Akarasa – Selamat datang
kerabat akarasa. Sangat mungkin, ketenaran sosok perempuan di negeri ini tak
ada yang bisa mengalahkan nama satu ini, Nyi Roro Kidul atau Ratu Kidul. Nama wanita
satu ini hampir semua orang mengenalnya, dari generasi ke generasi nama ini
abadi tidak tergilas jaman. Tentu saja dalam hal ini terlepas dari sosok Nyi
Roro Kidul ini benar-benar ada atau tidak, atau hanya mitos belaka.
Bahkan, semua bencana
di sepanjang pantai selatan pulau Jawa pasti dikaitkan dengan mitos keberadaan
penguasa sepanjang pantai tersebut yaitu Ratu Kidul, baik yang percaya maupun
yang tidak. Banyak sebutan untuk penguasa selatan tersebut yaitu; Kanjeng Gusti
Ratu Kidul, Nyi Roro Kidul, Nyai Ratu roro kidul dan lain-lain. Sebagian orang
mengatakan bahwa sebenarnya sebutan yang berbeda-beda tersebut juga
menggambarkan sosok yang berbeda pula, dan ada juga yang mengatakan semuanya
adalah satu. Yang benar siapa, entahlah.
Terdapat berbagai macam
versi mitos Ratu Kidul salah satunya dari Banten Kidul, seperti yang akan kita
bincang kali ini. mitos ini bermula ketika kerajaan Sunda runtuh tahun 1579,
kekuasaan atas daerah Banten digantikan oleh kesultanan Banten yang bercorak
Islam. Proses pergantian kekuasaan itu seiring dengan dilakukannya Islamisasi
oleh Syarif Hidayatullah yang dilakukan sejak tahun 1522. Nah, runtuhnya kerajaan
Sunda inilah kemudian melahirkan berbagai mitos yang berkembang di
tengah-tengah kehidupan masyarakat Banten.
Banten Kidul yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia,
masyarakat Banten Kidul mengenal sebuah dongeng tentang Nyi Roro Kidul. Bagi
masyarakat, cerita ini bagian yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi kerajaan
Sunda. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kemudian kisah tentang
penguasa laut selatan ini berbeda dengan cerita yang dikenal oleh masyarakat
pantai selatan di luar Banten Kidul, seperti di daerah Yogyakarta. Cerita ini
begitu legendaris dan sangat kuat terpatri di hati masyarakat Lebak selatan
yang memang bersinggungan langsung dengan laut selatan.
Diceritakan bahwa Nyai
Roro Kidul merupakan putri Siliwangi dari kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya
merupakan permaisuri kinasih dari Prabu
Siliwangi. Nyai Roro Kidul yang semula bernama Putri Kandita, memiliki
paras yang sangat cantik dan kecantikannya itu melebihi kecantikan ibunya. Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan kalau Putri Kandita menjadi anak kesayangan
Siliwangi.
Sikap Siliwangi yang
begitu menyayangi Putri Kandita telah
menumbuhkan kecemburuan dari selir dan putra-putri raja lainnya. Kecemburuan
itu yang kemudian melahirkan persengkokolan di kalangan mereka untuk
menyingkirkan Putri Kandita dan ibunya dari sisi raja dan lingkungan istana
Pakuan Pajajaran.
Rencana tersebut dapat
dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu hitam
sehingga Putri Kandita dan ibunya terserang suatu penyakit yang tidak
bisa disembuhkan. Di sekujur tubuhnya, yang
semula sangat mulus dan bersih, timbul
luka borok bernanah dan mengeluarkan bau tidak sedap (anyir). Akibat
penyakitnya itu, Siliwangi mengucilkan mereka meskipun masih tetap berada di
lingkungan istana. Akan tetapi, atas desakan selir dan putra-putrinya, Siliwangi
akhirnya mengusir mereka dari istana Pakuan Pajajaran.
