Akarasa – Selamat datang kerabat akarasa. Jika hari ini kita hanya makan dengan tahu tempe, bersyukurlah setidaknya masih ada makanan yang kita bisa makan hari ini. Diluar sana ada orang-orang yang bahkan tidak bisa makan sama sekali.
Jika hari ini kita bisa tidur nyenyak, bersyukurlah karena kita masih bisa tidur dengan tenang. Diluar sana ada orang-orang yang hidupnya penuh dengan kecemasan dan ketakutan karena desingan peluru. Itulah warga Aleppo. Tragedi kemanusiaan terkini.
Namun di sini saya
tidak hendak membincang lebih jauh tentang latar belakang tragedi Aleppo yang
merupakan salah satu kota penting di Suriah. Sudah cukup banyak situs-situs
tetangga yang lebih kompeten membahas tentang hal ini. Saya hendak membincang
hal lain tentang negara yang beribukota Damaskus ini. Pedang Damaskus, seperti
tajug dalam tulisan di atas.
Boleh jadi, Rusia dan
Iran yang menginvasi Suriah saat ini lebih unggul dalam tekhnologi dan
perangkat perangnya. Namun tidak banyak yang tahu, jaman dahulu dua negara ini
banyak berguru pada Damaskus dalam hal persenjataan, terutama tempaan pedang
dan bajanya.
Seperti yang sudah saya
narasikan di awal tulisan ini, dalam sejarah, dulu Suriah adalah salah satu
kota penting dan menjadi pusat perdagangan terutama di jazirah Arab. Terutama Damaskus,
ibukotanya. Dari Damaskus inilah transitnya barang-barang perniagaan dari timur
dan barat. Pun sebaliknya. Salah satu komoditas yang paling diminati di
Damaskus ini adalah besi dan baja.
Besi dan baja Damaskus
ini bukanlah hal yang baru, sebab sejak dari jamannya nabi Daud as, besi telah
akrab dalam peradaban Islam. Keakraban terhadap besi ini secara tidak langsung
mempengaruhi kebermanfaatannya. Terutama pembuatan pedang. Boleh jadi, sebagian
kita yang belum mengetahuinya berpendapat pedang kintana jepang adalah pedang
paling tajam. Pembuatan Pedang Damaskus ini berkembang pesat ketika pada masa
Ayubbiyah. Ketika itu terdapat sentra pembuatan pedang yang bertekhnologi
tinggi.
Saking tajam dan
lenturnya, Pedang Damaskus ini hingga diakui oleh tentara salib yang berperang
dengan pasukan muslim sekira tahun 1750. Pedang yang nggegirisi ini oleh mereka
menyebutnya dengan pedang berair. Julukan ini karena terdapat pola garis
seperti ombak berwarna gelap dan terang manakal terpantul cahaya seperti riak
air di seluruh permukaan logam.
Ada banyak cerita mengenai
kemampuan Pedang Damaskus, beberapa diantaranya menyebutkan bahwa pedang ini
cukup kuat untuk membelah batu besar. Lebih dari pada itu, manakala pedang
diletakkan dan di atasnya dijatuhkan kain sutra, maka kain akan terbelah
menjadi dua tanpa terlihat bekas potongan. Dalam riwayat lain juga diceritakan
bahwa pedang ini dapat memotong pedang lawan dalam sekali tebas tanpa
menyebabkan kerusakan sedikitpun. Dan dapat diduga, tebasan selanjutnya
merupakan hal terakhir yang dilihat oleh para musuh. Konon, reputasi tersebut
yang sangat mengintimidasi para pasukan salib yang tengah menginvasi wilayah
kependudukan umat Islam.
Teknologi pembuatan
pedang sudah lama dikembangkan di Suriah. Hingga menghasilkan pedang-pedang
yang diakui kehebatannya. Kehebatan pedang dari dunia Islam membuat peradaban
Barat ketika itu terperangah dan terkagum-kagum. Bahkan salah satu faktor
penyebab kekalahan Pasukan Salib ketika bertempur melawan tentara Muslim adalah
peralatan tempur yang dimiliki kaum muslimin. Selain mengendarai kuda-kuda yang
tangguh di medan perang, pasukan tentara Muslim juga dilengkapi dengan pedang
yang mampu menumbangkan manusia dengan satu kali tebasan.
Shalahuddin al-Ayyubi,
seorang panglima Islam, juga menggunakan pedang buatan Damaskus. Pedang
Shalahuddin ini mampu menembus baju zirah pasukan crusader bahkan mampu
membelah tameng. Sekarang, pedang milik Shalahuddin menjadi koleksi pribadi keluarga
Shahhi di Uni Emirat Arab (UEA). Harga pedang ini ditaksir sekitar 550.000 US$.
