Akarasa – Selamat datang
kerabat akarasa. Tidak perlu sungkan untuk mengakui, bahwa sebagian besar dari
kita takut gelap! Benar demikian?
Jika jawabannya adalah
iya, maka ada pertanyaan yang mungkin kedengaran aneh untuk kita ajukan pada
diri sendiri tentang gelap dan ketakutan kita. Pertanyaannya sederhana saja, mengapa
bisa demikian? Ada apa dengan kegelapan hingga membuat hati (nyali) menjadi
ciut itu?
Gelap (malam) dan siang
(terang) pada dasarnya adalah sama saja. Boleh jadi peranggapan saya mempersamakan
antara gelap dan terang adalah sama saja adalah ngawur. Mungkin iya. Sampeyan tau
sendiri toh, banyak tulisan akarasa ini ngawur dan menyalahi pakem. Rasah serius
begitu dong. Kaleeeeem anak muda…
Baik, mari kita
mengurai hakekat gelap bersama-sama agar tidak takut, bukankah selama ini kita
takut akan gelap toh. Untuk mengurainya, terlebih dahulu ada satu pertanyaan
(tanya lagi) paling mendasar tentang gelap itu sendiri. pertanyaannya, apakah
gelap itu dapat menerangkan keberadaannya meskipun gelap itu bisa di terangkan
keadaannya, yang artinya dapatkah gelap itu membangun kelangsungan
"gelapnya", agar tumbuh atau menumbuhkan suasana baru atau kelahiran
baru dari kegelapan? Tentu jawabnya TIDAK.
Mengapa bisa demikian
gaes, begitu kan pertanyaannya? Ya, karena
gelap adalah sesuatu yang tidak berdiri sendiri, maka dia tidak dapat di
jadikan pondasi membangun sebuah struktur yang punya daya baharu, umpama
struktur kata yang ada ‘jadi’, misalnya ; jadi gelap mata, jadi gelap hati,
jadi gelap pikiran, dan sebagainya. Sederhananya, dalam hal ini dapat dikatakan
‘dia’, gelap itu bisa dijelaskan keadaannya namun tak bisa menjelaskan
keberadaannya karena memang ia tak berada tapi di ‘adakan’.
Mengapa saya mengatakan gelap itu sesuatu yang tak
berdiri sendiri atau tak berada atau yang di ‘adakan’? Jawabanya sederhana
saja, karena terjadinya gelap adalah karena terang yang terhalang. Jadi nilai
hakekatnya itu ada pada terang "gelap adalah terang" tentunya terang
yang terhalang. Jadi kalau tak ada terang yang terhalang maka tak terjadi gelap
dengan begitu artinya butuh pihak kedua agar gelap itu menjadi ‘ada’ yaitu
faktor penghalang. Begitu pula dengan malam, hal tentang malam ini adalah
sebuah posisi dimana belahan bumi menghalangi belahan lainnya, atau bumi
membelakangi matahari, maka terjadilah malam di paruh bumi sebelahnya, atau
sebuah kegelapan dari proses penghalangan tadi. Jadi dengan kata lain, nilai
gelap dan malam itu sama hanya strukturnya lebih kecil dan lebih besar saja.
Maka jika kita
kembalikan kepersoalan semula ketika malam tiba, kita merasa takut, ketika
melintas ditempat yang waktu siang kita biasa melintasinya dengan tanpa rasa
takut sedikitpun. Apakah itu hantu? Ya, itulah hantu!
Mengapa saya menyebut
itu hantu? Ya, karena manakala disaat malam datang atau ketika kita melintasi
kegelapan kita merasa tersendirikan dan seakan ditangkup oleh gelap. Logika sederhananya,
dalam gelap tentu jarak pandang kita amat terbatas, artinya mata kita hanya
melihat keberadaan diri kita sendiri. Sementara kita tidak pernah tau ada apa
di depan kita yang gelap gulita tersebut. Nah, situasi inilah yang kemudian
memunculkan rasa takut terhadap segala sesuatu yang masih menjadi tanda tanya.
Ditengah rasa was-was
itulah kemudian memunculkan prasangka jika tiba-tiba datang sesuatu dengan
tanpa kita sadari, entah dengan tujuan apa, yang sama sekali tidak kita ketahui
pula. Maka ketakutan itulah yang di sebut ‘hantu ketakutan’ atau kegelapan,
karena kita takut terhadap gelap.
Sperti halnya ketika
orang orang yang takut terhadap kematian maka dengan sendirinya kematian itu
akan menghantui, maka hal macam itu bisa disebut "hantu kematian",
atau seperti ketika kita takut terhadap kemiskinan dan kemiskinan itu akan
selalu meng hantui atau "hantu kemiskinan" dan seterusnya dan
seterusnya.
Dalam prakteknya
memang, harus kita akui, manakala kebetulan kita berjalan di kegelapan maka
kemudian (biasanya) akan timbul ketakutan yang akhirnya memunculkan daya
imajinasi. Apa yang terjadi kemudian? Bisa ditebak toh, dari daya imajinasi
tentang ketakutan kita itu maka akan melukis makhluk yang menyeramkan dengan mata
bulat, gigi runcing dan besar, hidung besar pula, perawakan tinggi kekar dan
sebagainya.
Jika bertelekan pada
narasi di atas, malam yang hakekatnya tak ada, malam atau gelap yang tak bisa
buat pijakan struktur membangun ada hantu dan mahluk kegelapan semacamnya tersebut?
Apakah masih takut gelap!! Nuwun.
0 on: "Hakekat Gelap dan Ketakutan Kita"