Akarasa – Selamat
datang kerabat akarasa. Kisanak pernah ke kota Lumajang? Jika belum di
agendakan untuk mengunjunginya ya. Baik, meski belum pernah mengunjunginya
minimal kisanak sudah akrab dengan nama kota tersebut. Sementara itu saja sudah
cukup. Omong-omong, kenapa saya sarankan, karena kota yang akan kita bahas ini
bisa jadi adalah Atlantis, moyang peradaban yang hilang itu.
Cukup menarik toh
asumsinya, meski saya juga yakin kisanak sambil membaca tulisan ini berpikiran,
admin akarasa ngawur pol jedug! Nah, untuk itulah saya akan ajak kisanak untuk
menelisik susur galur kota yang terbilang sepuh di Jawa ini. Namun sebelumnya,
mari kita terlebih dahulu membuka lembaran sejarah panjang kabupaten yang
diapit oleh 3 gunung di Jawa Timur ini bahkan salah satu diantaranya adalah
puncak tertinggi Jawa.
Secara pribadi, kesan
pertama saat mengunjungi kota yang berslogan ‘Atib Berseri’ dan dikenal juga
sebagai kota pisang ini adalah kota yang aneh dan sarat misteri. Entahlah, bisa
jadi itu karena pengaruh alam bawah sadar saya atau semacam itu. Kebiasan yang
masih lestari hingga kini, setiap saya datang ke kota yang belum saya kenal,
rasa penasaran ingin mempelajari dan
mengetahui lebih dalam tentang kota tersebut begitu membirahi.
Kota yang usianya lebih
dari 700 tahun ini juga sangat unik jika kita tilik dari letak geografisnya, jika
diibaratkan, letak kota ini seperti mangkok atau disebut juga daerah kantong.
Masuk akal sih sebenarnya, kota Lumajang ini diapit oleh pegunungan dan gunung
berapi yang masih aktif, seperti gunung Semeru, Bromo, Lamongan, dan Argopuro.
Kota yang sempurna jika ditilik dari segi pertahanan.
Secara singkat Lumajang
adalah kabupaten di Jawa Timur yang berada di kaki gunung tertinggi pulau Jawa
yakni Mahameru atau Semeru. Namun, banyak orang tidak tahu dimana letak kabupaten
Lumajang, maklum saja kota ini memang tidak berada di jalan propinsi, orang lebih tahu kota
Jember. Jadi tidak salah bila penumpang bus dari luar kota tidak mengetahui
Lumajang yang memiliki peradaban sejarah yang cukup besar dijaman kerajaan
Tumapel, Singosari dan Wilwatikta (Majapahit).
Lumajang di jaman pra
sejarah dikenal dengan sebutan Nagara Lamajang bisa dilihat dalam Prasasti Mulan
Malurung yang dibuat oleh raja Singosari (Tumapel), Sminingrat atau Wisnuwardhana,
ditemukan di Kediri padan tahun 1975 dan
dalam prasasti itu bertuliskan angka tahun 1177 Caka atau 1255 Masehi. Di
prasasti tersebut disebutkan Sminingrat mengutus anaknya Narariya Kirana
sebagai juru pelindung Nagara Lamajang.
Pada masa Kerajaan
Singosari (Tumapel), Lamajang begitu penting karena ada 2 fungsi. Pertama
sebagai penghasil pertanian yang makmur. Kedua sebagai pusar pertahanan dalam
menghadapi wilayah timur kerajaan. Lamajang menjadi terkenal dan maju setelah Arya Wiraraja
adalah tokoh besar yang lahir dari keturunan Brahmana dari pulau Bali Ida Manik
Angkeran datang ke Jawa untuk menjengguk kakeknya. Karena sang kakek meninggal,
Arya Wiraraja yang memiliki Nama Ida Banyak Wide diangkat anak oleh Mpu Sedah.
Saat diasuh Empu Sedah
yang ketika itu menjadi penasehat raja Airlangga, Arya Wiraraja mengenal
sesosok gadis anak bangsawan kerajaan Kediri yakni Ageng Pinatih. Dikarenakan
Wiraraja sangat mencintai sang gadis, orang tua angkatnya tidak bisa menolak,
meski dia adalah keturunan Brahmana.
Kemudian setelah
menikah dengan Ageng Pinatih, Wiraraja menjadi adipati di kerajaan Kediri. Arya
Wiraraja adalah punggawa kerajaan Kediri yang kritis dalam membangun kerajaan
Kediri. Namun, karir jabatan sebagai adipati yang berpengaruh di Kediri harus
berakhir, saat Kediri (Tumapel) dipimpin oleh Kertanegara.
