Akarasa – Selamat datang kerabat
akarasa. Bunga Rafflesia atau yang lebih dikenal dengan nama bunga bangkai,
konon telah menyebabkan kematian Olivia Marianne, istri Raffles, Gubernur
Jendral Belanda penemu jenis flora langka ini. Benarkah bau busuk bunga ini
bisa menimbulkan tulah?
Kalau sampeyan berkunjung ke
Kebun Raya Bogor, taman flora yang konon terbesar dan terlengkap se-Asia, di
bagian depan dekat pintu masuk utama, ada sebuah bangunan monumen yang cantik. Tugu
putih tersebut adalah monumen untuk istri mendiang Raffles, Olivia Marianne
yang menjadi topik utama tulisan ini.
Raffles atau nama lengkapnya
adalah Sir Thomas Stamford Raffles, pria kebangsaan Inggris yang ditunjuk sebagai
Gubernur Jenderal Inggris di Hindia Belanda (Indonesia) pasca penaklukan
Belanda oleh Inggris tahun 1811. Olivia yang sudah menjadi Lady Raffles
mendampingi sang suami berkuasa di Jawa. Ternyata monumen itu menyimpan kisah
romantika sekaligus menyimpan misteri yang menyungkupinya.
Sir Thomas Raffles dikenal
sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda yang sukses. Di bawah kepemimpinannya,
ia juga punya banyak jasa besar, yang hingga kini masih bisa dirasakan rakyat
Indonesia, seperti menemukan kembali Borobudur (yang sempat hilang tersembunyi
dalam hutan belantara selama 5 abad), hingga menggagas cikal bakal Kebun Raya
Bogor. Raffles yang dikenal sangat mencintai tanah Jawa, termasuk alam dan
budayanya, juga banyak mendokumentasikan catatan penting tentang tanah Jawa
termasuk menghasilkan karya buku penting berjudul "The History of
Java".
Selain sukses memimpin Hindia
Belanda, Raffles juga dikenal sebagai pendiri Kebun Binatang London, pendiri
Singapura, juga penemu bunga bangkai Rafflesia Arnoldi. Bagi warga Singapura,
Rafles adalah seorang pahlawan besar, karena ia adalah "mastermind"
dibalik berdirinya Singapura yang modern. Tapi dari semua wilayah yang pernah
dipimpinnya, Raffles paling mencintai tanah Jawa, dan konon ia menangis saat
menyelesaikan tugasnya di tanah Jawa, dan harus berpindah tugas ke tempat lain.
Di tanah Jawa ini pula ia memiliki banyak kenangan indah bersama Olivia, sang
istri yang begitu dicintainya.
Olivia Mariamne Devenish
begitulah nama lengkapnya, merupakan istri pertama dari Raffles. Ketika menikah
dengan Raffles di tahun 1805, itu merupakan pernikahannya yang ke-2 setelah
suami pertamanya meninggal di tahun 1800. Pada saat menikah dengan Raffles, ia
berusia 10 tahun lebih tua dibandingkan suaminya. Peran Olivia begitu besar,
bukan saja sebagai istri, tapi juga sebagai partner sehati yang mendukung
misi-misi sang Gubernur Jendral, yang dikenal sangat dekat dengan penduduk
lokal di setiap wilayah yang dipimpinnya.
Selama menjadi First Lady, Olivia
bukan sekedar hanya mendampingi. Menurut banyak catatan sejarah Lady Raffles
ikut berperan dalam berbagai hal. Salah satu diantaranya adalah perannya dalam
melakukan reformasi sosial di Pulau Jawa / Hindia Belanda. Di masa itu,
wanita-wanita kulit putih membatasi diri mereka dari pergaulan dengan orang
pribumi dan etnis lainnya. Hanya batasan ini didobrak oleh Lady Raffles dengan
mengadakan resepsi-resepsi yang mengundang orang dari berbagai etnis.
Olivia juga sering melakukan
berbagai kunjungan ke penguasa-penguasa lokal yang ada di daerah kekuasaan
suaminya. Sesuatu yang belum pernah diakukan oleh istri-istri penguasa-penguasa
sebelumnya. Tindakan-tindakan sang Lady ini sejalan dengan pemikiran dan usaha
yang dilakukan suaminya. Sir Thomas Stamford Raffles dikenal sebagai tokoh yang
menentang perbudakan dan mencetuskan berbagai usaha reformasi sosial di setiap
wilayah yang dipimpinnya.
