Akarasa –
Selamat datang kerabat akarasa. Barangkali nama dalam judul di atas kurang
banyak yang tahu. Selain karena literatur yang membahas sosok wanita yang
berpengaruh pada jamannya ini, pun nama yang disandang seolah tenggelam oleh
sosok fenomenal dengan nama yang sama Amangkurat-nya. Tentu yang saya maksud di
sini adalah Amangkurat I dengan segala kontroversialnya.
Baik, dari
literasi yang saya dapat dari blognya Babad Wong Wedok, Ratu Amangkurat atau
Ratu Kencana atau Ratu Ageng adalah gelar yang diberikan kepada isteri kelima
dari 21 isteri Amangkurat IV. Ratu Amangkurat hidup dalam masa pemerintahan
paling tidak 5 raja, yaitu Amangkurat III (1703-1708) dan PB I/Pangeran Puger
(1705-1719), Amangkurat IV /Amangkurat Jawi (1719-1726), PB II (1726-1749) dan PB III (1749-1788). Luar
biasa kan.
Ratu
Amangkurat adalah anak dari Raden Adipati Tirtakusuma, Bupati Kudus. Sebelum
diperisteri oleh Amangkurat IV, ia adalah janda dari bekas Bupati Jepara. Tidak
diketahui apakah suami pertamanya meninggal atau memang ia dicerai oleh
suaminya saat ia diperisteri oleh Amangkurat IV. Anehnya lagi dalam
perkawinannya dengan Sunan Amangkurat IV itu, ia dimadu dengan adiknya sendiri.
Adiknya tersebut bergelar Ratu Kencana/ Ratu Mas Kadipaten. Adapun isteri
-isteri Amangkurat IV selengkapnya yang tercatat (termasuk Ratu Amangkurat)
adalah :
Mas Ayu Sumanarsa/RA Sepu/RA Kulon
(Meninggal di Lumajang 1719 dan dimakamkan di Imogiri. Dengan Sunan Amangkurat
IV ia berputera PA (Pangeran Aria) Mangkunegara, ayah pendiri Pura
Mangkunegaran)
Mas Ayu Nitawati
Mas Ayu Kamulawati
RA Arawati/ RM Sundaya /RA Kulon
(Anak Adipati Sindupraya dari Pemalang)
Ratu Amangkurat (Anak Bupati Kudus,
Raden Adipati Tirtakusuma, dan janda dari bekas Bupati Jepara. Ratu Amangkurat
dengan Sunan Amangkurat IV dikaruniai anak yang kelak menjadi raja dengan gelar
Pakubuwono II)
Mbok Ajeng Kamudewati
Ratu Kencana/ Ratu Mas Kadipaten
(Adik Ratu Amangkurat. Dari perkawinannya dengan Sunan Amangkurat IV, ia
dikaruniai anak yang bergelar Pangeran Buminata I. Pangeran ini kawin dengan RA
Tembelek, bekas isteri PB II)
Mbok Ajeng Rangawita / Raden
Bandandari/RA Chandrasari/ Rangawati (anak Pangeran Cendana dari Kudus)
Mbok Ajeng Sasmita
Mbok Ajeng Asmara
Mbok Ajeng Tejawati/Mas Ayu
Tejawati (Anak dari hasil perkawinannya dengan Sunan Amangkurat IV bernama RM
Sujana / PA Kartasurya / PA Mangkubumi yang kelak menjadi raja Yogyakarta
dengan gelar Hamengkuwuwana I)
Mbok Ajeng Rangapura
Mbok Ajeng Puspita
Mbok Ajeng Tanjangpura
Mbok Ajeng Waratsari
Mbok Ajeng Kambang
Mas Ayu Tenaranga/Mas Ayu Pujawati
Ratu Malang
RA Brebes (Anak perempuan RA
Martalaya Bupati Brebes. Sebelum menikah dengan Amangkurat IV, ia adalah janda
dari RM Sudhama / Pangeran Aria Blitar, saudara kandung Amangkurat IV. Ia kawin
dengan Amangkurat IV pada tahun 1722 dan bercerai dengannya tahun 1726)
Anak perempuan Tumenggung
Suradiningrat
Ratu Mas Wirasmara (Wanita
peranakan Cina yang dihadiahkan oleh Adipati Semarang kepada Amangkurat IV.
