Akarasa - Selamat
datang kerabat akarasa. Bagi kisanak, terutama wong Jowo mendengar istilah
Sedulur Papat Lima Pancer tentulah tidak asing. Meski tidak sedikit juga yang
hanya kenal dengan istilahnya saja. Bahkan bisa jadi, generasi muda Jawa malah
tidak kenal sama sekali.
Seperti pada judul di
atas, pada tulisan ini saya akan mengajak kisanak membahasakan Sedulur Papat
Lima Pancer ini dalam konteks kekinian, jaman digital ini. Bagaimana, setuju?
Baik, jika jawabannya serujuk.
Sebenarnya jika kita
telisik lebih jauh pengertian Sedulur Papat Lima Pancer ini sebenarnya terus
berkembang mengikuti jamannya. Tidak lekang oleh waktu.
Sebelum kita beranjak
lebih jauh ke sebuah tujuan, tentu hal yang sangat penting adalah alamat tujuan
itu sendiri. Tujuan tersebut dalam hal ini tentu saja pengertian Sedulur Papat
Lima Pancer yang akan kita bincang kali ini.
Secara umum, pengertian
Sedulur Papat Lima Pancer adalah penyelarasan jagad kecil atau mikrokosmos, dan
lebih specifik lagi adalah manusia atau diri kita sendiri dengan jagad besar
atau alam semesta ini (makrokosmos). Saudara yang empat yang ada di jagad besar
itu adalah empat kiblat yang ada yaitu timur, selatan, barat dan utara.
Ditambah saudara pancer yaitu tengah dimana diri manusia itu berada.
Sedangkan empat saudara
yang berkaitan dengan jagad kecil (manusia) adalah apa-apa yang mengiringi
kelahirannya. Mereka itu adalah kakang kawah (air ketuban), adi ari-ari
(plasenta), getih (darah) dan puser (tali plasenta). Sedangkan yang kelima
pancernya adalah diri manusianya itu sendiri.
Dari pengertian asal
ini kemudian berkembang dengan adanya pengaruh agama Hindu. Sedulur papat
(empat saudara) kemudian dimaknai selain sebagai empat kiblat juga kemudian
dimaknai sebagai unsur alam yang menjadi pembentuk jasad manusia.
Empat anasir tersebut adalah bumi/tanah, air, api, dan angin. Sedang
yang kelima pancer adalah diri manusia itu sendiri. Demikianlah sekilas tentang
pengertian paling dasar tentang konsepsi Sedulur Papat Lima Pancer.
Nah, agar tidak bias
dan mbleber kemana-mana sekarang kita
kerucutkan pada konsep Sedulur Papat Lima Pancer dalam versi kekinian atau
modern. Namun sebelumnya mari kita simak tembang dhandanggula yang terserat dalam
Kidungan Purwajati untuk memudahkan maksud saya dalam tulisan kali ini.
cuplikannya sebagai berikut ;
Ana
kidung ing kadang
Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira
Nganakaken
saciptane Kakang Kawah puniku
Kang
rumeksa ing awak mami
Anekakake
sedya Ing kuwasanipun
Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku
kuwasanireki
Angenakken
pangarah Ponang Getih ing rahina
wengi ngrerewangi
Ulah
kang kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun
Nguyu-uyu
sabawa mami
Nuruti
ing panedha Kuwasanireku
Jangkep
kadang ingsun papat Kalimane wus dadipancer sawiji Tunggal sawujud ingwang.
Pada tembang di atas,
disebutkan bahwa saudara empat (sedulu papat) itu adalah terdiri dari; Marmati,
Kawah, Ari-Ari (plasenta atau tembuni) dan darah atau orang Jawa menyebutnya
Getih atau dalam Kejawen sering disebut Rahsa. Kesemuanya tersebut berpusat di
Pusar atau dalam konteks ini adalah Bayi. Jelasnya, mereka ini ada pada setiap
manusia.
Pertanyaannya, mengapa
disebut Marmati, Kakang Kawah, Adhi Ari-Ari, dan Rahsa?
Begini kisanak, Marmati
itu artinya Samar Mati (takut mati)! Meski saya belum pernah hamil dan tidak
akan pernah hamil, lha jelas toh, mosok laki-laki hamil. Umumnya, bila seorang
ibu sedang hamil, sehari-hari pikiranya jan selalu khawatir karena Samar Mati.