Mereka berdua keluar
dari istana dan berkelana ke arah selatan dari wilayah kerajaan tanpa tujuan.
Selama berkelana, Putri Kandita kehilangan ibunya yang meninggal dunia di
tengah-tengah perjalanan. Suatu hari, sampailah Putri Kandita di tepi sebuah aliran
sungai. Tanpa ragu, ia kemudian meminum air sungai sepuas-puasnya dan rasa
hangat dirasakan oleh tubuhnya. Tidak lama kemudian, ia merendamkan dirinya ke
dalam air sungai itu.
Setelah merasa puas
berendam di sungai itu, Putri Kandita merasakan bahwa tubuhnya kini mulai nyaman dan segar. Rasa sakit akibat penyakit
boroknya itu tidak terlalu menyiksa dirinya. Kemudian ia melanjutkan
pengembaraannya dengan mengikuti aliran sungai itu ke arah hulu. Setelah lama
berjalan mengikuti aliran sungai itu, ia menemukan beberapa mata air yang
menyembur sangat deras sehingga semburan mata air itu melebihi tinggi tubuhnya.
Putri Kandita menetap di dekat sumber air panas itu. Dalam kesendiriannya, ia
kemudian melatih olah kanuragan.
Selama itu pula, Putri
Kandita menyempatkan mandi dan berendam di sungai itu. Tanpa disadarinya,
secara berangsur-angsur penyakit yang menghinggapi tubuhnya menjadi hilang.
Setelah sembuh, Putri Kandita meneruskan pengembaraan dengan mengikuti aliran
sungai ke arah hilir dan ia sangat terpesona ketika tiba di muara sungai dan
melihat laut. Oleh karena itu, Putri Kandita memutuskan untuk menetap di tepi
laut wilayah selatan wilayah Pakuan Pajajaran.
Selama menetap di sana,
Putri Kandita dikenal luas ke berbagai kerajaan yang ada di pulau Jawa sebagai
wanita cantik dan sakti. Mendengar hal itu, banyak pangeran muda dari berbagai
kerajaan ingin mempersunting dirinya. Menghadapi para pelamar itu, Putri
Kandita mengatakan bahwa ia bersedia dipersunting oleh para pangeran itu
asalkan harus sanggup mengalahkan kesaktiannya termasuk bertempur di atas gelombang
laut yang ada di selatan pulau Jawa. Sebaliknya, kalau tidak berhasil
memenangkan adu kesaktian itu, mereka harus menjadi pengiringnya.
Dari sekian banyak
pangeran yang beradu kesaktian dengan Putri Kandita, tidak ada seorang pangeran
pun yang mampu mengalahkan kesaktiannya dan tidak ada juga yang mampu bertarung
di atas gelombang laut selatan. Oleh karena itu, seluruh pangeran yang datang
ke laut selatan tidak ada yang menjadi suaminya, melainkan semuanya menjadi
pengiring Sang Putri. Kesaktiannya mengalahkan para pangeran itu dan
kemampuannya menguasai ombak laut selatan menyebabkan ia mendapat gelar Kanjeng
Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa di Selatan.
Cerita ini memang tidak
bersangkutan dengan kesultanan Banten yang berdiri menggantikan kerajaan Sunda
di wilayah Banten Selatan. Akan tetapi, cerita ini sangat penting dikemukakan
sebagai salah satu wujud mentifact masyarakat Banten Selatan tentang keberadaan
Nyai Roro Kidul, Prabu Siliwangi, dan Kerajaan Pakuan Pajajaran. Artinya,
Kerajaan Laut Kidul yang dikenal dalam pikiran masyarakat Banten selatan itu
memiliki hubungan kekerabatan dengan kerajaan Pakuan Pajajaran, karena
penguasanya merupakan anak dari Prabu Siliwangi, raja legendaris Kerajaan
Pakuan Pajajaran. Nuwun.
0 on: "Legenda Nyi Roro Kidul Versi Banten"