Akarasa – Selamat datang kerabat
akarasa. Jika sampeyan kebetutulan gemar sekali nonton wayang. Saya yakin tidak
asing dengan istilah dalam judul tulisan ini. Kayu Gung Susuhing Angin. Suatu
ketika Bima diperintah Begawan Durna untuk mencari "kayu gung susuhing
angin". Sebenarnya, Ia tidak bisa membayangkan seperti apa wujud kayu
besar tempat angin bersarang. Namun, kepatuhan dan rasa hormat pada Sang Guru,
membulatkan tekat Bima untuk melaksanakan perintah itu.
Yudhistira, kakaknya dan seluruh
kerabat Pandawa berusaha mencegah kepergiannya. Mereka curiga, perintah itu
hanya tipu daya yang dibisikkan oleh Sengkuni pada Begawan Durna untuk
mencelakakan putra kedua Pandawa. Sebab, jika Bima celaka, maka kekuatan Pandawa
akan rapuh. Namun Bima tetap pada pendiriannya. Ibarat lagu dangdut, gunung kan
kudaki, lautan kuseberangi.
Padahal dibalik perintah untuk mencari
makna kata tersebut adalah agar Bima dibunuh oleh raksasa yang tinggal di suatu
hutan gung liwang liwung. Adalah keberuntungan Bima, ternyata raksasa bisa
dikalahkan. Dan juga raksasa terkalahkan adalah penjelmaan dewa yang dikutuk.
Bukannya mendapatkan musibah, sebaliknya mendapatkah berkah. Selain mendapatkan
penjelasan tentang makna kata 'Kayu Gung Susuhing Angin', Bima juga mendapatkan
pusaka yang kelak bermanfaat untuk masuk ke samudra.
Dalam penjelasannya, sang dewa
mengatakan bahwa makna kata 'Kayu' berarti 'karep' atau keinginan. 'Gung'
berarti besar. Sedangkan 'Susuhing Angin' adalah nafas manusia. Singkat kata
bermakna: Keinginan yang kuat atau besar hanya bisa terkabul jika mampu
menguasai nafas. Penulis cerita wayang memahami makna kekuatan dari nafas.
Mereka telah memahami bahwa kehidupan terdiri dari:
- Kehidupan: Pengalaman + Pengalaman;
- Pengalaman terdiri dari perbuatan + perbuatan;
- Perbuatan akibat dari ucapan + ucapan;
- Ucapan: pikiran + pikiran.
Saat pikiran tidak terkendali yang
terjadi hidupnya kacau. Dapat dipastikan semua kehidupan kacau. Jika hal ini
terjadi, mungkinkah keinginan mulia digapai? Perhatikan saat kita dalam emosi
yang negatif, marah, cemas, irihati, sakit hati dan sebagainya, nafas kita
pendek dan ritmenya kacau.
Pikiran tidak dapat dilawan. Saat kita
memperhatikan pikiran dan berupaya menenangkan, yang didapatkan bukan semakin
tenang tetapi semakin gelisah. Jika pikiran tidak bisa tenang dapat dipastikan
bahwa keinginan atau karep yang kuat tidak akan tercapai. Bagaimana mungkin
pikiran yang tidak jernih atau kacau bisa memutuskan sesuatu dengan tepat?
Bagaikan permukaan danau yang berombak, dasar sugai tidak dapat terlihat. Hanya
saat permukaan danau tenang, maka segala kotoran mengendap. Dan dengan
sendirinya, dasar danau terlihat dengan jelas.
Dalam teks aslinya di Mahabarata,
istilah ini, 'Kayu Gung Susuhing angin' tidak ada. Berdasarkan hal ini,
sesungguhnya penulis naskah atau istilah ini sangat memahami korelasi antara
pikiran dan nafas. Sebagaimana pada narasi di atas, saat pikiran tidak tenang,
keinginan yang besar tidak bakal terlaksana atau tercapai. Keinginan yang mulia
dapat tercapai bila dan bila menguasai 'Susuhing Angin', menguasai nafas.
Ya, saat nafas terkuasai, maka dengan
sendirinya pikiran menjadi tenang. Kita tidak mampu menenangkan pikiran, tetapi
kita bisa mengatur nafas agar semakin perlahan. Nafas bisa dikuasai, tidak
seperti pikiran. Ibarat suatu tongkat yang dinamakan ketenangan. Pada bagian
pangkal adalah pikiran, sedangkan ujung lainnya adalah nafas. Tongkat
ketenangan tidak diperoleh saat memegang bagian pangkal, pikiran. Namun tongkat
ketenangan didapatkan jika kita memegang bagian ujung lainnya, nafas. Keinginan
mulia atau agung hanya bisa dicapai oleh mereka yang nafasnya terkendali. Nafas
berkaitan dengan Prana atau aliran energi kehidupan. Urd2210
Tatar Galuh, Pamarican, Ciamis,
24/06/2017
Tolong beri saya pitutur saya menikah dua kali yang pertama punya anak dua selinkuh dan akhirnya cerai akhirnya tidak tertata urutan keturunan.terus saya menyimpan dendam dalam perjalanan menghilangkan dendam saya di pertemukan dengan istri orang yang gemar selingkuh akhirnya saya ingat dendam lama bahwa wanita seperti ini perlz di kasih pelajaran .saya pun terjebak hingga berhubungan dengannya ..sampai sekarang saya mendengar dia telah bercerai dan tidak lagi berjumpa sekarang saya.saya pun menikah lagi kemudian istri sekarang pun selingkuh lagi ..dalam benak saya ingin aku bunuh semua dan ingin melihat mayat mereka tapi allah memberi isyarat lain ..tapi bayangan mereka terus muncul apakah harus aku penuhi dulu kemudian aku bertobat tolong beri saran ...kalau anda bisa tolong jelaskan bagai mana cara menghabisi mereka tanpa ada dendam berkelanjutan ..terus harus bagai mana tentang tanggung jawab keturunan..berikan contoh yang jelas..
BalasHapus