Untuk lebih jelasnya, silahkan tanya pada istri atau simbok masing-masing ya.
Rasa khawatir tersebut
hadir terlebih dahulu sebelum keluarnya Kawah (air ketuban), Ari-Ari, dan
Rahsa. Makanya, rasa Samar Mati itu kemudian dianggap Sedulur Tuwo (saudara
tua). Dalam sebuah proses kelahiran, yang keluar terlebih dahulu adalah Air
Kawah (air ketuban) sebelum lahir sang bayi, itulah makanya kemudian Kawah
lntas dianggap sedulur tuwo yang biasa disebut kakang (kakak) Kawah tersebut.
Urutannya adalah, Kawah, kemudian disusul dengan jabang bayi baru kemudian
Ari-Ari (plasenta atau tembuni).
Selanjutnya, karena
Ari-Ari keluar setelah jabang bayi lahir, ia disebut sebagai Sedulur enom
(saudara muda) atau dalam hal ini disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Dalam satu
proses kelahiran, tentu juga mengeluarkan Rah (darah atau getih). Nah,
keluarnya Rah (rahsa) ini juga pada waktu akhir, dan hal ini juga dianggap
sama, Sedulur Enom. Kemudian, Puser (tali pusat) jabang bayi umumnya gugur
(pupak) ketika bayi sudah umur sepasar (tujuh hari). Tali pusat yang gugur juga
dianggap sebagai saudara si bayi. Puser ini dianggap pusatnya Saudara Empat.
Nah, dari sinilah kemudian muncul istilah Sedulur Papat Lima Pancer.
Bagi wong Jowo semua
'sedulur' tadi harus diruwat, dirawat dan dihormati dengan cara diselamati
dengan 'bancaan' atau tumpengan. Mereka semua dianggap 'pamomong' atau penjaga
manusia. Biasanya penyebutan untuk mereka dan sekalian untuk unsur-unsur alam
semesta disebut dengan "sedulurku
sing lahir bareng sedino, sing ora lahir bareng sedino, sing kerawatan lan sing
ora kerawatan".
Artinya :
"saudaraku yang lahir bersamaan sehari denganku (air ketuban, ari-ari,
darah kelahiran, tali plasenta,dan ruh/jiwa), saudara yang tidak lahir
bersamaan (unsur alam semesta), yang terawat maupun yang tidak terawat".
Namun pengertian di
atas kemudian berkembang lagi dengan adanya pengaruh agama Islam. Oleh Sunan
Kalijaga, kemudian ditambahkan pengertian baru yang bernafaskan Islam, yaitu
empat saudara itu adalah empat jenis nafsu manusia sedangkan yang kelima pancer
adalah hati nurani atau 'alam rahsa / sirr'. Unsur empat nafsu-nafsu tersebut
adalah nafsu aluamah, sufiyah, amarah dan muthmainah.
Sedikit saya nukilkan
penjabaran singkat keempat nafsu tersebut adalah sebagi berikut ;
Aluamah / Serakah : Manusia
itu pada dasarnya memiliki rasa serakah dan aluamah. Secara umum nafsu aluamah
berkaitan dengan insting dasar manusia. Yaitu keinginan untuk makan, minum,
berpakaian, bersenggama, dan lain sebagainya. Dikatakan bahwa nafsu aluamah ini
terjadi karena pengaruh unsur tanah yang menjadi unsur pembentuk jasad manusia.
Sufiyah / Keindahan : Manusia
itu umumnya senang dengan hal-hal yang bersifat keindahan misalnya, wanita (asmara).
Nafsu sufiyah ini juga sangat berkaitan dengan keinginan duniawi untuk dipuji,
untuk kaya, mendapat derajat dan pangkat, loba, tamak dan lain sebagainya.
Maka dari itu manusia
yang terbenam dalam nafsu asmara / birahi diibaratkan bisa membakar dunia. Nafsu
ini berpadanan dengan sifat udara yang menjadi unsur pembentuk jasad. Sifat
dari udara adalah selalu ingin memenuhi ruang selagi ruang itu ada (ruang
kosong).