Perempuan ini masih perawan saat raja tersebut meninggal. Ia dihamili dan
kemudian diperisteri oleh Pakubuwono II pada bulan Agustus 1726. Wirasmara
dikabarkan dibunuh tanggal 15 Januari 1728 – karena skandalnya dengan PA
Mangkunegara - dan kemudian dimakamkan di Imogiri).
Ratu
Amangkurat mempunyai dua anak dari Amangkurat IV yaitu Raden Mas Gusti Prabu
Suyasa (yang kelak menjadi PB II) dan Raden Ayu Bengkring / Kanjeng Ratu
Maduratna (1711-1738, yang kelak menjadi isteri Cakraningrat dari Madura).
Amangkurat IV meninggal 20 April 1726. Ada kabar bahwa kematiannya akibat
diracun. Pakubuwono II kemudian menggantikannya.
Selama
Pakubuwono II memerintah, dikabarkan bahwa Ratu Amangkurat, disamping Patih
Danureja, banyak berperan dalam politik di istana. Belanda pun menganggap bahwa
baik Ratu Amangkurat maupun Patih Danureja adalah orang-orang yang cerdik.
Beberapa hal yang dicatat sebagai kiprah politik dari Ratu Amangkurat ini di
antaranya adalah :
Untuk
mendekati PB II, para bupati daerah atau para pejabat lainnya di lingkungan
Kerajaan Mataram, seringkali perlu beraudiensi terlebih dahulu dengan Ratu
Amangkurat. Mereka menganggap bahwa ibu suri ini banyak berpengaruh atas
puteranya yang menjadi raja itu.
Atas
permohonan Ratu Amangkurat (ibu PB II), hukuman mati yang hendak dijatuhkan
oleh PB II kepada PA Mangkunegara – yang melakukan skandal dengan selir PB II -
diubah menjadi hukuman buang ke luar Jawa.
Ratu
Amangkurat menurut catatan sejarah tidak luput dari skandal. Tahun 1729, selama
lebih dari setahun, Ratu Amangkurat (yang telah menjadi janda) diberitakan
hidup bersama dengan Raden Surawijaya. Hampir tiap malam Raden Surawijaya
menghibur ibu suri tersebut. Suatu hal yang tak disukai oleh PB II (PB II saat
itu berusia 19 tahun), anak kandung Ratu Amangkurat sendiri.
PB II
memerintahkan Tirtawiguna, Wirajaya dan kemudian Mangunnagara untuk
membunuhnya. Namun ketiganya menghindar. Akhirnya Danurejalah yang disuruh.
Surawijaya kemudian dibunuh tanggal 21 Oktober 1729 di bawah pohon beringin di
Paseban. Karena tahu siapa otak pembunuhan kekasihnya itu maka Ratu Amangkurat
lalu bergabung dengan lawan-lawan politik Danureja.
Hasilnya
mulai terlihat pada Januari 1730 saat orang-orang kesayangan Danureja banyak
dicopot dari jabatannya. Sejak saat itu Danureja kehilangan kontrol dalam
pengangkatan pejabat baru.
Adik Ratu
Amangkurat sendiri, yang menjadi madunya, Ratu Kencana/ Ratu Mas Kadipaten juga
berselingkuh. Ia – yang janda Amangkurat IV - didakwa bermain serong dengan
Raden Anggakusuma, pengurus rumah tangga Pangeran Buminata (anak Ratu Mas
dengan Amangkurat IV). Ratu Mas hamil dan karena itu istana menjadi geger.
Raden Anggakusuma kemudian dihukum cekik tanggal 17 Maret 1735 di kediaman
Demang Urawan /P Arya Purbaya / Patih Sunan PB II atas perintah Sunan.
