Akarasa
– Sebagai orang Jawa secara khusus, dalam kehidupan spiritual kita tak pernah
lepas dari mitos. Yakni suatu cerita atau kepercayaan yang dianggap sakral yang
berkaitan dengan asal muasal alam atau makhluk di dalamnya. Juga sering
dikaitkan dengan dunia spiritual, dunia pahlawan, dunia pemimpin bangsa dan
kekuasaan. Kadang banyak mitos dan legenda yang sengaja diciptakan untuk
mendukung seorang penguasa, atau bahkan dalam kehidupan sehari hari untuk
memberikan dukungan bagi orang yang disenangi. Saya bukan ahli filsafat atau
antropologi. Tulisan saya hanyalah renungan pribadi semata dan tak bertujuan
menghujat mitos tradisional yang sudah dipercaya ratusan tahun.
Contoh
mitos paling fenomenal, terlebih jika penjenengan orang Jawa tentu tak tak
asing dengan legenda Nyai Roro Kidul. Digambarkan sebagai seorang putri cantik
yang menguasai laut Selatan, lautan Hindia yang ganas. Bahkan dalam gambar
ilustrasi sosok fenomenal ini sebagai wanita cantik dan seksi. Tidak percaya,
browsing saja denga kata kunci “ratu
laut kidul”, pasti Pak Dhe gugel langsung kasih unjuk wanita bergaun hijau dan
cantik-cantik meski beda rupa. Seperti yang kita tahu, sosok yang legendaris
ini adalah TTM (teman tapi mesra) dari raja raja Jawa baik dari Surakarta atau
pun Yogyakarta. Sehingga selalu ada upacara persembahan larung di laut Selatan
setiap tahun dari keraton-keraton Jawa.
Tidak
sedikit yang berusaha nggotak-nggatukke baik dari cerita tutur yang bernada
guyon, atau pun yang serius dari media cetak yang berusaha mengungkap mengapa
legenda Nyai Roro Kidul begitu hidup dalam kepercayaan Jawa. Mengapa legenda
mengenai laut Jawa di utara tidak se-fenomenal laut selatan? Ada beberapa
kemungkinan, salah satunya karena utara tak pernah akrab dengan
kerajaan-kerajaan Jawa. Musuh atau pengaruh kuat selalu datang dari utara.
Salah satu contoh misalnya ketika armada Mongol yang menyerbu Singasari di abad
ke 13. Pengaruh budaya dan kekuasaan selalu masuk dari utara, termasuk masuknya
orang Eropa di abad ke enam belas.
Kalau
kita sedikit mundur ke belakang dan nggotak-nggatukke sejarah nusantara ini. Memang
tak pernah dalam sejarah Jawa khususnya musuh atau budaya kuat masuk dari
selatan di masa lalu. Pengaruh kuat dari Selatan sejauh ini terjadi waktu Timor
Timur pisah dari Republik ini, tetapi itu sudah bukan urusannya raja raja Jawa.
Orang Jawa kemudian mencoba akrab dengan laut Selatan dengan legendanya. Putri
cantik yang mengayomi, dan menjadi pacar raja raja Jawa. Saya pernah berseloroh
seorang kolega di sini, yang boleh dibilang masih keluarga dekat dengan Sinuwunmengenai
hal ini, dan apa katanya? Kurang kerjaan mas, kalau memang mau TTM nggak perlu
cari demit dari laut Selatan. Dunia spiritual memang lain dengan dunia nyata. Kalau
mau TTM nggak perlu susah-susah kedinginan kungkum di laut Selatan. Dugem dan
Spa yang hangat di sini banyak, dan nggak pernah diskriminatif hanya untuk para
raja broo!.
Cerita
Ken Arok lain lagi. Ken Arok adalah salah satu penguasa Jawa di abad ke tiga
belas, yang terkenal dari masa ke masa. Dia adalah raja Tumapel yang kemudian
dikenal dengan Singasari. Dia berasal dari keluarga kebanyakan, bukan dari
keluarga bangsawan. Tetapi karena kecerdikannya dia bisa menjadi pengawal raja
Tunggul Ametung. Suatu saat dia melihat sinar kemilau di antara paha Ken Dedes
yang indah. Ken Dedes adalah isteri Tunggul Ametung. Ken Arok kemudian bertanya
ke guru spiritualnya dan diberi tahu makna sinar itu. Jika dia bisa
memperisteri Ken Dedes dia akan menurunkan raja raja Jawa yang akan bertahan
dari masa ke masa. Ken Arok kemudian secara licik membunuh Tunggul Ametung
dengan keris Empu Gandring, setelah sang Empu juga dihabisinya.
Tragedi
bunuh membunuh ini kemudian berlanjut selama tujuh turunan. Ken Arok dibunuh
oleh anak Tunggul Ametung, Anusapati. Anusapati terbunuh oleh anak Ken Arok,
Panji Tohjaya. Dan Panji Tohjaya juga mati oleh keturunan Anusapati. Sekali
lagi banyak mitos tercipta untuk melanggengkan kekuasaan. Bahwa sebenarnya Ken
Arok lahir dari batu, untuk menutup asal usulnya yang nggak jelas. Juga mitos
adanya sinar memancar dari antara paha Ken Dedes. Sejak dulu kala tak pernah
vagina bisa memancarkan sinar meskipun orangnya secantik bidadari sekalipun.
Untuk memperhalus supaya tak kelihatan porno, maka para pujangga keraton
diminta menceritakan bahwa yang bersinar sebenarnya adalah betis dari Ken
Dedes. Di jaman dulu penulis pun bisa dikooptasi kekuasaan. Sinar kemilau itu
hanya mitos belaka yang diciptakan untuk justifikasi merebut Ken Dedes.
Dalam
dunia modern, terutama di bidang politik, kita selalu mendengar mitos yang
sengaja diciptakan. Mitos politik atau mitos sosial, bahwa seseorang telah
memperoleh wahyu untuk memimpin bangsa. Kita pernah terlena selama tiga puluh
dua tahun karena mitos yang diciptakan untuk kekuasaan. Mitos Ratu Adil yang
menjadi dambaan setiap orang untuk kehidupan yang makmur dan adil. Dalam
kehidupan sehari hari, kadang kita menokohkan seseorang karena mitos
kepercayaan, bukan karena karyanya. Termasuk dalam PILKADA (Pilihan Kepala
Daerah) banyak mitos tercipta untuk memenangkan pemilihan. Marilah mencoba
menilai seseorang dengan karya dan pengabdiannya. Bukan karena mitos dan
kepercayaan semata.
Salam
damai dan salam hormat untuk Nyai Roro Kidul.
0 on: "Mitos Dibalik Kecantikan Nyai Roro Kidul"