Amarah : Nafsu amarah
berkaitan dengan keinginan untuk mempertahankan harga diri, rasa marah, dan
emosi. Pengertiannya, bila manusia hanya mengutamakan nafsu amarah saja, tentu
akan selalu merasa ingin menang sendiri dan selalu ribut / bertengkar dan
akhirnya akan kehilangan kesabaran. Dikatakan nafsu ini mendapat pengaruh dari
sifat panas / api yang menjadi pembentuk jasad mansia.
Mutmainah / Keutamaan: Nafsu
muthmainah adalah nafsu yang mengajak kearah kebaikan. Walaupun nafsu ini
merupakan keutamaan atau kebajikan, namun bila melebihi batas, tentu saja tetap
tidak baik. Contohnya: memberi uang kepada orang yang kekurangan itu bagus,
namun apabila memberikan semua uangnya sehingga kita sendiri menjadi
kekurangan, jelas itu bukan hal yang baik.
Dikatakan bahwa nafsu ini mendapat
pengaruh sifat air yang juga menjadi pembentuk jasad manusia.
Keempat nafsu yang ada
harus 'dirawat', diatur, diseimbangkan dan harus berjalan dibawah kendali akal
dalam bimbingan hidayah ilahi. Itulah makna dari 'angaweruhi' (merawat) sedulur
papat lima pancer, dalam terminologi empat nafsu manusia.
Namun bagi saya,
pemaknaan yang konfrenhensif yang melibatkan macam-macam pengertian yang ada
itulah yang harus kita hayati. Yaitu mengakui dan menyelaraskan diri kita
(mikrokosmos) sebagai bagian dari jagad besar (makrokosmos) dan sekaligus
pengendalian diri kita atas nafsu-nafsu kita dibawah akal dan dalam 'pituduh'
(petunjuk / hidayah) ilahi.
Simbolisasi Sedulur Papat Limo Pancer dalam Kemalaikatan
Selanjutnya mari kita
beranjak lagi pada Sedulur Papat Lima Pancer dalam konsep kemalaikatan. Namun
sebelumnya, ini tidak menyepadankan, ini hanya ilustrasi dalam logika berpikir
saja. Baik, kita lanjutkan lagi.
Dalam Islam kita
mengenal empat malaikat yaitu, malaikat Jibril, Mikail, Isrofil, dan Ijro’il.
Nah, setelah Islam masuk ke pulau Jawa, kepercayaan tentang Sedulur Papat Limo
Pancer ini kemudian dipadukan dengan empat malaikat yang melekat pada setiap
manusia (Islam abangan) ini. Bahkan dalam ajaran sufi tertentu, konsep ini
disejajarkan dengan keempat sifat nafsu, seperti yang sudah saya ulas di atas.
Malaikat Jibril As atau
dalam bahasa ibrani Gabriel artinya pahlawan tuhan fungsinya adalah penyampai
informasi, didalam Islam dikenal sebagai penyampai wahyu pada para nabi. Dalam
konsep Islam Jawa (abangan) Jibril diposisikan pada kekuatan spiritual pada
Ketuban. Ada pandangan yang menyatakan setelah Nabi Muhammad saw wafat maka
otomatis Jibril menganggur karena Muhammad-lah orang yang menerima wahyu
terakhir.
Tapi tidak demikian dalam
pandangan Jawa, setiap orang di sertai Jibrilnya. Hakikatnya hanya ada satu
Jibril di alam raya ini tapi pancaran cahayanya ada dalam setiap diri. Seperti
Ruh tidak pernah dinyatakan dalam bentuk jamak didalam Islam. Tetapi setiap
diri mendapat tiupan ruh dari Tuhan dan ruh tersebut menjadi si Anu, si Ani, si Ano,
dan seterusnya.
Hakekatnta Satu tetapi
terpantul pada setiap cermin sehingga seolah-olah setiap cermin mengandung Ruh,
dan manusia sebenarnya adalah cermin bagi Sang Diri, setiap diri menerima
limpahan cahayanya. Diantara limpahan cahayanya adalah Jibril yang menuntun
setiap orang.
Jibril akan menuntun manusia
kejalan yang benar, yang telah membersihkan dirinya, membersihkan cerminnya,
membersihkan hatinya. Jibril lah yang menambah daya agar teguh dan tebal
keimanan seseorang. Dalam khasanah Jawa Jibril berdampingan dengan Guru Sejati,
bersanding dengan diri Pribadi.
