Akarasa – Selamat
datang kerabat akarasa. Dari berbagai e-mail yang masuk di kotak tronik saya,
kebanyakan mengapresiasi tulisan tentang meraga sukma, atau dalam bahasa Jawa
ngrogo sukmo. Bagi sampeyan yang ingin membacanya, bisa baca di Pengalaman
Mencekam Saat Belajar Meraga Sukma Sendirian.
Sebenarnya, latar
belakang saya tertarik atau lebih tepatnya penasaran terhadap keilmuan ini pada
awalnya karena seringnya saya mengalami fenomena keluar tubuh secara
spontanitas. Saya yakin, pengalaman ini bukan saya alami sendiri, bahkan
mungkin sampeyan yang sedang membaca tulisan ini pernah mengalami hal serupa. Dari
almarhum guru pembimbing spiritual saya itulah yang kemudian menuntaskan rasa
penasaran saya, bahwa ternyata keluar tubuh ternyata bisa kita sengaja.
Kesan pertama keluar
tubuh yang secara sengaja (awalnya saya spontanitas) dengan dibimbing langsung
oleh beliau adalah takjub. Iya, takjub itulah ungkapan kata yang pas untuk
menggambarkannya. Betapa tidak, kita bisa menembus pintu, tembok yang rasanya
kita hanya menyelam di air. Sleep. Sulit saya untuk menggambarkannya, namun
untuk bisa melayang memang perlu latihan yang lebih intensif lagi. Demikianlah
kesan ketika secara sengaja lepas ruh. Saya bagikan pengalaman ini semata-mata
siapa tahu ada manfaatnya, sama sekali jauh dari rasa unjuk diri.
Sebelum saya lanjutkan
tulisan ini, dan sekedar untuk menyingkat tulisan yang kita bahas ini, alangkah
baiknya sampeyan membaca dulu tulisan Sekilas
Tentang Meraga Sukma. Baik, sekarang kita kembali pada
pengalaman keluar tubuh secara spontanitas, topik utama dalam tulisan ini.
Berpuluh tahun silam,
tepatnya sewaktu saya masih kelas 2 SMP adalah saat pertama saya bersinggungan
dengan dimensi astral, tapi saya lebih suka menyebutnya Ruang. Sebuah
pengalaman yang tadinya merupakan mimpi buruk bagi seorang bocah seumuran saya
kala itu. Saya ingat sekali waktu itu, sepulang sekolah saya tidak langsung ke
kost, tapi lebih dulu ke terminal untuk membayar penjualan koran yang setiap
pagi menjadi aktifitas saya. Sewaktu SMP hingga STM saya sekolah di Gresik,
dari tanah kelahiran saya, Tuban, jaraknya sekitar 90 kilometer. Aktifitas
menjual koran adalah aktifitas saya setiap paginya, karena sekolah siang hari.
Kost tempat saya
tinggal memang tidaklah begitu jauh, palingan hanya 15 menit jalan kaki. Ketika
saya sampai kost, adzan isya’ baru saja berkumandang, karena lelah saya tidak
langsung bergegas untuk membersihan badan, tapi nglosoh (rebahan) terlebih
dahulu. Soalnya, biasanya jam segitu kamar mandi umum fasilitas kost sedang
ramai-ramainya. Maklum juga, karena tetangga kost saya kebanyakan para pekerja
pabrik.
Belumlah dapat
menikmati lemasnya otot-otot kaki yang paginya naik turun bus, menjajakan
koran, belum lagi pulang pergi kost-an ke terminal, lanjut ke sekolah, tiba-tiba
telinga saya berdengung hebat, panik akan hal tersebut saya spontan menutup telingan
dan mata berharap suara dengungan itu akan segera hilang.
