
Akarasa – Selamat datang kerabat
akarasa. Bisa jadi, nama Surodipo yang sedang kita bincang ini asing dalam
indera dengar sebagai dari kita. Nama Surodipo kerap dihubungkan dengan
kasultanan Yogyakarta pada paruh pertama abad ke-19. Peristiwa perang Jawa
tahun 1825-1830 adalah momentum yang melambungkan namanya, Surodipo seolah
menjadi magnit yang menyedot perhatian sebagian orang sejak jaman Sultan
Hamengkubuwono II sampai abad sekarang.
Surodipo adalah keturunan ke
tujuh Untung Suropati, sekaligus keturunan ke delapan Adipati Trunojoyo.
Sebagai trah pemberontak kolonial, sudah pasti Surodipo mewarisi karakter leluhurnya,
apalagi hampir sebagian besar leluhurnya gugur dalam medan pertempuran melawan
serdadu kompeni. Yang menjadi persoalan adalah Surodipo hidup di tengah-tengah
kekuasaan Mataram (Yogyakarta) dan Gupermen Belanda/Inggris. Kondisi ini
memaksa Surodipo menggunakan akal dan okol untuk meneruskan perjuangan. Dan
hasilnya meletus Perang Jawa yang menggerogoti keuangan Kompeni. Tidak dapat
dipungkiri korban yang jatuh sangat besar, Pangeran Diponegoro harus menerima
takdir di tanah pengasingan. Di sisi lain Surodipo harus berbesar hati karena
tercatat sebagai pelaku sejarah penuh kontroversi, Patih Danurejo IV.
Banyak orang yang mengatakan
Surodipo berdarah Bali atau setidaknya campuran antara Bali dan jawa. Hal
tersebut memang tidak salah, karena Surodipo adalah keturunan ke tujuh Untung
Suropati berasal dari Bali. Nama Untung hanyalah nama yang diberikan oleh
majikannya ketika di Batavia, sedangkan Suropati nama pemberian Sultan Cirebon.
Nama yang sebenarnya adalah Surowiroaji, ayahnya bernama Jatiwiyasa, seorang
bangsawan dari Tabanan Bali.
Kadipaten Pasuruan dikalahkan
oleh Belanda (tahun 1706), keluarga Untung Suropati tercerai-berai, sebagian
terbunuh, sebagian menyelamatkan din ke hutan serta sebagian lagi tertangkap
dan dibuang ke Sailan (Srilangka). Mereka yang berhasil menyelamatkan diri
bergabung dengan dinasti Mataram, khususnya kepada keturunan Sunan Amangkurat
II. Hubungan antara Untung Suropati dan Sunan Amangkurat (II dan III) sangat
harmonis, sehingga tidak berlebihan jika keturunan ”dari keduanya juga terjalin
hubungan yang baik. Apalagi menilik sejarahnya istri Untung Suropati (Dewi
Gusik Kusumo) adalah kemenakan Sunan Amangkurat II.
Ibunda Dewi Gusik Kusumo adalah
sekar kedaton Mataram yang menjadi putri boyongan Adipati Trunojoyo ketika
penyerbuan Negeri Mataram (Plered). Mataram melakukan serangan balik, Trunojoyo
dikalahkan dan dihukum mati oleh Sunan Amangkurat II, saat itu putri boyongan
yang diperistrinya tengah mengandung Gusil‹ Kusumo. Dengan demikian Surodipo
adalah juga keturunan ke delapan Adipati Trunojoyo, seorang Memberontak Tanah
Jawa yang pertama kali berani melawan kolonial Belanda.
Ketika Pangeran Mangkubumi
memberontak kepada Sunan Pakubuwono Ill, anak keturunan Untung Suropati turut
mendukung perjuangan, hingga akhirnya pada tahun 1755 Pangeran Mangkubumi
berhasil mendirikan Kasultanan Yogyakarta setelah penandatanganan Perjanjian
Giyanti. Sejak saat itulah anak keturunan Untung Suropati banyak yang mengabdi
di Kasultanan Yogyakarta.