Rupanya
perselingkuhan di dalam lingkungan istana waktu itu sudah demikian runyamnya.
Sekitar tahun 1739, misalnya, dikabarkan salah seorang selir PB II selingkuh
dengan anak lelaki Tumenggung Tirtawiguna. Anak lelaki tersebut dengan menyamar
sebagai wanita masuk keputren. Ketika ketahuan, dia dan kekasihnya dieksekusi
secara diam-diam. Kemudian tahun 1740, Resajiwa, seorang lurah pengawas
barang-barang rumah tangga kerajaan, terlibat korupsi barang sitaan dan main
selingkuh dengan selir-selir PB II.
Keadaan
politik yang kacau disertai dengan berbagai skandal asmara itu menyebabkan
banyak pihak tidak puas. Ketidakpuasan demi ketidakpuasan terjadi dan bermuara
pada timbulnya pemberontakan. Tanggal 30 Juni 1742, Kartasura diduduki
pemberontak Cina yang berkolaborasi dengan tokoh-tokoh lainnya yang tidak puas
kepada PB II. Ratu Amangkurat, PB II dan keluarga keraton lainnya terpaksa
mengungsi dan ujung-ujungnya, Belanda lah yang kembali “menyelamatkan” raja dan
keluarganya sehingga mereka berhutang budi kepada kolonialis Eropa tersebut.
Tanggal 20
Desember 1742, Kartasura yang telah dibebaskan pasukan Madura bekerja sama
dengan Belanda dari pemberontak, diserahkan kembali kepada PB II. Tanggal 21
Desember 1742, Ratu Amangkurat bertangis-tangisan dengan anaknya PB II di
Kartasura karena demikian bahagia bahwa Kartasura telah dibebaskan kembali dari
para pemberontak.
Demikian
riwayat singkat kiprah Ratu Amangkurat, sesosok perempuan yang pernah menjadi
raja atas raja sehingga sempat menentukan arah kebijaksanaan dari Kerajaan.
Dalam kaitan ini ada banyak hal yang dapat disimpulkan dari kisah Ratu
Amangkurat tersebut. Di antaranya adalah :
Hidup
sebagai permaisuri mungkin merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Ratu
Amangkurat walaupun periodenya cuma 7 tahun (1719-1726 M). Namun mungkin ada
perasaan sedih karena ia dimadu dengan adiknya sendiri.
Sebagai ibu
dari raja yang masih muda, intervensinya di dunia perpolitikan telah
menyebabkan timbulnya pusat kekuasaan baru. Bersama Patih Danureja, ia banyak
menentukan kebijaksanaan di pemerintahan Mataram.
Sebagai
wanita yang berpolitik di tingkat tinggi, apalagi suaminya Amangkurat IV telah
mangkat, kemungkinan besar Ratu Amangkurat sangat kesepian. Mungkin itulah yang
menyebabkanmya ia lantas berselingkuh. Posisinya sebagai ibu suri telah
menyelamatkannya dari hukuman sementara pasangan selingkuhnya dihukum mati.
Catatan Kaki :
Amangkurat IV – yang tercatat mempunyai 41 anak - adalah anak Pakubuwono I (P Puger). Pakubuwono I adalah saudara Amangkurat II yang dengan dukungan Belanda berhasil menjadi Raja Mataram setelah mengkudeta Sunan Mas / Amangkurat III (1703-1705).
Dikabarkan bahwa Wirasmara bermain cinta dengan PA Mangkunegara, anak Amangkurat IV dari isterinya yang bernama Mas Ayu Sumanarsa/RA Sepu/RA Kulon. Tanggal 15 Januari 1728, Wirasmara dibunuh atas perintah Pakubuwono II.
Refernsi :
Babad Wong Wedok
Christopher
Buyers,2002. The Surakarta Dinasty, October 2001-January 2002. Diakses via
Internet.
Willem
Remmelink, 2001. Perang Cina. Penerbit Jendela, Wates, Jogyakarta.
0 on: "Sisi Kelam Ratu Amangkurat : Perselingkuhan dan Intrik Wangsa Mataram"