Akarasa – Selamat
datang kerabat akarasa. Bagi saya pribadi, diantara tokoh wayang yang jumlahnya
lebih dari 700 an itu, selain Gatotkaca adalah Karna yang paling saya idolakan.
Keduanya sama-sama nasibnya mengenaskan meski pada kubu yang berbeda dalam epik
Mahabarata.
Secara pribadi, kisah
Karna ini adalah perwujudan dari kegigihan dan kerja keras dari seorang manusia
yang terbuang, namun kemudian mendapatkan keutamaan. Miris memang nasib tokoh
wayang yang terlahir dari Kunti ini. Betapa tidak, bahkan sejak dalam kandungan
Karna tidak pernah merasakan kasih sayang dari ibundanya. Di kisahkan, saat
Kunti, ibunya, sedang mengandungnya ia selalu menyembunyikannya dengan rapat.
Karna lahir dari hasil
keisengan Kunti untuk mendapatkan berkah dari Dewa Surya dengan merapal mantra
terlarang. Sehingga akhirnya dia hamil karena tindakannya tersebut. Karena saat
itu Kunti belum menikah, tentunya sebagai anak penguasa maka hal itu akan memberikannya
aib. Oleh karena itu, kemudian Kunti
memutuskan membuang anak sulungnya itu ke sungai. Akhirnya bayi tersebut
ditemukan oleh Adirata, seorang sais kereta yang telah bertahun-tahun
mendambakan seorang anak, namun belum terwujud. Ini adalah permainan takdir.
Adirata dan isterinya
kemudian membesarkan Karna dengan kasih sayang sebagai seorang ayah dan ibu
yang sejati. Tuhanpun memberikan keadilan dan berkah. Meskipun tidak dibesarkan
oleh kasih sayang dari ibu kandungnya yang seorang putri raja, namun Karna
mendapatkan kasih sayang yang tak kalah hebatnya dari ayah dan ibu angkatnya
yang hanya rakyat biasa. Karna kemudian bertumbuh sebagai anak yang sangat
cerdas dan berbakat dalam berbagai ilmu termasuk seni bertempur.
Hanya saja karena
statusnya bukan dari kaum ksatria, membuatnya sering ditolak dan dilecehkan.
Saat menemui Dorna untuk meminta diajarkan Brahmastra, guru besar Hastinapura
itupun menolaknya dengan beralasan bahwa ilmu itu hanya untuk para kasta
brahmana dan kasta bangsawan, bukanlah untuk sekelas anak kusir kereta.
Karna selanjutnya
mencoba untuk berguru kepada Parasurama,
seorang pertapa besar dari Ashram yang tidak menyukai kaum ksatria. Untuk bisa
diangkat menjadi murid, Karna mengaku sebagai seorang dari kasta brahmana.
Karna pun diangkat menjadi murid oleh Parasurama yang sangat senang melihat
bakat dan keterampilannya. Namun, suatu hari saat Parasurama tertidur dengan
menempatkan kepala di pangkuan Karna. Seekor serangga menggigit Karna hingga
berdarah.
Karna menahan rasa
sakit karena takut mengganggu istirahat gurunya. Saat sang pertapa tersebut
terbangun dan melihat kondisi Karna, dia pun sadar bahwa muridnya ini pasti
bukanlah seorang brahmana. Karna pun kemudian mengakui asal-usulnya sehingga
membuat Parasurama yang merasa tertipu menjadi marah besar. Parasurama mengutuk
Karna, bahwa dia akan melupakan ilmunya pada saat yang sangat dibutuhkan.
Setelah pengusiran itu,
dalam perjalanan Karna melihat ada binatang yang berlari liar ke arahnya. Tanpa
berpikir panjang, Karna menarik busurnya dan membunuh binatang itu. Seorang
brahmana kemudian muncul dan marah karena binatang yang terbunuh adalah sapi
miliknya. Sebelum Karna sempat memberikan penjelasan, kembali sebuah kutukan
diterimanya. Brahmana itu kemudian mengutuk Karna akan mati dalam kondisi tidak
dapat membela dirinya.