Arya Wiraraja diminta
untuk memimpin Kerajaan Madura yang beribukota di Sogenep, sekarang menjadi Sumenep.
Pada tahun 1295 Lamajang menjadi kerajaan yang berdaulat (tanah pardikan)
dengan Arya Wiraraja sebagai rajanya. Arya Wiraraja menjadi raja Majapahit Timur
dengan ibu kota di Lamajang, dikarenakan sesuai perjanjian dengan raden Wijaya,
raja Wilwatikta (Majapahit Barat) akan membagi wilayah Majapahit menjadi dua.
Wiraraja menjadi raja
di Lamajang setelah anaknya Ranggalawe tewas dibunuh oleh pungawa Majapahit
yang dipimpin adipati Nambi, dikarenakan melawan (memberontak) Wilwatikta. Untuk
menyingkat waktu, kisanak baca saja kisah pemberontakan tersebut di Ronggalawe
dalam Kilas Pandang Sejarah Tuban. Namun, ada satu literasi yang menyatakan
bahwa Ronggolawe bukanlah putra dari Arya Wiraraja. Lebih lengkapnya baca di Ronggolawe
Bukanlah Putra Arya Wiraraja. Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam banyak
literasi yang menyatakan bahwa Ronggolawe adalah putra dari Arya Wiraraja. Dalam
tulisan ini pun saya tetap merujuk pada Ronggolawe adalah putra Wiraraja.
Sebagai orang tua,
tentu dengan tewasnya Ronggolawe membuat Wiraraja masygul dan sedih. Maka kemudian
ia meletakkan jabatannya sebagai salah satu menteri di Wilwatikta (Majapahit)
dan menagih janji Raden Wijaya untuk membagi wilayah Majapahit menjadi dua,
sesuai kesepakatan awal sebelum pendirian Majapahit.
Wiraraja memerintah
wilayah Tiga Juru (Lamajang, Panarukan dan Blambangan atau wilayah tapal kuda
sekarang) ditambah Madura dan banyak menanamkan pengaruh di Bali. Kerajaan
Lamajang ini beribukota di daerah Biting Kutorenon Kabupaten Lumajang hingga
sekarang. Bahkan peninggalan benteng kota raja Lamajang masih bisa dijumpai dan
tertimbun tanah (gundukan tanah).
Arya Wiraraja meninggal
pada tahun 1316 masehi dalam usia 87 tahun. Patih Nambi sebagai penguasa baru Lamajang
yang di tunjuk Jayanegara kemudisan mengadakan upacara dukacita atas mangkatnya
Wiraraja, namun atas hasutan mahapati Majapahit, Lamajang dan diserang
Majapahit dengan mendadak oleh Jayanegara (raja Majapahit setelah Raden
Wijaya). Lamajang jatuh karena tidak ada persiapan perang.
Fitnah ini membawa
bencana. Tujuh menteri utama Majapahit yang juga teman-temn seperjuangan Wijaya
yang tidak puas pada keputusan memalukan ini ikut gugur di Lamajang membela Nambi.
Perang Lamajang tahun 1316 ini juga mempengaruhi peperangan yang lain di
wilayah bekas Kerajaan ini seperti Perang Lasem yang dipimpin teman
seperjuangan Wijaya yaitu Ra Semi (1318), perang Kuti yang akhirnya membuat
raja melarikan diri ke luar kota Majapahit dan diselamatkan bekel Gajah Mada
(1319 ), Perang Sadeng (1328) dan perang Keta (1328).
Setelah Majapahit besar,
Lamajang yang sudah berganti menjadi Virabhumi sekali lagi meberontak dan
menimbulkan Perang Paregreg yang akhirnya melemahkan Majapahit. Kebesaran dan
kekuatan ideologi kerajaan Lamajang ini bertahan sampai tahun 1620-an dimana
Lamajang sebagai pusat pusat pertahan terakhir kerajaan Hindu di Jawa bagian
timur. Kerajaan Mataram yang jaya dan menyebarkan ideologi keyakinin (Islam),
Lamajang di hancurkan oleh Sultan Agung dan ibukota Lamajang di daerah Biting
dibakar, munculnya Kutorenon (Ketonon alias terbakar atau dibakar).
Pada masa pemerintahan
kolonial, Belanda yang sudah tahu akan kebesaran sejarah Lamajang tidak mau
membuka daerah ini karena memiliki pengaruh besar dalam sejarah nusantara. Lamajang
ditaruh dibawah pemerintahan Afdelling Probolinggo dan pada tahun 1929
diresmikan nama baru menjadi kabupaten Lumajang dan KRT Kerto Adirejo sebagai
regent pertama.