Salah seorang keturunan Untung Suropati
bernama Ng. Wijayengsastra, beliau mengabdi di Yogyakarta sebagai ahli sastra.
Tulisan-tulisannya sebagian besar mengenai falsafah politik dan falsafah hidup
jaman Mataram Kuno, karena itulah Wijayengsastra juga dijuluki Wijayengsastra
Rama, Dalam salah satu literatur disebutkan Wijayengsastra juga menjabat Bupati
Mataram yang membawahi tanah milik Sultan\kroonsdomein) meliputi wilayah Bantul
dan Sleman.
Dari Wijayengsastro inilah tumbuh
bibit pemberontak sejati, pemberontak dengan seribu satu jalan guna
menghancurkan musuhnya. Keuangan kongsi dagang Belanda hancur dalam peperangan
selama lima tahun, namun mereka tidak pernah menyadari bila sumber api dan
perancang peperangan itu berada di dalam loji dan istana, dialah : Surodipo,
darah pemberontak!
Untuk memahami sejarah perang
jawa secara utuh haruslah mengenal dengan cermat nama pelaku yang terlibat di
dalamnya. Perlu diingat dalam peperangan itu dilakukan banyak sekali tyindakan
rahasia (konspirasi of silent) dan tipu daya untuk memenangkan pertarungan. Sudah
menjadi hal yang lazim bila pelaku utama menggunakan nama-nama samaran untuk
mengelabuhi atau mengaburkan analisa musuh.
Dalam tradisi masyarakat Jawa
dikenal adanya nama garbapati (nama kecil) dan nama abhiseka (nama tua/nama
jabatan). Sebagai contoh Pangeran Diponegoro waktu dilahirkan bernama Raden
Mustahar, ketika remaja bernama Raden Ontowiryo, ketika ayahandanya menjadi
sultan (HB III) namanya menjadi Pangeran Diponegoro dan ketika memimoin perang
Jawa namanya menjadi Sultan Abdul Khamid Erucakra. Dengan demikian sesungguhnya
terjadi satu orang sudah menggunakan nama yang berbeda-beda dalam kurun waktu
yang berbeda pula. Hal ini menjadi sangat penting agar pemahaman kita tidak
rancu, sebab perang Jawa berkobar yang menggunakan nama Diponegoro adalah putra
Sultan Abdul Khamid.
Surodipo juga mengalami beberapa
kali pergantian nama dalam perjalanan hidupnya, hanya saja karena beliau bukan
dari kalangan bangsawan utama, namanya hampir tidak tercatat dalam babat yang
ditulis oleh sastrawan waktu itu. kalaupun toh ada yang mencacat namanya
hanyalah saat ia memegang jabatan tertinggi di keraton Ngayogyakarta, itupun
tidak menjelaskan latar belakang Surodipo secara rinci.
Riwayat Surodipo justru ditemukan
dalam babad (biografi) yang ditulis oleh Diponegoro saat ia berada dalam
pengasingan di Manado. Kisah dalam biografi tersebut meggambarkan kedekatan
yang sangat mendalam antara Diponegoro dan Surodipo, bahkan beberapa hal paling
rahasiapun dibeberkan secara gamblang. Nama-nama yang pernah digunakan Surodipo
adalah sebagai berikut ;
Raden Joyosentiko, nama ini
dipakai ketika masih menjadi abdi kepercayaan Pangeran Adipati Anom (ayahanda
Pangeran Diponegoro, kelak HB III).
Tumenggung Sumodipuro, nama ini
dipakai ketika menjabat Bupati Japan (Mojokerto). Beliau memperoleh kepercayaan
menjadi bupati karena jasa- jasanya ketika muncul pemberontakan Sepoy, dan juga
karena jasanya dalam proses pergantian pucuk kekuasaan dari HB II kepada HB
III.
Raden Adipati Danurejo IV (Patih
Danurejo IV), nama jabatan tertinggi yang dicapai dalam karir politik Surodipo.
Pengangkatan dalam jabatan ini dlraih karena usul John Crawfurd (Residen
Yogyakarta) dan didukung oleh Pangeran Diponegoro. Beliau memegang jabatan ini
dalam kurun waktu 34 tahun (1813-1847), adalah waktu yang sangat lama untuk
jabatan politik kenegaraan.
