Akarasa – Selamat datang
kerabat akarasa. Tak salah kiranya jika kisanak beranggapan tulisan ini adalah
menumpang momen. Karena itulah kenyataannya.
Ya, kita tak bisa
pungkiri, rasa-rasanya tak ada negara yang lebih menarik untuk dikupas melebihi
Saudi Arabia akhir-akhir ini. Semua tak lain karena rajanya, Raja Salman sedang
muhibbah ke sini. Hampir semua media, menayangkan kunjungan spektakuler raja
Saudi bersama sejumlah pangeran dan beberapa menteri serta kerabatnya yang
1.500 orang itu. Mungkin, inilah kunjungan kenegaraan terbesar sepanjang
sejarah Indonesia, setidaknya hingga hari ini.
Sederet frase mungkin
langsung terbayang dalam benak kita begitu mendengar nama Saudi ini. Negeri
kelahiran Rasulullah SAW, dua kota suci, Wahabi, minyak, dan sebagainya. Namun,
kita tak bisa pungkiri juga, perspektif orang terhadap negara yang berbentuk
monarki tersebut pun secara umum terbagi dalam dua kutub ekstrem. Mengagumi
sedemikian rupa atau membenci sejadi-jadinya.
Bagi yang mengagumi
Saudi, negeri yang kini dinakhodai oleh Raja Salman tersebut selalu dilihat
dalam kaca mata putih sebagai pelindung utama dakwah tauhid. Negeri yang sukses
mendistribusikan kemakmuran terhadap segenap rakyatnya. Negeri yang sukses
menegakkan keamanan di segenap penjuru wilayahnya, serta negeri yang konsisten
dengan hukum Islam di tengah moderenitas.
Sementara bagi para
pembenci Saudi, negara tersebut selalu dilihat dengan kaca mata hitam sebagai
negeri yang lahir dari satu ‘paham’ yang sering dibilang ‘keras dan intoleran’,
anteknya Amerika, pengusung diktatorisme, pembela feodalisme, pengekang hak-hak
wanita, serta kehidupan glamour sebagian elitnya. Namun justru adanya dua
perspektif yang saling bertolak belakang itulah yang menyebabkan ‘pesona’ Saudi
kian berbinar.
Arab Saudi dan Wahabbi
adalah dua sisi mata uang. Sejarah berdirinya Kerajaan Saudi edisi pertama di
tahun 1744 tidak bisa dilepaskan dari bergabungnya dua dinasti, dinasti
monarki: Muhammad bin Saud dengan dinasti pergerakan fanatik: Muhammad Ibnu Abd
Al-Wahab. Begitu juga ekspansi Kerajaan Saudi edisi ketiga yang saat ini
menguasai sebagian besar Jazirah Arab, adalah hasil simbiosis mutualisme kedua
dinasti.
Terlepas dari versi
sejarah cikal bakal kerajaan Saudi yang berhasil ditumpas Muhammad Ali Pasha
dari kekhalifahan Utsmani dan kebangkitannya dengan bantuan Inggris di tahun
1930-an yang dinodai darah keluarga Rashidi, tulisan ini tidak hendak
merekonstuksi sejarah dan peran Saudi plus Wahabbi terhadap berbagai peristiwa
strategis di dunia Islam. Hanya berusaha untuk lebih obyektif dalam membaca
teks pro kotra tersebut.
Saya jadi ingat dengan
cerita film Lawrence of Arabia, film ini terbilang jadul karena di buat pada
tahun 1962. Jika kisanak tertarik untuk menontonnya secara online, tonton di tautan
ini Lawrence
of Arabia.
T.E. Lawrence seorang
prajurit intelijen Kerajaan Inggris yang berperan besar dalam revolusi Jazirah
Arab pada 1916-1918. Film ini bercerita tentang Lawrence yang menyuarakan
persatuan kepada bangsa Arab yang saat itu masih terpecah belah. Kehidupan
mereka masih berputar antara gurun pasir dan sumur, bahkan peperangan antar
suku masih terkadang terjadi.
Lawrence datang
memberikan kesadaran kepada mereka bahwa mereka adalah bangsa yang bersatu,
bukan lagi bangsa yang terpecah belah oleh suku-suku. Dengan usaha yang keras,
akhirnya Lawrence bersama pasukan Arab bisa menguasai kota `Aqabah, sebuah kota
yang menjadi basis pertahanan laut bagi Kesutlanan Turki. Dengan dikuasainya
kota itu, maka terbukalah jalan bagi pasukan Inggris untuk lebih masuk ke dalam
jantung pertahanan Kesultanan Turki. Tak lama setelah itu, pasukan Arab bersama
pasukan Inggris berhasil menguasai kota Damaskus.
Film ini berdurasi
lumayan panjang, dan secara jelas menggambarkan suasana jazirah Arab saat itu.
Bagaimana gersangnya daerah mereka, kehidupan kesukuan yang saling berselisih
hanya karena sumur air, dan gaya hidup mereka yang berpindah-pindah. Namun ada
beberapa hal yang saya pikir perlu diperhatikan.
"Sejarah ditulis
oleh para pemenang", sebuah ungkapan yang mungkin sering kita dengar.