Miris, sejarah
kebesaran Lamajang (Lumajang) merupakan kerajaan merdeka yang belum pernah
ditulis dan dihilangan dalam buku sejarah mengenai perjuangan tokoh Arya Wiraraja
sebagai arseitek Nusantara. Lantas, apa korelasinya dengan dugaan Lamajang
adalah atlantis yang hilang tersebut? Nah, mari kita gothak-gathuke dari
literasi Atlantis terlebih dahulu.
Dalam literasi disebutkan,
Atlantis hancur akibat bencana alam yang cukup dahsyat di bumi hingga kerajaan yang
merupakan moyang peradaban ini awal mulanya di kemukakan oleh Profesor Santos. Bahkan,
tidak sedikit literasi yang menyatakan bahwa Atlantis diduga berada di wilayah
Indonesia. Konon, dulunya Indonesia adalah pulau yang menyatu, akibat bencana
dasyat terbelah menjadi beberap pulau yang terpisah seperti saat ini. selengkapnya
bisa kisanak baca di Atlantis
: Moyang Peradaban yang Tenggelam
Nah, situs Biting ini
juga diduga sebagai pemukiman dengan adanya kota raja yang ada di Lumajang, Jawa
Timur memiliki ciri-ciri Kerajaan Atlantis yang hilang. Namun sebelumnya, ini
hanya dugaan semata. Selanjutnya disikapi masing-masing dari kisanak sendiri.
Ciri pertama, situs
Biting dikelilingi 3 sungai alam, yakni Binong, Ploso, Bodoyudo, dan satu
sungai atau kanal buatan. Bahkan diluar situs Biting banyak sekali rawa-rawa
yang bisa dijadikan benteng alam selain 3 sungai alam yang mengelilingi.
Kemudian yang kedua, situs
Biting dikelilingi 3 gunung berapi
yakni, Semeru, Bromo, dan Lamongan. Bahkan dengan dikeliling gunung benteng
pertahanan kerajaan Lamajang di situs Biting sangat sulit ditempuh oleh musuh. Selanjutnya yang
ketiga, dengan dikelilingi 3 gunung berapi, wilayah kerajaan dengan peninggalan
situs Biting, seperti cincin memusat.
Keempat, Sungai yang
mengelilingi Situs Biting bisa dijadikan jalur transportasi ke pantai Selatan
yakni Samudra Hindia, pertanian dan kehidupan lainya.
Kelima, warga Lumajang
sejak jaman dahulu kala sudah mengenal ilmu dan ahli dalam bisang Astronomi dan
kalender.
Dan yang terakhir, di
peninggalan situs Biting yang merupakan pusat kota raja atau kerajaan ada
wilayah atau daerah yang bernaman Senduro. Sedangkan dalam sejumlah buku yang
menceritakan soal kerajaan Atlanttis ada kota yang bernama Sindhuro. Jika
melihat susunan suku kata dan pengucapan, Senduro dan Sidhuro hampir sama, ini
bukti sebuah nama daerah yang sampai saat ini masih ada sejak jaman dahulu.
Lebih jauh lagi tentang
Atlantis, dalam bukunya, Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur
yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal jaman pada waktu itu adalah Jaman
Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat
Celcius lebih dingin dari sekarang. Lokasi yang bermandi sinar matahari pada
waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.
Sejak jaman dahulu
Lamajang atau Lumajang dikenal sebagai daerah yang makmur dengan semua tanaman
bisa tumbuh. Bahkan, dalam cerita adanya gunung Semeru di paku di Pulau Jawa
yang memiliki nama, Dewa Syiwa yang mendiami gunung tertinggi di Pulau Jawa
Itu, mendapati adanya tanaman Jawawut (padi). Dan akhirnya Dewa Syiwa menamakan
Pulau yang dipasang gunung Semeru sebagai Paku, sebagai Pulau bernama Jawa.
Bila melihat dengan
sejumlah bukti dilapangan meski belum melakukan penelitian seheba Prof Santos
mengenai Atltantis. Dari asumsi atau dugaan berdasarkan ilmu otak-atik gathuk
ini, bisa jadi, dengan adanya bangunan kerajaan di situs Biting desa Kutorenon
Kecamatan Sukodono mungkin-mungkin saja adalah Atlantis yang hilang itu. Bagaimana
menurut kisanak? Nuwun.
0 on: "Benarkah Situs Biting Lumajang adalah Atlantis yang Hilang?"