Akarasa – Selamat datang kerabat akarasa. Suksesi kekuasaan ditambah polemik dinasti akibat poligami memang selalu gayeng jika dibahas, tidak di masa lalu, masa kini, atau bahkan yang niscaya terjadi di masa depan? Politik Jawa punya idiom Lengser Keprabon, Madhed Pandito, termuat makna filosofis jika seorang tidak lagi berkuasa, maka dia berdiri tegak sebagai Begawan atau negarawan yang agamis.
Menyambung tulisan sebelumnya Mengulik Penobatan Sultan Agung : Antara Konspirasi dan Poligami sejak awal kekuasaanya,
Panembahan Hanyakrawati harus menghadapi gencarnya pemberontakan (gerakan
separatis) para penguasa taklukkan Panembahan Senopati di daerah koloni
kekuasaan Mataram. Para penguasa daerah atau Adipati memandang Mataram telah
lemah tanpa Panembahan Senopati, sehingga tepat waktu untuk memerdekakan diri
lepas dari kekuasaan Mataram. Terlebih Panembahan Senapati menguasai Jawa
dengan cara ekspansi militernya.
Pada 1602, Raden Mas Kejuron atau
Pangeran Puger, adalah Adipati Demak yang mengawali pemberontakan melawan
Mataram di wilayah utara Pegunungan Kendeng. Ironinya?, Pangeran Puger adalah
kakak tiri Panembahan Hanyakrawati dari Istri selir Panembahan Senopati yang
bernama Nyai Adisara.
Walhasil, Panembahan Hanyakrawati rela
membagi wilayah utara Mataram tersebut pada kakak tirinya, namun Pangeran Puger
masih memberontak didukung Adipati Gending dan Adipati Panjer menuntut wilayah
Demak hingga ke Tambak Uwos, Jawa Timur. Agaknya, cita-cita mengembalikan
kejayaan Demak dan Dinasti Majapahit di Jawa tak tercapai. Panembahan
Hanyakrawati mengakhiri aksi pemberontakan tersebut dengan mengirim Tumenggung
Suranata (Ki Gede Mestaka) pada 1605, dan Pangeran Puger disantrikan ke Kudus.
[Babad Momana]
Menjelang akhir pemerintahan
Panembahan Anyakrawati pada 1608, muncul lagi gerakan makar anti Mataram
dipimpin Raden Mas Bathotot atau Pangeran Jayaraga yang ingin jadi Raja Jawa
setelah diangkat Panembahan Hanyakrawati sebagai Adipati Ponorogo. Ternyata,
masih ada lagi pengaruh tradisi poligami Panembahan Senopati dalam kasus makar
Adipati Ponorogo ini? Pangeran Jayaraga adalah anak kesembilan Panembahan
Senapati dengan istri selir dari Kajoran.
Berbeda pandangan politik dengan
Pangeran Jayaraga, para bupati bawahan Adipati Ponorogo justru bergabung dengan
Mataram, yakni Pangeran Rangga, Panji Wirabumi, Ngabehi Malang, dan Demang
Nayahita. Walhasil, Panembahan Hanyakrawati segera mengutus Pangeran
Pringgalaya dan Tumenggung Martalaya untuk mengakhiri pemberontakan di
Ponorogo, hasil akhir laskar Mataram unggul dan Pangeran Jayaraga kemudian
diasingkan ke Masjid Watu, Pulau Nusa Kambangan.
Kedua pemberontakan yang terjadi di
masa pemerintahan Panembahan Hanyakrawati dilakukan justru oleh saudaranya
sendiri, mengindikasikan begitu besarnya konflik suksesi dalam dinasti Mataram.
Konflik tersebut tampaknya timbul akibat adanya rasa tidak puas para pangeran
muda terhadap keputusan Panembahan Senopati yang memilih Raden Mas Jolang
sebagai penggantinya. Akibatnya, kenaikan tahta Raden Mas Jolang mendapat
penolakan juga permusuhan dari saudara-saudaranya sendiri.
Tapi justru, sejarah menyebutkan bahwa lawan politik Panembahan
Hanyakrawati yang terkuat adalah Kadipaten Surabaya. Sebuah dokumen VOC pada
tahun 1620, menggambarkan Surabaya sebagai sebuah negara yang kuat dan kaya,
luas wilayahnya kira-kira 37 km dikelilingi sebuah parit dan diperkuat dengan
meriam.
Kadipaten Surabaya bahkan telah
berhasil menguasai wilayah Kadipaten Pasuruan dan Blambangan untuk
mengantisipasi ekspansi militer Mataram di ujung timur pulau Jawa itu. Terlebih
lagi, Adipati Surabaya telah meluaskan wilayah ekonomi perniagaannya meliputi
Pulau Bawean, Sukadana (Kalimantan Barat), Banjarmasin, Gresik, Lamongan,
Tuban, dan Demak untuk menutup jalur perdagangan Mataram di daerah pesisir. Hal
tersebut menunjukkan jika kekuasaan Surabaya setara dengan Mataram, terlebih
Surabaya didukung para Adipati wilayah keturunan Dinasti Majapahit, trah Prabu
Brawijaya.