Tidak aneh bahwa sebuah catatan sejarah bisa memiliki berbagai penafsiran
tergantung dari siapa yang menulis dan dari sudut apa kita melihat. Seperti
tentang revolusi Arab tahun 1916-1918, jika kita lihat dari sudut bangsa Arab,
maka aksi itu adalah sebuah revolusi yang membawa pembaruan kepada bangsa Arab,
namun jika kita pandang dari sudut bangsa Turki, maka apa yang mereka perbuat
adalah sebuah pemberontakan yang kelak menjadi salah satu kunci hancurnya
Kesutlanan Turki.
Dalam film ini jelas
digambarkan bahwa bangsa Turki adalah bangsa penjahat, biadab dan sombong. Ada
sebuah adegan saat pasukan Turki menyerang sebuah kabilah melalui pesawat
udara, kabilah yang dipimpin oleh Emir Feisal. Kabilah inilah yang kelak
menjadi bekal awal Lawrence untuk menyuarakan revolusi kepada bangsa Arab untuk
melawan Turki.
Terdapat juga sebuah
adegan di saat Lawrence disiksa oleh prajurit bangsa Turki, yang ketika itu
seolah sangat senang dengan siksaan itu. Dan ada sebuah adegan yang mungkin
bagi saya masih ambigu, yaitu ketika seorang jenderal prajurit Turki melepaskan
baju Lawrence lalu memegang tubuhnya, mencubit dadanya, dan berkata ia memiliki
wajah yang menarik. Saya tidak tahu apa maksud dari adegan itu, apakah
menggambarkan bahwa jenderal tadi tertarik kepadanya, ataukah ada hal lain.
Lain halnya dengan
pergerakan yang dilakukan oleh bangsa Arab dan Lawrence. Lawrence digambarkan
layaknya seorang pahlawan yang sangat dihormati oleh bangsa Arab, bahkan mereka
lebih menuruti perkataannya ketimbang perkataan kepala suku mereka. Gerakan
revolusi yang dilakukan sepertinya adalah gerakan perjuangan untuk melepaskan
diri dari penjajah.
Terdapat beberapa
adegan ketika Lawrence memimpin perampokan terhadap kereta api yang dimiliki
oleh bangsa Turki. Begitu juga ketika pasukan yang dipimpin olehnya membantai
habis rombongan prajurit bangsa Turki. Dan pada ujung akhir dari kisah ini,
digambarkan sebuah dialog antara pemimpin tertinggi Inggris dan utusan dari
Perancis bersama Emir Feisal yang menyepakati tentang pembagian daerah
kekuasaan antara Inggris, Prancis, dan Arab yang kini kita kenal dengan nama
Arab Saudi.
Nah, sekarang mari kita
sejenak rubah sudut pandang kita. Dari sudut pandang Turki, Lawrence adalah
seorang mata-mata yang diutus untuk menghasut bangsa Arab agar memberontak
kepada kesultanan Turki saat itu. Inggris, Perancis, dan Arab saat itu
sama-sama memiliki kepentingan dengan hancurnya kesultanan Turki. Inggris dan
Prancis ingin memperluas daerah kekuasaannya sekaligus menghancurkan
satu-satunya kekuatan Islam yang menentang penjajahan yang mereka lakukan,
sedangkan bangsa Arab ingin kembali menguasai seluruh jazirah Arab, khususnya
daerah Hijaz yang sempat dikuasai oleh Dinasti Saud I yang berpaham Wahabi pada
awal abad 19.
Berdirinya kerajaan
Saudi dengan bantuan Inggris bukanlah sebuah isu atau sebuah fitnah, itu adalah
sebuah bukti sejarah yang memiliki penafsiran yang berbeda-beda tergantung
siapa yang menilai, dan berada di pihak mana ia. Sebagaimana pendudukan bangsa
Eropa di tanah Australia dan Amerika, apa yang mereka lakukan adalah sebuah
aksi kepahlawanan jika kita pandang dari sudut pandang mereka, karena mereka
berani mengarungi lautan, menemukan tanah baru, dan menjadikannya modern
seperti saat ini.
Namun jika kita pandang
dari sudut pandang pribumi maka apa yang mereka lakukan adalah sebuah tindakan
yang biadab, sebuah penjajahan, pembantaian, dan penghapusan sebuah peradaban
yang telah ada sejak ratusan tahun.
Begitu juga sejarah
penjajahan di Indonesia, perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah
sebuah bentuk perjuangan jika dilihat dari sudut pandang bangsa Indonesia,
namun jika kita lihat dari sudut pandang Jepang atau Belanda, maka itu adalah
sebuah tindak pemberontakan. Maka, tidak aneh jika distorsi sejarah sering kali
tidak kita sadari. Dengan beberapa hal di atas, mungkin saat ini saya atau juga
sampeyan mengajukan sebuah tanya, Apakah sebenarnya bentuk dari Objektivitas
dalam menilai sejarah? Nuwun.
artikelnya sangat bagus gan pas banget sama moment kedatangan raja salman gitu, maju terus blog akarasa.com kang jangan lupa kunjungan baliknya kang
BalasHapusTerima kasih kang atas kunjungannya. terus berkarya dan berbagi manfaat. nuwun
Hapus