Pangeran Kusumoyudo, nama
kehormatan anugerah dari pemerintah Hindia Belanda sebagai penghargaan atas
prestasi dan jasa-jasa Patih Danurejo IV selama menjalankan tugasnya.
Penghargaan tersebut diberikan saat dilaksanakan acara serah terima jabatan
(puma tugas) Patih Danure]o IV. Selanjutnya jabatan Patih Yogyakarta digantikan
Tumenggung Gondokusumo dengan memakai nama jabatan Raden Adipati Danurejo V
(Patih Danurejo V).
Surodipo, nama yang dipakai setelah
terbebas dari urusan pemerintahan dan menjadi rakyat biasa yang berbaur di
tengah-tengah masyarakat. Pada jamannya dulu nama yang satu ini sangat populer
di kalangan masyarakat jawa. Menurut cerita tutur yang berkembang di
masyarakat, Surodipo sering berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat
yang lain. Pergaulan Surodipo sangat luas di kalangan masyarakat bawah, tetapi
hampir tidak ada yang mer›getahuI Surodipo adalah mantan penguasa teninggi
dalam pemerintahan di Kasultanan Yogyakarta, karena Surodipo sendiri tidak
pernah menceritakan l‹epada orang lain.
Berdasarkan beberapa bukti
sejarah dan cerita tutur dari para keturunannya g tersebar di berbagai tempat,
ada dugaan kuat Surodipo menghabiskan masa akhir hidupnya di kawasan Gunung
Prahu Kabupaten Temanggung. Di kawasan ini beliau mendirikan pesantren untuk
menyebarkan agama Islam. Untuk mengenang sejarahan Surodipo, Pemerintah
Kabupaten Temanggung mengabadikan rtama Wzrodipo sebagai nama tempat obyek
wisata air ter]un yang semula bernama Curug Trocoh menjadi Curug Surodipo.
Banyak hal yang perlu diketahui
tentang kekerabatan Joyosentiko (Surodipo), dengan membuka latar belakang ini
akan mudah memahami apa yang sebenarnya terjadi di balik Perang Jawa sehingga
memposisikan Patih Danurejo IV sebagai tokoh kontoversial. Kekerabatan yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah hubungan kekerabatan Joyosentiko dengan
Diponegoro. Tak bisa dipungkiri memang, sejauh ini banyak anggapan yang melekat
pada sosok Patih danurejo IV adalah tokoh yang menjadi antek kompeni ketika
meletus perang Jawa.
Anyahnya Surodipo (Ng.
Wijayengsastro) dalam silsilah Kasultanan Ngayogyokarto tercatat sebagai salah
satu menantu Sultan Hamengku Buwono I. karena hubungan perkawinan ini,
Joyosentiko dalam silsilah berada pada tingkatan ke tiga, sejajar dengan HB
III. Sementara itu Raden Ontowiryo (putra HB III) berada pada tingkatan ke
empat, jadi tidak salah apabila dalam Babag Diponegoro ia memanggil Joyosentiko
dengan sebutan ‘paman’.
Secara pribadi hubungan antara
Raden Ontowiryo dan Joyosentiko sangatlah dekat, disamping usia mereka tidak
terpaut jauh (Joyosentiko lebih tua 5 tahun), mereka merasa masih sama-sama
keturunan pendiri Yogyakarta yang harus membela negerinya dalam kondisi apapun
juga. Posisi Joyosentiko sebagai orang kepercayaan di Kadipaten Anom juga
menjado faktor kedepakatan antara dua tokoh tersebut.
Dalam silsilah Kasultanan
Ngayogyokarto, Joyosentiko (Tumenggung Sumodipuro) tercatat sebagai salah satu
menantu HB III. Dengan kata lain Joyosentiko juga menjadi adik ipar Diponegoro.
Hubungan kekerabatan seperti ini memang sudah biasa terjadi pada waktu itu,
terlebih dikalangan bangsawan yang memiliki istri lebih dari satu orang.Melihat
hubungan kekerabatan seperti tersebut di atas, mungkinkah Danurejo IV tega
melakukan pengkhianatan terhadap Diponegoro? Jawabannya tentu beragam..