Jibril tidak mampu mengantarkan
diri Nabi ke Sidratul Muntaha dalam Mij'raj beliau juga diceritakan ketika
Jibril menampakan diri kehadapan rasul selalu ditemani malaikat mulia lainnya
yaitu Mikail isrofil Ijroil.
Jelas kiranya bahwa
kehadiran Ketuban ketika membungkus janin ternyata disertai saudara-saudaranya
yang lain. kemudian, jika ditinjau dari keddudukannya yang keluar paling awal
maka disebut sebagai kakak atau kakang (saudara tua) si bayi. Begitu si bayi
lahir maka selesailah sudah tugas Ketuban secara fisik. Tetapi eksistensi Ketuban
secara ruhaniah ia tetap menjaga dan membimbing bayi tersebut sampai akhir
hayat.
Jika ditinjau dari sisi
eksistensti Jibril diciptakan setelah malaikat Mikail. dan Tali Pusar ada lebih
dulu dari pada selaput yang membungkus janin di pintu rahim (cervix).
Malaikat Israfil As,
dalam terminologi Islam, malaikat Israfil diciptakan setelah penciptaan Arsy
(Singgasana Tuhan ) disebut sebagai malaikat penggenggam alam semesta, ia
meniupTerompet Pemusnahan Dan Pembangkitan. Ia digambarkan menengadah ke atas
untuk melihat jadwal kiamat yang ada di Lawh Al Mahfuzh.
Israfil di sepadankan
dengan Ari-Ari, Tembuni atau Placenta, Ari-Ari adalah yang memayungi sang janin
sampai ketempat tujuan, dialah yang memberikan keamanan dan menyalurkan makanan
serta kenyamanan pada janin dengan ari-ari ini saat kehidupan berlangsung dalam
janin.
Eksistensi Ari-Ari ini
disejajarkan dengan malaikat Israfil, dalam kelahiran janin, Ari-Ari diterima
sebagai saudara muda (adik). Meskipun jasadnya telah tak ada lagi, Ari-Ari
tetap memberikan perlindungan bagi manusia setelah dilahirkan.
Dari sisi keberadaanya
malaikat Israfil dicipta terlebih dahulu dari pada malaikat Mikail dan Jibril
As. Israfil diyakini sebagai pelita hati bagi manusia agar hatinya tetap
terang, itulah sebabnya sejahat-jahatnya manusia masih ada secercah cahaya
dalam hatinya tetap ada kebaikan yang dimilikinya meski hanya sebesar debu.
Yang ketiga adalah
malaikat Mikail As, Salah satu malaikat yang menjadi pembesar para malaikat.
Tugas malaikat Mikail adalah memelihara kehidupan. Dalam hadis diceritakan bahwa
malaikat Mikail mengemban tugas memelihara pertumbuhan pepohonan, kehidupan hewan juga Manusia. Dialah yang
mengatur angin dan hujan dan membagi rejeki pada seluruh mahluk.
Pada konsep sedulur papat
yang sudah di sesuaikan dengan ajaran Islam, Tali Puser merupakan Lokus,tempat
dudukan bagi malaikat Mikail dia merupakan tali penghubung bagi kehidupan
manusia. Zat-zat makanan, oksigen dan zat yang perlu dibuang dari tubuh janin
agar tidak meracuni tubuh janin. Dia telah mengatur kehidupan manusia dalam
rahim melalui malaikat malaikatnya.
Mikail dipandang orang
Jawa sebagai saudara yang memberikan sandang, pangan, dan papan. Jika seseorang
memohon perlindungan Tuhan maka Mikail yang akan menjalankan perintah Tuhan
untuk melindunginya.
Keempat adalah Malaikat
Ijro’il As. Malaikat Maut yang dipercaya sebagai yang bertanggung jawabakan kematian.
Kehadirannya amat ditakuti Manusia. Jika ajal telah tiba maka ia akan mewafatkan
manusia sesuai waktunya.
Dalam konsep sedulur
papat malaikat maut ini ternyata saudara manusia sendiri bukan orang lain dan ia
pun tidak akan menyalahi tugasnya bila seseorang belum sampai ajalnya ia tak
akan mewafatkannya. Dia hadir untuk meringankan penderitaan manusia, saudara sejati
pasti melindungi bila yang bersangkutan selalu dijalan yang benar. Bayangkan
bila manusia tidak bisa mati tetapi hidupnya menderita? Apa tidaktersiksa?