Namun karena sering blusukan ke
berbagai pelosok daerah, Oliva terjangkit penyakit malaria yang memang saat itu
mewabah di tanah Jawa. Tapi ada yang bilang, konon penyakit Lady Raffles ini
karena tulah dari bunga bangkai atau Bunga Raffles. Untuk kesembuhan sang
istri, Rafles pun memboyong sang istri dari Batavia ke Bogor, dan tinggal di
Istana Bogor, yang saat itu adalah rumah peristirahatan Gubernur Jendral Hindia
Belanda.
Raflles adalah seorang ahli
biologi yang sangat berminat dengan tetumbuhan di Asia Tenggara. Dia bersama
dengan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, bersama-sama membuat kamus istilah
botani dalam bahasa Melayu pada awal abad 19 silam. Abdullah Abdul Kadir Munsyi
adalah seorang penulis dan sastrawab yang kesohor pada jamannya. Persahabatan antara
kedua orang ini begitu akrab, sehingga membuahkan hasil yang berguna dalam
dunia ilmu pengetahuan. Kamus istilah botani yang dibuat dalam dwibahasa, yaitu
Melayu dan Bahasa inggris adalah kolaborasi kedua orang ini.
Kebun Raya Bogor adalah salah
satu hasil ide yang direalisasikan sehubungan dengan bidang botani. Di
kebun raya ini terkumpul, tepatnya
tertanam dan hidup sebuah koleksi besar tanaman apa saja yang terdapat di Asia.
Dikisahkan, suatu ketika Raffles
menemukan bunga yang tak terdapat di tanah airnya, Inggris. Bunga tersebut tak
lebih dari bunga busuk alias bunga bangkai yang banyak terdapat di Indonesia
ini. Bagi kita, mungkin bunga ini tidak ada menariknya sama sekali, sebab
selain baunya yang menyengat, juga tak ada gunanya. Bahkan ada bahaya
keracuanan, karena baunya benar-benar menyengat indera penciuman.
Nama itu kemudian diklaim atas
namanya dengan nama bunga Rafflesia, suatu nama yang kondang di dalam sejarah,
khususnya sejarah Indonesia. Raffles merasa dialah penemu bunga ini. Sewaktu
dia tertarik dengan bunga ini, maka dipetiklah bunga ini untuk diteliti. Konon,
tetua adat setempat yang keberatan bunga ini dipetik.
Tetua adat setempat mengatakan,
agar bunga tersebut jangan disentuh. Sebab jika sampai hal itu dilakukan, maka
akan kuwalat. Tapi dasarnya budaya barat tidak mengenal hal-hal yang demikian,
maka Raffles tak mengindahkan larangan tersebut.
Malang tak dapat ditolak, untung
tak dapat diraih, ternyata sang istri tak tahan akan busuknya bau bunga
tersebut. Sang sitri, Olivia Marianne pingsan mencium baunya. Pada waktu itu
pengobatan belum semaju sekarang ini. Nasib sial memang melanda dirinya, sang
isti pendamping yang setia, Olivia Marianne akhirnya meninggal pada tanggal 26
November 1814. Olivia meninggal di usia 43 tahun, dan Rafless baru berusia 33
tahun saat itu. Jasad Olivia dibawa ke Batavia dan dikuburkan di pemakaman yang
kini dikenal sebagai Museum Taman Prasasti, Tanah Abang.
Terlepas dari cerita tulah Bunga
Bangkai yang menjadi penyebab kematian Olivia, istri Raffles di atas. Akhirnya,
Raffles merenovasi istana Bogor dengan secantik mungkin. Raffles yang juga
senang dengan alam, membuat taman dan kebun di halaman belakang istana Bogor
(yang kemudian menjadi cikal bakal dari Kebun Raya Bogor). Selama tinggal di
istana Bogor, Raffles sering membawa Olivia berjalan jalan menikmati rindangnya
pepohonan yang teduh di sekitar istana. Namun sangat disayangkan, Olivia
akhirnya berpulang dan meninggalkan kesedihan mendalam bagi Raffless.
Walaupun Olivia dan Rafles tidak
memiliki anak , namun Raffles terus mengenang Olivia bahkan hingga akhirnya
Raffles menikah kembali. Monumen yang dibangun di Kebun Raya ini adalah salah
satu bukti dari keabadian Cinta Raffles untuk sang istri yang begitu dikasihinya.
Tertulis dalam monumen tersebut,
adalah ungkapan terdalam Raffles yang begitu menggugah hati:
Oh thou whom neer my
constant heart ;
(Kamu yang selalu
berada di hatiku)
One moment hath
forgot ;
(Tak pernah
sedikitpun kulupakan)
Tho fate severe hath
bid us part ;
(Walaupun takdir
memisahkan kita)
Yet still – forget me
not
(Janganlah pernah
lupakan aku)
Sedih
BalasHapus