Ketika suara dengungan
tersebut hilang saya segera bangun, sedianya hendak mandi, namun saya sangat
terkejut ketika melihat badan saya masih rebahan lengkap dengan memegang kuping
di tempat yang sama. Mati adalah pikiran yang pertama kali muncul di benak
saya, gambaran mengenai bagaimana bapak, emak, dan saudara saya mendengar kabar
kematian saya begitu kuat. Ketika saya menoleh ke tubuh saya rasa panik pun
semakin menjadi, karena tubuh saya benar-benar tidak bergerak sama sekali,
bahkan gerakan di perut pertanda bernafaspun saya tidak lihat ketika itu.
Dalam kepanikan tersebut
saya berdoa memohon Tuhan menghidupkan saya kembali. Anehnya ketika pikiran itu
muncul, saya tiba-tiba terjaga dan masih berada di tempat semula ketika
berbaring. Segalanya begitu tiba-tiba, sangat nyata bahkan bisa dibilang sama
persis dengan situasi yang saya rasakan pada waktu itu, dan kejadian tersebut
berulang dengan skenario dan cerita yang berbeda, namun saya tetap bisa kembali
seperti semula dan meneruskan hidup.
Seiring berjalannya
waktu, rasa keingintahuan mengenai fenomena tersebut mengusik perasaan saya. Seperti
yang sudah saya singgung di atas, saya yakin fenomena ini bukan hanya saya saja
yang mengalami, ratusan ribu atau bahkan jutaan manusia di muka bumi ini
mengalami kejadian serupa yang saya alami dan rasakan. Kesimpulan pertama yang
saya peroleh adalah apabila hal tersebut terjadi secara spontan, tidak
terkontrol, dan sangat nyata. Lalu kemanakah sebenarnya kita menuju dan apa
manfaat kita mengalami hal tersebut.
Rasa ingin tahu semakin
memenuhi benak saya. Untuk memenuhi rasa ingin tahu saya, hingga saya menjelang
lulus STM saya mulai mencari buku-buku di loakan yang membahas tentang fenomena
ini. Sama sekali tidak memuaskan pertanyaan saya, hingga beberapa tahun
kemudian secara tidak sengaja saya bertemu dengan pembimbing spiritual dari
Blora yang sedikit banyak bisa menjawab kelindan pertanyaan dibenak saya selama
itu.
Saya mungkin tidak
seberuntung para ilmuwan barat yang mencari jawaban fenomena ini melalui
pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih. Sejauh ini, setidaknya
hingga saya menuliskan pengalaman ini, ada hal menarik yang saya temukan dari
pengalaman pribadi dan bertukar pengalaman dari orang lain yang mengalami
fenomena yang sama. Fenomena keluar dari tubuh sering dikaitkan dengan
keluarnya ruh dari tubuh sejauh ini masih erat hubungannya dengan hal-hal yang
berbau mistik, yang hanya bisa dipelajari dengan ritual misik, mantra, atau
doa-doa tertentu. Bahkan, terkadang syaratnya aneh-aneh.
Seperti misalnya, saya
diperintahkan puasa dengan membaca beberapa amalan dengan bilangan tertentu
setiap malamnya, beberapa hari sebelumnya oleh pembimbing saya sebelum diajak
menjelajah Ruang. Berjalannya waktu, seiring banyak berinteraksi dengan para
master meditasi atau yoga saya mencoba mencari informasi tentang orang-orang
yang pernah mengalami apa yang saya rasakan, keluar dari tubuh dan memasuki
sebuah tempat yang sama persis dengan kehidupan nyata.
Ternyata hal tersebut
pun pernah dirasakan oleh mereka. Dari beberapa kali mempraktekan dan informasi
dari pejalan spiritual, ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan atas
fenomena keluar tubuh ini. Sekali lagi, ini kesimpulan saya pribadi, yang tidak
harus sampeyan jadikan pedoman.
Ketika kelas 2 SMP,
kali pertama saya mengalami pengalaman keluar dari tubuh secara spontan. Apa
yang saya rasakan adalah sensasi terpisah dari tubuh (fisik) memasuki suatu
tempat persis seperti dunia yang saya tinggali. Pemicunya bisa jadi karena saya
sangat fokus atau bahkan rileks, dimana tubuh saya tertidur sedangkan pikiran
saya tetap terjaga.
