Akarasa – Selamat datang kerabat
akarasa. Kresek.. Kreseeek… Kreseeeek! suara itu terdengar jelas kala gelap
menjelang. Suara sapu lidi yang bersentuhan dengan tanah dan jalan raya. Bukan
cuma kami, tetangga lain juga mendengarnya. Bila berkumpul, baik para kaum ibu
saat belanja sayur atau para bapak-bapak di pos ronda, suara itu menjadi
perbincangan.
Karena malam itu saya tidak
sedang kena piket ronda dan karena sebagai kaum insomnia akut, ketika istri dan
anak sudah diperaduannya masing-masing, seperti biasa saya duduk berhadapan
dengan monitor PC kesayangan yang siap menampung apa saja yang ada dipikiranku.
Tentu saja lengkap dengan seduhan kopi buatan sendiri yang kental dengan gula
yang sangat sedikit. Pahit di awal namun pada kecapan terakhir ada lintasan
manis yang sama terasa diujung lidah.
Kresek.. Kreseeek!
Ya, suara itu jelas terdengar. Saya
memang tidak terbiasa dalam menulis ada suara lain selain suara jemari beradu
dengan hamparan tuts. Suara cicak batuk saja kalau sudah malam begini
kedengeran. Karena penasaran, saya sibak jendela depan, tak ada siapa-siapa. Malah
suara itu mendadak berhenti. Aneh pikirku. Aah, ini hanya halusinasiku saja,
batinku menghibut. Saya kembali ke asik ke monitor PC yang beberapa hari
sebelumnya barusan di instal ulang.
Kresek...Kreseekkkk!
Lhadalah, suara itu kembali
muncul. Kali ini terdengar lebih jelas dan lebih lama. Saya sibakkan kembali
gordin jendela, tidak ada siapa-siapa. Suara apa toh itu, batinku penasaran.
Penasaran saya buka jendela samping. Juga tak ada siapa-siapa. Kosong. Aneh!
Esoknya suara kreseek diwaktu gelap
kembali menjadi topik pembicaraan antar tetangga. Masing-masing memiliki
pendapat, pengalaman dan tentu saja cerita tersendiri. Namun tidak satupun dari
mereka yang terlihat takut. Justru semakin kuat keinginan untuk mengetahui
lebih jauh.
Hantuuu. Ya masak toh hantu
berkeliaran di alam seramai komplek ini? Kayaknya gak mungkin hantu mau-maunya
ikut menyapu halaman rumah orang. Memang hantu model ini ada? Memangnya ada
hantu yang melamar jadi pembantu rumah tangga?
Suara orang mengaji terdengar
lamat-lamat dari pengeras suara masjid yang tidak terlalu jauh dari rumah. Dua kali
sepelemparan batu orang dewasa atau berjarak sekitar tak lebih dari 200 meter.Itu
menandakan bahwa waktu subuh tidak seberapa lama lagi. Emakku segera mandi dan
berkemas untuk menunaikan panggilan Allah Swt. Kebiasan beliau kalau kebetulan
bertandang ke rumah selalu saat subuh selalu menyempatkan diri shalat di
masjid. Beliau buka pintu depan, dan..
Jreneeeng! Dalam gelap beliau melihat
sesosok orang setengah tua yang tampak tak terlalu jelas, seperti sedang
memegang sapu. Membersihkan halaman. Dia seperti tidak menapak tanah!
Meski dengan perasaan berkecamuk,
emak lebih memilih berlalu begitu saja dan langsung ke masjid. Saat itu beliau
tak menghiraukan sosok yang menjadi pembicaraan tersebut. beliau biarkan sosok
tersebut dengan aktifitasnya. Toh sosok tersebut tak melihat ke arah emak. Tak perlu
ditakuti. Ya mosok sosok tersebut berani menganggu orang yang hendak menunaikan
sholat subuh. Demikian penuturan Emak kala itu.
Pulang dari masjid sosok tadi
sudah tidak ada. Mungkin karena sudah agak terang. Sudah mulai banyak orang
berlalu lalang, terutama para penjual sayuran, para pedagang tempe yang baru
keluar dari markas besarnya. Belum sempat emak sampai pintu gerbang rumah,
sosok yang tadi sempat beliau lihat kembali keluar menembus pintu masuk
tetangga depan rumah. Dia tersenyum sedikit ke arah emak. Deg! Batin emak
nratap..
”Ibu”, sapa Emak. Dia tidak
menjawab.
“Nyapu, Buk” lanjut emak mencoba
untuk bertanya kembali. Dia juga tak menjawab. Dia tetap berjalan seperti di
udara.
Kemudian sosok tersebut kembali
masuk menembus pintu tetangga rumah. Tanpa senyum dan tanpa basa-basi. Bahkan
ketika saya menerus pekerjaannya atau membantunya membersihkan lingkungan
setelah sholat shubuh, senyumnya juga jarang sekali diperlihatkan.
Dia adalah tetangg saya di Plemburan.
Wanita diambang senja usia, ia memang seorang yang rajin. Selalu membersihkan
lingkungan tanpa pamrih. Sampah-sampah yang berserakan dijalan pemukiman,
dihalaman rumah ataupun di perkarangan yang biasa menjadi arena bermain anak
tak luput darinya. Ketika masyarakat terbangun dari mimpinya, lingkungan kami
sudah bersih, rapih seolah tak pernah ada sampah sebelumnya.
Tak lupa dia juga sering
membersihkan tempat anak-anak muda berkumpul. Merapihkan sisa dan abu rokok
serta membuang kulit kacang bekas. Luar biasa. Semua dilakukan tanpa pamrih.
Biasanya dia melakukan ketika orang lain sedang tidak ada. Dia tak ingin
aktifitasnya dilihat orang. Berjalan menembus pintu rumah tetangga yang tidak
terkunci. Seolah berjalan diudara, karena warna kulitnya nyaris sama dengan
warna suasana di waktu gelap. Luar biasa. Seandainya saya memiliki kuasa atas
Kalpataru, niscaya akan saya persembahkan kepadanya. Bekerja ikhlas untuk orang
banyak, untuk lingkungan dan untuk Indonesia.
Bumi Para Nata, Kaliurang,
Ngayogyokarto Hadiningrat, 14/06/2017
0 on: "Seru Seram : Wanita Tua Penembus Pintu di Penghujung Subuh"