Bukan darah Panembahan Senopati kalau
tidak mewarisi DNA darah Raja Penakluk? Pada 1608, Raja Mataram memainkan
strategi politik penaklukan Surabaya dengan terlebih dahulu melumpuhkan Demak,
simbol terakhir Dinasti Majapahit di Jawa Tengah. Menurut Babad Sengkala, pada
1609 (1531 Jawa), Mataram melakukan serangan percobaan pertama perbatasan barat
Surabaya untuk mengukur kekuatan Surabaya. Serangan kedua, diarahkan ke
Lamongan pada 1612 (1534 Jawa) dibawah komando Adipati Martalaya. Serangan
ketiga, pada 1613 (1535 Jawa) ke Gresik yang mengakibatkan daerah Tuban dan
Pati takluk.
Selama tiga tahun pada 1610-1613,
Mataram telah berhasil membuat peta wilayah kekuatan militer Surabaya berikut
tiitik-titik kelemahannya? Secara geografis, kondisi alam Surabaya dilindungi
oleh rawa, hutan dan benteng pertahanan bekas kejayaan Majapahit, dan ternyata
Mataram tidak menyerang Surabaya hingga Panembahan Hanyakrawati mangkat pada
1613. Namun, perekonomian Surabaya melemah akibat daerah-daerah penghasil
lumbung padinya telah dikuasai Mataram.
Mangkatnya Panembahan Hanyakrawati
Suatu Konspirasi Politik Dinasti?
Mataram, dibawah Panembahan Hanyakrawati
selama 12 tahun dari 1801-1613 hanya sibuk repot mengurus berbagai
pemberontakan saudara-saudaranya sendiri, nyaris tanpa sukses memperluas
wilayah kekuasaannya. Dan ambisi kekuasaan berakhir seiring kematian sang Raja.
Dalam Serat Nitik Sultan Agung,
Panembahan Hanyakrawati disebutkan wafat secara misterius pada malam Jum’at
tanggal 1 Oktober 1613 (Babad Sengkala, 1535 Jawa). Penyebab kematian hingga
kini tidak diketahui secara pasti, hanya dikisahkan, jika Panembahan
Hanyakrawati meninggal karena kecelakaan akibat diserang banteng gila yang
mengamuk sewaktu berburu kijang di Hutan Krapyak.
Apakah sedemikian lemah proteksi
keamanan seorang Raja hingga tidak terlindungi bahkan tewas diseruduk seekor
banteng gila? Adakah perwira prajurit yang bertanggungjawab dalam peristiwa
tragis itu? Kisah banteng Alas Krapyak ngamuk ini?, kesannya mirip kisah Jaka
Tingkir yang membunuh Kebo Danu yang menyerang Sultan Trenggono, hingga membuka
jalan mulus baginya menuju suksesi kekuasaan Demak Bintoro pada era 1549-1582.
Sedangkan, Babad Tanah Jawi
memberitakan jika Panembahan Hanyakrawati meninggal di Krapyak karena sakit
parah, tanpa kejelasan apa penyakitnya? Sumber lain, Babad Mataram menyebutkan
jika Panembahan Hanyakrawati tewas akibat diracun oleh Juru Taman Danalaya?,
abdi kesayangan Raja sendiri! Abdi ini dikisahkan sering menimbulkan keonaran
di lingkungan Kraton dengan menyamar menjadi Raja, sehingga menyesatkan para
istri dan selir Raja? Kisah ini juga diintepretasikan dalam ”Suluk Wujil”
berisikan wejangan mistik Kanjeng Sunan Bonang pada abdi kesayangan Raja
Majapahit.
Sebelumnya, Panembahan Hanyakrawati
bagai telah mendapat firasat, sehingga Raja Mataram itu memanggil para pangeran
dan kerabat disaksikan oleh Adipati Mandaraka, Pangeran Purbaya, berkumpul
dalam pisowanan di Pendopo Prabayaksa Kraton guna menerima wasiat agar Raden
Mas Rangsang diangkat menjadi Raja Mataram jika ia mangkat!
Wasiat Panembahan Hanyakrawati
tersebut didasarkan pada ramalan Panembahan Bayat, penasehat spiritual Kraton,
yang menyatakan bahwa Raden Mas Rangsang akan membawa kejayaan bagi Kraton
Mataram dengan menguasai seluruh Jawa. Namun, sebelum menerima ramalan itu,
Raja Mataram itu sebelumnya justru telah berjanji bahwa Raden Mas Wuryah yang
akan menggantikannya.