Sekian dulu dan sampai jumpa pada
tulisan selanjutnya. Nuwun.
Ngayogyokarto, 20/05/2017
di mojokerto ada sebuah bangunan berbentuk makam di puncak sebuah bukit di situ tertulis patih danurejo yang dipercaya adalah pengikut/teman pangeran diponegoro yang lari mrnghindari kompeni
BalasHapusItu patih jaman kraton mataram/Sultan Agung H....bukan jaman kraton Yogyakarta
Hapusmasyarakat sekitar menyebutnya sunan pangkat
BalasHapusyang kami tahu surodipo, beda dengan danurejo yg jadi antek belanda. pasca dicuranginya diponegoro dlm perundingan di magelang, laskar2 diponegor tersebar seantero jawa, dan melakukan perlawanan secara sporadis termasuk di Temanggung oleh surodipo
BalasHapusKayanya salah orang ki, bukankah patih danurejo iv seorang pengkhianat antek Belanda , memang dia teman dekat Pangeran Diponegoro saat msh muda bahkan pangeran yg mengusulkan dia sbg patih, namun dia tak tahu diri
BalasHapusBangga kakek buyut moyangku adalah pejuang sekaligus pelaku sejarah...
BalasHapusMakam beliau Surodipi/Danurejo IV di bantul jadi satu sama KRT Wijayengsastra, saudaranya Wironegoro, Untung Suropati dll
BalasHapusMakam beliau Surodipi/Danurejo IV di bantul jadi satu sama KRT Wijayengsastra, saudaranya Wironegoro, Untung Suropati dll
BalasHapusBantulnya mana mas...? Suatu saat sy ingin ziarah...
HapusNama eyang canggah sy juga surodipo berasal dari pringsurat temanggung dan dulu menjabat kepala desa dipringsurat..apakah ada kaitanya ya...dgn surodipo ini
BalasHapusNama kecil Surodipo adalah Joko Hadiyosodiningrat. Belaiu juga jadi menanti HB II, yaitu menikah dengan putrinya Kanjeng Ratu Sasi. Salah satu anaknya adalah Kanjeng Ratu Kencobo dan kelak menikah dgn HB IV. Jadi HB V sd HB X adalah masih keturunan Surodipo.
BalasHapusNama kecil beliau Joko Hadiyosodibingrat. Beliau juga menantu HB II yaitu menikah dengan Kanjeng Ratu Sasi. Salah satu putri beliau yaitu Kanjeng Ratu Kencono yg menikah dgn HB IV. Jadi HB V sd HB X adalah keturunan beliau.
BalasHapusBangga dgn trah Surodipo
BalasHapusSiapa sajakah ketrunan surodipo ada yg tau karna kakek saya kata ayah saya adalah anak dari surodipo
BalasHapusKalau silsilah dari Keluarga Kami, bahwa Simbah Buyut / Eyang Surodipo mempunyai 4 putra yaitu 1. Simbah PO KROMO.
Hapus2. Simbah SURO YUDO.
3. Simbah SURO KROMO.
4. Simbah SURO TARUNO / DULJAIZ.
Mohon ma'af kalau hanya sama nama. Terimakasih.
di ponorogo juga ada makam yang dikenal dengan surodipo saloko atau mbah mojo karena ada pohon mojo, nisannya dari batu candi dengan balon batu lebar dibawahnya... apakah ada hubungannya ya
BalasHapusdi ponorogo ada makam dikenal surodipo saloko atau kiyai mojo karena ada pohon mojonya, nisannya daari batu candi dengan batu balok dibawahnya
BalasHapusSimbah buyut saya juga punya nama Surodipo, Putra putra beliau diantaranya Simbah Pokromo, Simbah Suro yudo, Simbah Suro Kromo, dan Simbah Suro Taruno / Dul Jaiz.
BalasHapusApakah yang dimaksud dalam sejarah Simbah buyut Surodipo tersebut. Terimakasih.