Akarasa – Selamat
datang kerabat akarasa. Saya rasa hal ini berlaku pada siapa saja, adalah
merupakan sebuah kegembiraan mana kala menempati hunian baru, rumah milik
sendiri, terlebih sekian waktu kita selalu ngontrak. Tapi apa jadinya ketika
hunian tersebut ada penghuni tak kasat mata?
Sebenarnya saya tidak
ingin membagi cerita ini, cukup saya dan Ali (yang membantu saya dalam
pekerjaan) yang menyimpan rapat kisah misteri ini, terlebih rumah yang baru
saya beli dari pelelangan sebuah bank swasta ini akan saya jual kembali. Karena
sebagian dana untuk mencukupkan akuisisi tersebut adalah hasil pinjaman dari
kolega yang tentu saja ada embel – embel dibelakangnya, meski tidak sebesar
rentenir.
Alhamdulillah, belum
genap lima bulan dari akuisisi rumah tersebut dengan sedikit membenahi
kerusakan yang ada dan mengecatnya ulang, pertengahan Maret yang lalu sudah
berpindah tangan. Di beli oleh salah satu perusahaan dari Jakarta yang membuka
cabangnya di Jogja ini. Jika dilihat dari bangunan yang luasnya 400 m2 dengan
luas lahan 600 m2 cukup murah. Mantan rumah saya tersebut ada di Wedomartani,
Sleman, Yogyakarta. Mungkin kerabat akarasa yang kebeneran berasal dari daerah
sekitar Wedomartani bisa jadi mengetahui rumah tersebut. Boleh di bilang rumah
tersebut adalah salah satu yang paling besar di sana yang beberapa tahun
kosong.
Karena perasaan bungah
bisa memiliki rumah dan juga atas saran dari keluarga yang lain untuk selamatan
dan tetirah barang semalam di rumah tersebut. Maka, pada hari yang dipilihkan
oleh bapak saya melaksanakannya. Dengan mengundang kolega dekat dan tetangga
sekitaran rumah baru tersebut, alhamdulillah semua berjalan lancar. Hingga
kemudiaan setelah acara selamat selesai dan ngobrol ngalor – ngidul kolega saya
semua sudah pamit, hanya menyisakan saya dan Ali.
Tidak ada yang janggal
malam itu, kami malah ngobrol di teras tentang hantu dan sesekali kami
khusuk gadget masing – masing. Bahkan
dia sempat bilang, misal di bayar pun untuk tidur sendirian di rumah ini di
tidak mau. Saya tanya alasannya, dia bilang ada yang tidak beres. Malah
‘ngunggung’ saya, kalau saya jelas berani sendirian di rumah ini karena
seringnya mengalami hal yang nyrempet – nyrempet dengan mahkluk tak kasat mata
tersebut.
Pada ucapan terakhir
itulah kemudian tiba - tiba listrik
padam. Ali yang kebetulan dekat dengan kwh listrik yang berada di dekat garasi
tersebut kemudian berinisiatif menyalakannya. Sudah beberpa kali dinyalakan,
tapi kemudian padam kembali. Saya berpikir ada kemungkinan terjadi konsleting
listrik atau mcb-nya panas karena beban. Sambil menunggu dingin kemudian kami
kembali ke teras dan meneruskan obrolan tentang hantu yang sempat terputus
karena padamnya lampu.
Ali kemudian menyalakan
listrik kembali. Byaaaaar! Lampu menyala. Kemudian saya masuk rumah dan
mematikan beberapa lampu yang tidak perlu. Kemudian saya di ruang tamu
menyalakan laptop dan berinisiatip untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum
kelar. Di saat yang sama, listrik kembali padam. Tak ayal Ali yang baru saja
duduk manis di depan saya, suka tidak suka harus menyalakannya kembali. Byaar!
Nyala kembali.
Setelah listrik
menyala, Ali ke WC bermaksud buang air kecil. Baru saja dia membuka pintu WC
yang ada di dekat dapur saya dikagetkan oleh panggian setengah berteriak
memanggil nama saya. Saya kaget juga, rupa – rupanya di WC tersebut banyak
kotoran yang berserakan, seperti gumpalan tanah kering berwarna hitam pekat.
Padahal, WC ini bersih sebelumnya dan saya pun sempat memakainya beberapa saat
sebelumnya. Melihat kenyataan yang demikian ini, saya hanya bilang sama Ali ada
hal yang tidak beres. Kemudian kami kembali ke ruang tamu.
Masalah tidak berhenti
sampai di sini. Betapa kagetnya kami karena ruang tamu tersebut tercium bau
pesing yang sangat menyengat. Lha wong barusan seger – seger saja sebelum saya
tinggalkan ke belakang. Sambil memegangi hidung, saya pun mencari sumber bau
tersebut. Tidak ada tanda-tanda kalau ada kotoran di ruang tamu ini. Tiba-tiba
listrik padam kembali.