Setelah pulang dan
sampai di Hastinapura, Karna mendengar adanya turnamen besar yang
mempertarungkan keahlian para ksatria. Saat itu sudah jelas tidak seorang pun
mampu mengimbangi kemampuan Arjuna. Karna yang merasa percaya diri dan yakin
akan kemampuannya, lalu maju dan menantang Arjuna. Akan tetapi dia ditolak dan
tidak diterima, karena statusnya yang bukan ksatria atau bangsawan. Karna pun
didesak untuk membuka identitasnya. Hinaan dan cacianpun berkumandang, saat
Karna mengungkapkan dengan bangga bahwa dirinya adalah anak dari Adirata
seorang sais kereta. Tragis dan menyedihkan.
Dalam kondisi yang
memojokkan itu, Duryudana lalu tampil sebagai penolong dengan memberinya gelar
sebagai Adipati Awangga. Meskipun demikian, Pandawa menolak untuk bertanding
karena status asli dari Karna. Namun karena desakan dan bersikerasnya
Duryudana, sekaligus menyindir Arjuna bahwa dia takut dikalahkan oleh Karna. Maka
akhirnya pertarunganpun tak terhindarkan. Karena melihat Karna sedikit lebih
unggul dari Arjuna, maka Dorna pun segera menghentikan pertarungan dengan
alasan sudah hampir malam, padahal saat itu mentari dengan cerahnya sedang
menyinari wajah Karna. Dorna pun lalu memutuskan bahwa hasilnya adalah
seimbang.
Saat itulah hampir
semua ksatria dan brahmana terpana, termasuk Kunti, yang kemudian setelah
menyaksikan pertandingan tersebut, langsung sadar dan mengenali bahwa Karna
adalah anak sulungnya, kakak tertua dari para Pandawa. Dengan demikian, Karna
menjadi sosok yang paling menyedihkan sekaligus agung. Mulai dari dibuang
ibunya, dilecehkan banyak orang karena statusnya sebagai anak kusir, senjata
saktinya dirampok dewa.
Bahkan, ketika mengetahui bahwa yang
akan dilawannya adalah adik-adik seibunya, dan pada akhirnya harus gugur di
tangan salah satu adiknya, pada saat dirinya tak bersenjata dan dipanah oleh
Arjuna dari belakang atas perintah Krisna. Karena Krisna menyadari bahwa jika
tidak, maka Arjunalah yang pada akhirnya akan dikalahkan oleh Karna. Jika itu
terjadi, maka akhir dari Baratayudha akan berbeda. Ya, yang menang dalam
pertempuran di padang Kurusetra, bukan para Pandawa namun adalah Kurawa.
Jadi meskipun dengan
cara yang tak terpuji dan tidak terhormat, Krisna menyuruh Arjuna untuk menyerangnya
dari belakang, disaat dia tak bersenjata dan sementara mengangkat roda kereta
perangnya yang terperosok dalam lubang berlumpur. Lagi-lagi tragis. Ada hal yang bahkan tak direnungi oleh
Krisna, bahwa Karna takkan mungkin membunuh adiknya tersebut. Seperti
pertarungan Karna dengan adik-adiknya yang lain, yaitu Bima, Nakula dan Sadewa,
dia sebagai kakak walaupun mengalahkan mereka namun tetap mengampuni dan tidak
membunuh adik-adiknya tersebut.
Hal itu terjadi karena
Karna sudah mengetahui identitas dirinya dan persaudaraannya dengan para
Pandawa, sebelum Baratayudha terjadi. Luar biasa pergulatan batin dan keutamaan
Karna saat mengetahui dirinya harus bertarung melawan saudara-saudaranya di
medan perang. Sedangkan para Pandawa baru mengetahui Karna adalah saudara
mereka setelah Karna gugur dan perang kolosal tersebut berakhir. Karna, seorang
anak yang hilang. Namun mempunyai ilmu yang digjaya serta keutamaan ksatria
tanpa tanding. Harus menerima dan menghadapi suratan takdirnya.
Akan tetapi,
kisah tentang Karna ini telah memberikan inspirasi dan tekad yang kuat akan
kegigihan dalam berjuang melawan tekanan hidup dan segala macam ketidakadilan
dunia. Karna sebenarnya adalah tokoh yang terbesar dalam epik Mahabarata. Bukan
Krisna ataupun para Pandawa. (urd2210)
0 on: "Berguru Pada Kisah Tragisnya Karna"