Pertemuan dengan
tokoh-tokoh penting, makhluk-makhluk aneh dan sebagainya adalah hanya
proyeksi pikiran saya saja, karena alam
bawah sadar telah merekam semua pengalaman hidup dan berdasarkan informasi apa
saja yang telah saya peroleh sepanjang hidup.
Dengan menduplikasikan
perasaan yang sama ketika saya mengalami keluar tubuh secara spontan, ternyata
saya bisa memasuki Ruang dan ketika ingin kembali saya cukup berpikir kembali, seketika
itu juga saya terjaga.
Perasaan nyaman yang
saya alami ketika dalam Ruang, dimana mata melihat, hidung mencium, telinga
mendengar, lidah mengecap, kulit merasakan, dan dapat menggunakan tubuh secara
normal, berjalan, berlari dan sebagainya dikarenakan di dalang Ruang seseorang
telah disediakan tubuh untuk dapat menjelajah dan berinteraksi.
Tidak berbeda dengan
alam fisik, bahkan lebih ekstrim dan super realistis. Hal ini dikarenakan kita
tidak terbatas oleh tubuh fisik kita yang memiliki keterbatasan Ruang dan
waktu. Ruang adalah sebuah persepsi dunia paralel yang berisi hampir seluruhnya
data dan rekaman kehidupan kita sejak lahir sampai sebelum meninggal dan hanya
bisa diakses dengan menghilangkan ‘penghalang’ antara alam sadar dan alam bawah
sadar melalui teknik-teknik tertentu.
Dari belajar berbagai teknik,
baik dengan cara mistik maupun dengan olah meditasi tertentu seseorang akan
bisa memasuki Ruang, mengontrolnya, dan menjelajah semua data dan rekaman
kehidupan. Untuk memasuki Ruang tidak sesulit seperti apa yang orang bayangkan.
Saya menemukan temuan atau setidaknya jawaban saya selama ini, yakni:
Mengalami sensasi
keluar dari tubuh untuk memasuki Ruang dengan menggunakan mantra tertentu,
ritual, alat bantu, meditasi tingkat tinggi, suara gelombang otak sebenarnya
adalah hanya merupakan sarana pemicu
untuk menghilangkan ‘penghalang’ antara alam sadar dan alam bawah sadar.
Pengalaman keluar dari
tubuh untuk memasuki Ruang adalah lebih berupa kemampuan alami manusia yang
dapat dilakukan oleh siapapun, tidak mengenal ras, bangsa, agama, selama masih
manusia.
Pengalaman keluar dari
tubuh untuk memasuki Ruang adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa
kepada manusia yang dikaruniai jasad dan pikiran.
Dengan memasuki Ruang,
Tuhan memberikan keleluasaan kepada setiap individu untuk mengakses semua data
dan rekaman hidup sebagai gambaran untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Karena
kita sadar 100 % tengah merasakan sensasi di luar tubuh, maka semua yang kita
lihat, rasa, kreasikan dan alami sama persis dengan kehidupan nyata. Sekiam dulu
kisanak, semoga ada manfaatnya. Nuwun.
Wah pengalaman pertamanya sama persis seperti saya mas. cuma pada saat itu saya yg masih smp mengalami kejang. Dan melihat badan saya yang bergetar2 hebat disertai dengan ibu saya yang sedang panik berusaha menyelamatkan saya. Tapi kejadiannya hanya sekilas dan kemudian saya tersadar kembali setelah berada di rumah sakit. Memangnya bisa dipelajari ya seperti ini???? Boleh ajari saya . trims
BalasHapusSaya sering mengalami terutama saat setengah tidur setengah sadar sya merasakan tubuh saya melayang dan terbang, deru angin terasa di telinga saya, saat saya ikuti maka semakin kencang tapi jika saya...yah gimana ya menjelaskan artinya saya bisa kontrol seperti halnya gas dan rem pada kendaraan
BalasHapussaya coba
BalasHapussaya coba
BalasHapussaya coba
BalasHapus