Makdeg! sesuatu yang
tidak beres. Pasti ini ulah mahluk halus yang menunggu rumah ini pikirku. Bulu
kuduk kini mulai berdiri. Kami keluar rumah untuk menyalakan listrik kembali,
karena semenjak kejadian WC dan bau pesing tadi Ali nginthil terus dan
berinisiatif untuk pulang ke kost-annya. Lampu kembali menyala, kemudian saya
kembali masuk ke rumah. Anehnya, bau pesing tadi sudah hilang tak berbekas.
Belum lima menit menikmati nyala lampu
kembali keanehan terjadi. Kali ini terdengar suara yang menyeramkan dari arah
WC yang ada kotorannya kering tersebut. Suara tersebut terdengar jelas sekali,
seperti orang yang sedang menggumam.
Sebagai manusia,
ketakutan ada. Meski hal – hal semacam ini bukanlah pengalaman yang pertama.
Bagaimanapun ini adalah rumah saya, saya tidak mau kalah sama mereka. Apalagi
harus lari. Jelas sudah, ini adalah ulah genderuwo karena tidak suka rumah ini
akan dipergunakan lagi. Tanpa saya minta, saya lihat Ali sudah komat – kamit
melafalkan doa – doa tertentu. Saya pun melakukan hal yang sama meski saya
lafadzkan dalam hati. Dengan perlahan saya datangi WC asal suara tersebut,
anehnya suara tersebut menghilang beberapa meter sebelum saya sampai di pintu
WC.
Sambil baca surah –
surah pendek saya keliling setiap ruangan yang ada, tak kurang 5 kamar saya
datangi. Tidak ada apa – apa, sementara waktu sudah melewat pukul 01 dinihari.
Suasana lebih nyaman setelah kami ngaji sambil berjalan mengelilingi setiap
ruangan yang ada. Sementara kantuk sepertinya enggan datang karena ulah teror
makhluk yang tidak terlihat ini.
Kembali kami ke ruang
tamu, kali ini Ali tidak duduk di depan saya melainkan bersebelahan. Bisa jadi
dia mulai keder akan teror genderuwo, sementara untuk pulang pun juga sangat
beresiko, masalahnya harus melewati arel tanaman tebu yang lumayan panjang dan
yang jelas sepi tentunya.
Belumlah habis rokok
sebatang, Ali dikagetkan oleh sesuatu. Dari belakang pundaknya seperti ada
tiupan angin. Semula dia berpikir, ini benar-benar tiupan angin, karena memang
pintu tetap kami biarkan terbuka. Saya pun merasakan hal yang serupa, tiupan
angin ketika itu betul-betul membuat bulu kuduk berdiri. Tiba-tiba HP Ali
berdering, panggilan masuk dengan nomor tersembunyi. Ali mengangkat panggilan
tersebut. Tidak ada suara orang diseberang telepon kecuali desahan napas
seperti orang yang kecapaian habis berlari.
Dihempaskannya HP-nya
tersebut di kursi, saking kagetnya barangkali.
Belum lepas keanehan tersebut, lampu tiba-tiba padam kembali. Tidak tahu
darimana datangnya, di depan pintu kamar tamu terlihat sosok hitam besar yang
tertimpa oleh layar laptop yang samar berbulu lebat dengan seringai
menyeramkan. Sontak tanpa komando, kami bergegas keluar untuk menyalakan lampu
kembali. Kali ini saya betul – betul jengkel dan merasa dipermainkan oleh
genderuwo penghuni tanpa nyewa di rumah saya ini. Saya suruh Ali ambil sapu dan
kantung plastik dan kemudian saya ajak ke WC yang ada kotoran kering tersebut.
Nurut saja Ali saya
memberihkan kotoran yang entah darimana datangnya tersebut kemudian
memasukkannya ke kantung plastik yang telah kami sediakan. Dengan doa-doa
tertentu yang dahulu pernah dijarkan alm. Pak Dhe saya bacakan pada bungkusan
tersebut. Tiba – tiba dari kamar tamu terdengar suara seperti orang yang sedang
merintih kesakitan. Hanya beberapa detik memang, kemudian perlahan – lahan
menghilang. Kemudian kotoran dalam kantong plastik tersebut kami buang bersama
– sama di saluran irigasi persawahan tak jauh dari rumah saya. Sebenarnya masih
ada satu cerita yang aneh dan sedikit seram lagi di rumah ini, di lain waktu
dan kesempatan yang baik saya akan bagikan di akarasa ini. Nuwun.
0 on: "Kisah Misteri : Semalaman di Teror Genderuwo"