Ijro’il disebut sebagai
kekuatan Tuhan yang berada didalam Darah. Dalam kehidupan sehari hari Ijro’il
bertugas untuk menjaga hati yang suci. Jika hati terjaga kesuciannya maka
ketakutan akan hidup menderita dan kematian akan tak ada lagi.
Jika ajal telah sampai
maka Ijro’il mengorganisasi malaikat lainnya, mengorganisasi saudara-saudara
lainnya untuk mengakhiri hidupnya. Permana yang memberikan kekuatan pada sang
Jiwa diangkat keluar tubuh, sehingga tubuh tak dapat lagi dikendalikan oleh jiwa.
Ruh penyambung hidup kita lepas. Tubuh menjadi lunglai tak berdaya dan ini bentuk
umum kematian bagi manusia.
Semua saudara gaib ini
sudah menjadi satu dengan tubuh kita, ketika dalam rahim sendiri-sendiri wujudnya.
Tapi ketika sang bayi sudah lahir hanya ada satu wujud. Empat saudara kita
tetap menyertai kita dalam wujud Ruh dan tidak kasat mata
Simbolisasi Sedulur Papat Limo Pancer dalam Pewayangan
Semar sebagai pamomong
keturunan Sapta arga tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga anaknya,yaitu; Gareng,
Petruk, Bagong. Ke empat abdi tersebut dinamakan Punakawan. Dapat disaksikan,
hampir pada setiap pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria
keturunan Sapta arga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong.
Cerita apa pun yang
dipagelarkan, ke lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah mereka diawali
mulai dari sebuah pertapaan Sapta arga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat
berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung
untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dengan melakukan tapa ngrame (menolong
tanpa pamrih).
Dikisahkan, perjalanan
sang ksatria dan ke empat abdinya memasuki hutan. Ini menggambarkan bahwa sang
ksatria mulai memasuki medan kehidupan yang belum pernah dikenal. Dunia yang gelap,
penuh semak belukar, banyak binatang buas, dan makhluk jahat yang siap
menghadangnya. Bahkan jika lengah sedikit saja dapat mengacam jiwanya.
Namun pada akhirnya Ksatria,
Semar, Gareng, Petruk, Bagong berhasil memetik kemenangan dengan mengalahkan
kawanan raksasa, sehingga berhasil keluar hutan dengan selamat. Diluar hutan,
rintangan masih menghadang, bahaya senantiasa mengancam. Berkat Semar dan
anak-anaknya, sang Ksatria dapat menyingkirkan segala penghalang dan berhasil
menyelesaikan tugas hidupnya dengan selamat.
Mengapa peranan Semar dan
anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan? Semar merupakan
gambaran penyelenggaraan Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia.
Untuk lebih memperjelas peranan Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga
tokoh lainnya.
Keempat punakawan
tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya. Semar mempunyai
ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai simbol dari
pikiran, gagasan yang jernih atau cipta.
Gareng mempunyai ciri
yang menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ketiga
cacat fisik tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan,
tangan cekot adalah rasa ketelitian dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian.
Petruk adalah simbol
dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Jika
digerakkan, keduatangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama dengan
baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang
menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Sedangkan karya disimbolkan
Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya selalu
bersedia bekerja keras.
Cipta, rasa, karsa dan
karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Cipta, rasa, karsa,
dan karya berada dalam satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia,
hal ini disimbolkan tokoh Ksatria. Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran
pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati
fungsinya masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan seiring menuju
cita-cita yang luhur.
Dengan demikian menjadi
jelas bahwa antara Ksatria dan punakawan mempunyai hubungan tak terpisahkan.
Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika
didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad
bulat (karsa), dan mau bekerja keras (karya). Simbolisasi ksatria dan empat
abdinya, serupa dengan 'ngelmu' sedulur papat limo pancer. Sedulur papat adalah
panakawan, kalimo pancer adalah ksatriyanya. Nuwun.
0 on: "Sedulur Papat Limo Pancer Versi Modern dalam Simbolisasi Kemalaikatan dan Pewayangan"