Pasca perang salib,
dunia barat mulai mencari tahu rahasia di balik teknologi tempa baja yang
dikuasai dunia Islam. Pasukan salib menyebut baja Damaskus yang hebat itu dengan
sebutan Damascus Steel. Material penyusun pedang Damaskus termasuk material
yang unik karena termasuk material superplastis, yaitu material yang dapat
mengalami deformasitetap (plastis) hingga 1000% tanpa mengalami keretakan. Akan
tetapi, meskipun memiliki elastisitas yang luar biasa material dasar pedang
Damaskus juga termasuk material yang memiliki kekerasan yang tinggi. Bahan baku
pedang Damaskus ini dikenal sebagai baja Wootz.
Rahasia teknologi
itulah yang kemudian dikembangkan di Rusia. Dalam kronik-kronik Rusia, banyak
yang menceritakan tentang pedang. Diantanranya adalah bahwa para tentara
Pangeran Rusia dimakamkan bersama dengan bilah pedang mereka yang berkarat dan
Pangeran Svytoslav dari Kiev menenggelamkan pedangnya ke Sungai Dnieper agar
tidak diambil musuhnya.
Dalam sejarah pembuatan
pedang, para pandai besi Rusia memilin beberapa batang baja menjadi satu dan
kemudian menempanya. Setelah diulangi hingga sepuluh kali, proses ini
menghasilkan sebuah pedang dengan kekuatan dan fleksibilitas ekstra. Lembaran
besi panjang kemudian dipatri pada baja untuk menghasilkan sebuah pedang kosong
untuk disempurnakan. Karena tahan karat, bilah-bilah ini tidak tajam, tapi
tidak akan patah dan akan kembali ke bentuknya semula dengan cepat jika
bengkok.
Di abad ke-15, Khan
Crimea, seorang penilai senjata yang terkenal, meminta seorang pangeran Moskow
mengiriminya sebuah baju baja yang terbuat dari sebuah baja berkualitas tinggi.
Dengan kandungan karbon yang tinggi dan proses penempaan khusus, sebuah pedang
berbahan baja tersebut memiliki pola permukaan yang unik dan kekuatan yang
istimewa. Pedang ini bisa memotong besi dan tidak akan patah meski mengalami
cacat berat.
Tidak lain, bahan
pembuatan pedang-pedang Rusia tersebut adalah Baja Damaskus. Baja asal Damaskus
dikenal keras dan teksturnya indah, dan biasanya dihiasi ornamen garis
bergelombang. Pedang buatan damaskus yang juga disebut sebagai pedang Persia
ini sangat lentur terkenal karena memiliki kandungan CNT (Carbon Nanotubes).
Nanoteknologi mencakup
pengembangan teknologi dalam skala nanometer, biasanya 0,1 sampai 100 nm (satu
nanometer sama dengan seperseribu mikrometer atau sepersejuta milimeter).
Istilah ini kadangkala diterapkan ke teknologi sangat kecil. Ruang lingkupnya
juga sangat luas, bisa merambah ke berbagai bidang seperti kedokteran,robotik,
fisika,dll. Sedangkan carbon nanotubes merupakan ikatan carbon yang berbentuk
silinder dengan diameter 4 nanometer (1 nano=1/1.000.000.000).
Carbon nanotubes adalah
struktur lain dari atom karbon yang sama dengan atom karbon pada grafit yang
sering kita temui sebagai bahan ujung pensil. Dan sama juga dengan atom karbon
pada diamond. Dengan kata lain perbedaaannya hanya ada pada struktur
kristalnya.
Carbon nanotube
mempunyai karakter yang luar biasa, kekuatannya 20-30 kali kekuatan baja paling
kuat, demikian juga dengan kekerasannya. Jadi jika misalnya seutas kawat dengan
diameter sekian milimeter mampu menahan sepenuhnya tubuh satu orang unuk
menggantungkan diri dari sebuah helikopter, maka hanya dibutuhnya kawat
nanotubes dengan luas penampang 1/20 dari luas penampang baja tadi. Dengan luas
penampang yang sama, kawat carbon nanotube dapat menahan kurang lebih 20
kali beban yang mampu ditahan kawat baja
tadi.
Sebuah penelitian
mikroskopik menemukan bahwa pedang-pedang Damaskus ini ternyata memiliki
semacam lapisan kaca di permukannya. Bisa dikatakan para ilmuwan Muslim di
Timur Tengah telah mencapai teknologi tertinggi pembuatan pedang sejak seribu
tahun yang lalu.
Meski perputaran waktu
terus bergulir tapi sampai sekarang belum ada teknologi pembuatan yang
menandingi teknologi Damaskus. Sampai sekarang pedang-pedang buatan Damaskus
tetap yang terbaik di dunia, melebihi tajam daripada samurai Jepang. Nuwun. Urd/2210
Bumi Para Nata,
100120017
0 on: "Sejarah Pedang Terkuat Sepanjang Masa"