Keputusan Raja tersebut berkembang
menjadi polemik karena janji politiknya sendiri pada yang akan mengangkat Raden
Mas Wuryah putra Parameswari Ratu Kulon sebagai Raja Mataram, yang didukung
pihak keluarga Adipati Ponorogo dan Adipati Mandarakara. Sebaliknya,
Parameswari Ratu Wetan didukung keluarga Adipati Pajang dan Pangeran Purbaya
juga menagih janji Panembahan Hanyakrawati yang menunjuk Raden Mas Rangsang
sebagai penggantinya.
Meskipun, jika berdasar garis
genealogy?, tentulah Raden Mas Wuryah sebagai anak sulung dari Istri Permaisuri
pertama jelas lebih berhak menjadi Raja Mataram selanjutnya. Meninggalnya
Panembahan Hanyakrawati memang terkesan terlalu cepat, mungkin juga terkait
adanya konflik internal keluarga Kraton sendiri?
Penobatan Kenthol Ponorogo Sebagai
Raja Sehari Mataram 1613
Raden Mas Wuryah, atau Raden Martapura
[lahir di Kota Gedhe 1605, wafat di Magelang pada 1638] putra sulung Panembahan
Hanyakrawati dari Parameswari-I Ratu Kulon sebagai putra mahkota akhirnya naik
tahta menjadi Raja Mataram dengan gelar Adipati Martapura. Lalu mengapa Raja
hanya bergelar Adipati? Raden Mas Wuryah di masa remajanya juga punya julukan
‘Kenthol Ponorogo’ (kemudian menjadi Panembahan Kejoran), dan adik kandungnya,
Raden Mas Cakra dijuluki ‘Kenthol Kuning’ (kemudian menjadi Panembahan Bayat).
Data lain, Serat Nitik Sultan Agung
menyatakan yang seharusnya jadi putra mahkota justru Raden Mas Rangsang karena
usianya lebih tua dari Raden Mas Wuryah, juga sebagai putra tertua Panembahan
Hanyakrawati dengan Parameswari II Ratu Adi dari Pajang.
Pengangkatan Raden Mas Martapura
sebagai pejabat putra mahkota guna menghindari kekosongan pemerintahan Mataram,
karena Raden Mas Rangsang sedang bepergian jauh (tidak dijelaskan kemana?).
Sebagai putra sepuh di antara para pangeran, maka Raden Mas Martapura dianggap
berhak mengisi kedudukan Raja didasarkan pada paugeran Kraton Jawa, bahwa putra
mahkota adalah putra tertua Raja dengan Parameswari-I.
Sedangkan, kedudukan Parameswari I dan
Parameswari II dapat digeser sesuai dengan kehendak Raja yang berkuasa. Menurut
H. J. De Graaf, Raden Mas Martapura yang usianya jauh lebih muda ditunjuk
menjadi putra mahkota karena terlahir ketika ayahnya sudah menjadi raja.
Sedangkan, Raden Mas Rangsang lahir ketika ayahnya belum menjadi raja, bahkan
belum ditunjuk menjadi putra mahkota. Hal ini dapat dilihat dari umur kedua
putra raja tersebut saat Panembahan Anyakrawati meninggal? Raden Mas Martapura
berumur 8 tahun, sedangkan Raden Mas Rangsang sudah berumur 20 tahun.
Dalam Babad Sengkala dikisahkan,
setelah 4 hari Mangkatnya Raja, pada Senin pagi tanggal 4 Oktober 1613, Raden
Mas Martapura dinobatkan jadi Raja Mataram bergelar Panembahan Adipati
Martapura oleh Adipati Mandaraka dan Pangeran Purbaya, rakyat Mataram menyambut
suka ria di Alun-alun Kraton. Dan sore harinya, Raja Baru dimohon mengadakan
perjamuan rapat agung yang memuat saran Adipati Mandaraka agar Raja Baru turun
tahta dan menyerahkan tahta kepada kakaknya, yaitu Raden Mas Rangsang
berdasarkan pesan almarhum ayahnya.
Kemudian, Panembahan Adipati Martapura
turun tahta dengan alih alasan sakit kurang ingatan? Babad Tanah Jawi
memberitakan, jika pemindahan hak atas tahta itu didasari alasan Raden Mas
Martapura menderita sakit ingatan musiman dan suka memakan makhluk yang masih
hidup. Keadaan itupula menyebabkan Raden Mas Martapura dianggap tidak layak dan
tidak mampu untuk memerintah Mataram, sekalipun ada Wali Negara. Raden Mas
Martapura meninggal dunia pada tahun 1638 setelah mengabdikan diri sebagai
Raden Santri di Gunung Pring, Muntilan, Magelang. Bagaimanapun hanya Raja yang
punya otoritas politis tentukan siapa penggantinya?
Referensi :
wikipedia

Referensi :
wikipedia
Graaf, H. J. De, Puncak Kekuasaan
Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung, terjemahan Pustaka Grafitipers dan
KITLV
Purwadi, Sultan Agung: Harmoni antara
Agama dengan Negara
Pemikiran yg menarik..
BalasHapusnuuwn kang sudah mampir..
Hapus