
kehancuran logistik ini Belanda pun sudah memenangkan separuh dari
peperangannya dengan bangsa Jawa karena siapa pun manusia tidak akan mampu
bertahan hidup tanpa adanya makanan. Bahaya kelaparan pun menimpa prajurit
Mataram. Demikian pula penyakit. Banyak di antara mereka yang mati bukan oleh
pedang atau peluru tetapi oleh deraan rasa lapar dan penyakit.
Wajar
saja kalau Sultan Agung marah demi mengetahui sebab-sebab dari itu semua.
Karena
begitu marahnya atas ulah Endronoto ini Sultan Agung kemudian menghukum pancung
Endronoto. Menurut sumber setempat jasad yang ditanam di Imogiri tersebut hanya
merupakan gembung atau badan Endronoto. Sedangkan kepalanya tidak diketahui
rimbanya. Ada lagi satu versi yang menyatakan bahwa jasad yang ditanam dan
dijadikan undakan tersebut adalah jasad dari Gubernur Jan Pieter Zoon Coen,
musuh Sultan Agung.
Nisan
yang tidak lazim karena disatukan dengan serangkaian undakan ini dimaksudkan
untuk menunjukkan contoh bahwa demikianlah pengkhianat bangsa dan negara itu
diperlakukan di zaman Kerajaan Mataram. Kehinaannya
karena telah menjual bangsanya untuk kemenangan bangsa asing jauh berada di bawah
injakan kaki-kaki orang lain. Demikian pun Endronoto yang nisannya melintang di
depan Regol atau Gapura Sapit Urang Pajimatan Imogiri ini.
Oleh
karena keletakannya yang demikian itu siapa pun orang yang akan masuk ke Gapura
Utama (menuju makam Sultan Agung) pasti akan melewati (menginjak) nisan
Endronoto.
Jadi
bagi siapa pun yang akan mengunjungi makam para raja Mataram di Imogiri seakan
diingatkan bahwa sebagai warga negara kita semua wajib menjunjung dan membela
negara.
Bukan
mengkhianatinya, merongrongnya, dan mempermalukannya di muka dunia. Begitu
barangkali pesan yang inin disampaikan para leluhur Mataram yang sumare di
Pajimatan Imogiri.
Menurut
abdi dalem Pajimatan, tidak pernah ada tulak sarik (kuwalat) dengan menginjak
nisan Tumenggung Endronoto ini. Semua itu dikarenakan memang telah dikehendaki
Sultan Agung. Kehancuran pasukan Mataram oleh mulut Tumenggung Endronoto
sungguh tidak termaafkan bagi kerajaan Mataram yang ingin mengusir penjajah
yang menghisap kekayaan Nusantara.
Oleh
karena seringnya nisan ini diinjak orang, maka pada sisi (bagian sudutnya)
banyak terdapat lekukan atau legok. Ada sekitar enam lekukan yang terdapat di
nisan Endronoto ini. Lekukan atau cekungan itu tampak halus seperti diupam.
Padahal nisan tersebut terbuat dari batu andesit yang demikan keras dan utuh.
Hal
ini menandakan bahwa erosi yang terjadi atas batu nisan ini terjadi secara
perlahan-lahan akibat pijakan kaki orang dalam rentang waktu yang demikian
lama.
Nisan
Pangeran atau Tumenggung Endronoto ini yang dijadikan undakan atau tangga ini
memiliki ukuran panjang 170 Cm, tinggi 27 Cm dan lebar 40 Cm. Letak nisan ini
berada pada jarak sekitar 25 meter dari Gapura Utama Pajimatan Imogiri. Nuwun.
0 on: "Menyusuri Jejak Pengkhianat Terbesar Mataram"